Bicara soal cinta memang tidak pernah ada habisnya. Setiap pasangan di dunia ini memiliki kisah cintanya masing-masing yang ibaratnya tak akan habis untuk dibagikan ke orang lain, karena setiap cerita pasti memiliki keunikan tersendiri. Beberapa kisah cinta mampu membuat haru orang yang mendengarnya, beberapa yang lain mampu membuat sedih, bahagia, marah, atau kecewa. Seolah setiap cerita mampu membangun emosi pendengarnya.
Tak jarang kisah cinta seseorang mampu menginspirasi pasangan lain meski kedua sejoli harus melalui masa-masa sulit terlebih dahulu sebelum akhirnya mencapai kebahagiaan. Sering juga kisah yang tidak berakhir bahagia justru mengandung banyak pelajaran yang bisa dipetik siapapun yang akan atau sedang mengarungi hubungan percintaan. Menyikapi dan memaknai setiap cerita cinta bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, tergantung pemikiran setiap orang. Maka dari itu banyak juga cerita tentang hubungan insan manusia yang mengandung pro kontra.
Salah satu kisah cinta dari negeri sakura ini mungkin dapat dijadikan contoh pelajaran bagi kalian yang masih belum yakin tentang makna cinta sebenarnya. Namun tak sedikit juga yang justru menyikapi kisah ini dari kacamata kontra. Mending simak ulasan Hipwee berikut ini deh supaya kalian bisa menentukan sendiri.
Rela meninggalkan tahta demi menikah dengan lelaki pujaannya yang berasal dari kalangan biasa
Seorang cucu Kaisar Akihito dari Jepang, Putri Mako, memutuskan untuk menikah dengan lelaki bernama Kei Komuro yang berasal dari rakyat biasa. Saat ini Kei Komuro diketahui bekerja di sebuah biro hukum di Jepang. Dalam hukum tradisional Jepang, seorang istri harus mengikuti suami ketika nanti sudah mengikat hubungan pernikahan. Putri Mako sendiri juga harus rela meninggalkan gelar kebangsawanannya saat nanti resmi menikah dengan lelaki pilihannya, mengingat Kei Komuro tidak berasal dari kalangan bangsawan. Sehingga, dengan turunnya tahta kerajaan yang dimiliki Putri Mako, segala hak yang melekat pada dirinya juga ikut hilang. Tapi bagaimana lagi kalau cinta sudah bertindak?
Keduanya dipertemukan ketika sama-sama menimba ilmu di universitas
Cinta masa kuliah ternyata juga dialami oleh putri berusia 25 tahun ini. Putri Mako dan Kei Komuro bertemu pertama kalinya ketika mereka masih sama-sama menimba ilmu di International Christian University, Tokyo. Di universitas itu pula Putri Mako menyelesaikan studi doktoralnya. Sejak saat itu keduanya diketahui beberapa kali berkencan sebelum akhirnya memutuskan untuk bertunangan. Putri Mako juga diketahui telah memperkenalkan Kei kepada orang tuanya beserta keluarga besar. Bahkan hubungan mereka sudah diberi ‘lampu hijau’ oleh keluarga masing-masing lho!
Tapi rencana pernikahan mereka menimbulkan beragam komentar, hal ini karena pewaris tahta kerajaan menjadi semakin sedikit
Seperti yang kita tahu, kaisar yang saat ini menjabat di Jepang adalah Kaisar Akihito. Dirinya sudah menjabat dari tahun 1989 dan berencana untuk mengundurkan diri dalam waktu dekat. Terkai hal tersebut, kerajaan Jepang justru kesulitan lantaran sosok pengganti kaisar semakin berkurang. Putri Mako sendiri adalah cucu tertua dari empat cucu yang dimiliki sang kaisar, di mana tiga di antaranya adalah wanita. Sedangkan seperti dilansir Sydney Morning Herald, Kaisar Akihito hanya memiliki empat pewaris tahta, yakni dua putranya yang sudah berusia lebih dari setengah abad, saudaranya yang berusia 80 tahun, dan adik dari Putri Mako, Hisahito. Keputusan Putri Mako untuk menikah dengan warga biasa tentu saja akan menghilangkan peluang pewaris tahta di garis keturunannya kelak. Pun jika ia melahirkan seorang putra, anak tersebut tak memiliki peluang mewarisi kerajaan. Dengan begitu bisa jadi Pangeran Hisahito akan menjadi pewaris satu-satunya atau bahkan yang terakhir di keluarga kerajaan.
Kisah anggota kerajaan yang menikah dengan warga biasa juga pernah terjadi sebelumnya
Cerita Putri Mako bukanlah yang pertama terjadi saat Kekaisaran Akihito. Pada 2005 silam, Sayako yang merupakan bibi Putri Mako juga rela meninggalkan gelar bangsawannya demi menikah dengan pria biasa bernama Yoshiki Kuroda. Saat itu ia menjabat sebagai ahli tata kota. Seperti yang diketahui, Sayako merupakan satu-satunya anak perempuan yang dimiliki Kaisar Akihito. Melalui keputusannya tersebut, secara otomatis Sayako harus rela turun level dari bangsawan menjadi rakyat biasa.