Set lokasi yang begitu klasik, suasana mencekam yang ditampilkan sejak awal, ternyata nggak bisa menolong penggambaran sosok Asih yang begitu kuat ditampilkan di film Danur: I Can See Ghost instalasi pertama. Shareefa Daanish dengan karakter seramnya juga hanya muncul secara 'mengagetkan' tanpa memberikan kesan seram dan antagonis.
Meski begitu, mitos dan legenda urban masyarakat Sunda diperkenalkan dengan begitu baik. Keberanian sutradara untuk menyematkan beberapa guyonan konyol juga menambah warna bagi semesta film Danur yang masih akan berlanjut.
Sudah nonton film Asih? Film yang menceritakan latar belakang tokoh hantu paling berkesan dalam film Danur ini memang sudah banyak dinantikan. Terutama oleh penggemar dan pembaca novel Danur sendiri. Banyak yang kemudian berharap penampilan Shareefa Daanish dan eksplorasi cerita yang mundur ke era 80-an ini bisa tampil apik. Sayangnya, memang film Asih dianggap belum berhasil merebut hati masyarakat. Selain karena tokoh Asih justru kurang dieksplor lebih dalam, plot dan cerita tergolong sangat sederhana di tengah-tengah film horor dengan alur yang lebih kompleks.
Meski begitu, lokasi dan pengambilan gambar yang cukup baik, penggambaran soal demensia dan ketakutan manusia, hingga mitos masyarakat terhadap bayi yang baru lahir jadi senjata utama di film ini. Cukup banyak lo mitos lokal yang menarik buat kamu tahu dan bisa didapatkan dari film ini. Hati-hati menemui spoiler saat membaca uraian Hipwee Hiburan berikut!
ADVERTISEMENTS
1. Mitos meletakkan gunting di bawah bantal untuk mengusir iblis yang datang untuk mengincar bayi. Ada yang masih percaya ini nggak?
Mungkin kamu sering mendengar cerita pewayangan dan legenda urban soal pentingnya meletakkan gunting sebagai sarana ‘jaga-jaga’ dan menakuti hantu saat bayi baru lahir. Dalam film Asih, tokoh Ita yang baru saja melahirkan seorang anak perempuan diberi wejangan oleh dukun bayi untuk senantiasa menyimpan gunting di bawah bantal. Tujuannya sih, biar Asih nggak mengganggu lagi. Namun, kalau di film ini ternyata simpan gunting di bawah bantal saja nggak mempan lo buat menakut-nakuti Asih!
ADVERTISEMENTS
2. Jangan membiarkan bayi di luar rumah jika sudah magrib. Banyak yang bilang ‘pamali’
Setting waktu film Asih berada di tahun 1980-an. Saat inilah budaya pamali di Indonesia masih terasa sangat kental dan sudah umum dibicarakan. Termasuk membiarkan bayi di luar rumah saat sudah magrib adalah pantangan keras. Katanya sih, bisa diincar iblis nantinya. Nyatanya benar, Asih memang kemudian mengincar sang bayi yang baru lahir.
ADVERTISEMENTS
3. Ada ‘orang pintar’ yang ronda keliling kampung dan kerap kali membunyikan tanda sebanyak angka jarum jam kala itu. Jika bunyi tanda melebihi hitungan jam kala itu, artinya hantu berkeliaran
Sosok paranormal atau orang pintar di film Asih juga ditampilkan sebagai penolong dan pemberi petunjuk terhadap adanya kejadian mistis. Dia digambarkan sebagai sosok misterius yang berkeliling kampung untuk menjaga lingkungan di malam hari. Nggak lupa, dia juga memberikan tanda dengan membenturkan tongkat besi ke tiang listrik sebanyak angka yang ditunjukkan jarum jam. Penonton pun seolah diajak menghitung dan tegang sendiri begitu mendengar bunyi-bunyian dari si orang pintar.
ADVERTISEMENTS
4. Menguburkan ari-ari bayi di belakang rumah dengan cara diazani, ditandai dengan lampu minyak, lalu ditutup kurungan ayam
Beberapa orang Sunda dan Jawa memang memercayai kalau mengubur ari-ari bayi di pekarangan rumah harus sesegera mungkin setelah bayi dilahirkan. Penguburannya pun nggak boleh sembarangan, harus diazani terlebih dahulu baru ditimbun dengan tanah. Setelah itu, area bagian ari-ari dikubur ditandai dengan lampu minyak dan kemudian ditutup dengan kurungan ayam dengan tujuan untuk mengamankannya dari gangguan jahat. Di film Asih, tokoh Ita bahkan sangat marah terhadap suaminya karena nggak segera mengubur ari-ari bayi.
ADVERTISEMENTS
5. Mendengar suara ayam di malam hari, berarti ada kuntilanak yang sedang berkeliaran. Kalau di film sih adegannya serem banget!
Film Asih memang menyajikan beberapa adegan yang dimaksudkan untuk sisipan komedi. Terdapat sebuah adegan penjual nasi goreng yang tengah berbincang dengan hansip di malam hari. Secara langsung mereka hadir untuk ‘menginformasikan’ mitos yang akan dijabarkan di adegan selanjutnya. Katanya, kalau mendengar suara ciap ayam di malam hari, bisa jadi, kuntilanak sedang berkeliaran. Benar saja, ketika tokoh Aa’ mendengar suara ciap ayam dan bermaksud mengeceknya di belakang rumah, boooom! Nonton sendiri deh apa yang terjadi di sana~
Mitos yang ditampilkan dalam film Asih memang sangat kental dan dekat dengan kehidupan masyarakat, bahkan hingga sekarang. Namun namanya juga mitos, tentu kamu boleh percaya boleh nggak mempercayainya sama sekali. Yang jelas, budaya ‘pamali’ sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan dan ditujukan untuk kebaikan si bayi yang baru lahir dan ibunya sendiri. Tapi seram juga sih kalau sudah diolah dan dijadikan film. Bagaimana pun penilaianmu terhadap film Asih kali ini, jangan lupa menonton ke bioskop, ya, sebagai apresiasi terhadap film garapan Indonesia!