*Mau tes kerja*
Kamu: Duh, belum mulai tesnya, kok aku udah mules aja. Gimana dong ini? ((keluar keringat sebiji jagung))
*Nggak sengaja ngerusakin barang*
Kamu: Aduh, bagaimana ini barangnya rusak! ((sambil mondar-mandir, gigit jari, menghela napas berkali-kali))
*padahal tinggal ganti pun beres sudah urusannya
Kamu sadar punya kebiasaan mudah panik dan khawatir berlebihan. Hal apapun bisa jadi sumber kepanikan muncul. Apalagi kalau hal itu memang kurang kamu sukai. Sebenarnya menjadi orang panik pun terasa kurang nyaman dan seringnya malah merepotkan diri sendiri. Tapi apa daya, sampai saat ini kamu belum bisa menakhlukkan kebiasaan panik itu. Seringnya semakin berusaha tenang, kamu justru semakin salah tingkah.
Sebagai orang yang mudah panik, kira-kira hal apa lagi sih yang sering dirasakan selama ini?
ADVERTISEMENTS
1. Rasanya panik pengen cepat selesai kalau lagi ada deadline. Tapi kalau udah buru-buru, bukannya selesai malah kamu sering salah-salah melulu.
Kamu: ((lihat jam)) aduh udah jam 11 lagi, 4 jam lagi deadline. Bisa selesai nggak ya, kalau nggak selesai bagaimana?
((lihat kanan-kiri)) Harus cepet selesai pokoknya, harus!
((setengah jam kemudian)) Kok dari tadi gambarnya salah terus sih. Duh….
Buat siapa saja, dikejar deadline udah pasti bukan hal yang menyenangkan. Apalagi buat kamu yang panikan. Rasa panik membuat kamu ingin lebih cepat menyelesaikan pekerjaan. Tapi apa daya, kepanikan justru mengganggu fokusmu, dan kamu pun berulang kali melakukan kesalahan. Kalau begini ceritanya, pantas aja waktu kamu mengerjakan pekerjaan jadi terus terulur-ulur. Huft, bisa-bisa kamu stres sendiri. Bahaya!
ADVERTISEMENTS
2. Kepanikan sering mengantarkan kamu pada hal-hal memalukan. Seperti gugup saat bicara di depan banyak orang.
Kamu seseorang yang cukup pintar. Kemampuan kamu di bidang yang ditekuni saat ini nggak perlu diragukan lagi. Tapi, namanya juga manusia, kamu tetap memiliki kelemahan di beberapa hal. Saat berhadapan dengan kelemahan itu, kamu pun sulit untuk mengendalikan kepanikan. Buruknya lagi, kepanikan kamu bisa berujung pada hal-hal memalukan.
Misalnya, kamu yang nggak biasa berbicara di depan orang banyak, tiba-tiba ditunjuk oleh atasan untuk mengisi sebuah materi talk show perusahaan. Bisa-bisa begini jadinya,
Kamu: ((deg-degan, sekaligus gemetar)) Eeee, Se….lamat Siang. Eeee, Saya perwakilan da….ri perusahaan anu…. ((dengan ucapan terbata-bata dan suara agak bergetar))
Saking gugupnya, kamu bisa saja salah mengucapkan beberapa kata. Huft, sabar ya!
ADVERTISEMENTS
3. Dibilang ceroboh sama orang pun udah sering banget. Kamu cuma bisa minta maaf dan bertekad untuk nggak menyerah pada kebiasaan panikanmu.
Teman kamu: Eh, An itu kok gambarnya ada yang kebalik? cek lagi dong! kamu ceroboh banget sih….
Kamu: Eh iya, maaf ya, tadi buru-buru soalanya! ((panik karena diburu-buru klien)) Duh…
Nggak cuma sekali dua kali, kamu membuat kesalahan fatal yang bikin orang bilang “ceroboh”. Sebab kepanikan bisa menyerang kapan saja, terlebih saat kamu merasa diburu, takut atau bingung. Ujung-ujung kamu cuma bisa bilang maaf dan maaf, sambil bertekat dalam hati untuk nggak boleh menyerah pada kebiasaan panik.
Meski kenyataannya sulit sekali mengontrol kepanikan itu sendiri. 🙁
ADVERTISEMENTS
4. Kamu sering tiba-tiba bersikap nggak jelas, seperti mondar-mandir atau bergumam sendiri. Sampai teman-teman kamu mengerutkan dahi dan komentar “kamu kenapa sih?”
Dalam satu jam ini entah sudah berapa kali kamu bergumam tak jelas. Belum lagi mondar mandir, entah mengambil minum, entah kebelekang, entah cuma jalan ke depan jendela lalu balik lagi ke meja kerjamu. Sampai akhirnya teman kamu yang sedari tadi memperhatikan pun penasaran dan bertanya,
“Kamu kenapa, An? dari tadi bolak-balik terus. Kayak orang bingung”
Kamu sendiri bisa jadi tambah bingung. Mau cerita atau nggak, kalau pun cerita kadang alasan kepanikanmu itu sepele atau bahkan aneh. Kayak misalnya, kamu mendadak bingung memikirkan kira-kira nanti pas pergi makan sama teman ke restoran A mau makan apa ya? “-_-
ADVERTISEMENTS
5. Rasa panik juga sering membuat kamu berbuat sebaliknya dari apa yang ada di perasaan. Yang sebenarnya cinta, eh jadi kelihatannya kayak benci gitu. Huhuhu :’(
Teman kamu: Eh biasa aja dong ngeliatin Si A, sampai bengong gitu. Kamu suka ya sama dia…. hayooo
Kamu: ((langsung deg-deg’an)) Ih apa sih…. siapa juga yang suka ((dengan nada yang sedikit bergetar))
Padahal di dalam hati, iya kamu emang suka sama dia. Cuma malu plus panik aja jadi bilang nggak suka. Sebenarnya teman kamu sendiri pun sadar, kepanikan yang menyergap kamu. Kelihatan kok dari air muka serta suara kamu.
Ya, begitu deh. Panik emang bahaya, bisa bikin kamu berbuat sebaliknya dari apa yang ada di perasaan sendiri.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu yang panik pun punya kekhawatiran yang besar, sebab pikiranmu kadang terlalu berlebihan dalam menanggapi suatu hal.
Panik itu bersumber pada pikiran. Kamu punya imajinasi yang terlalu tinggi saat menanggapi suatu hal. Hal yang sederhana bisa mendadak menjadi rumit di kepala. Sedangkan hal yang nggak penting-penting banget buat dipikirkan, justru menjelma masalah besar yang menyita perhatian. Dari keresahan pikiran tersebut, kekhawatiran pun muncul, lalu berkumpul dan akhirnya melebur jadi kepanikan.
7. Saat berhadapan dengan orang yang cuek dan santai, seketika kamu mendadak baper. Dan di hati berkata, “Kok mereka bisa santai sih! Padahal aku udah mau mati karena panik. Huft…..”
Lucunya kamu yang panik ini malah suka heran sama orang yang super cuek dan santai abis. Apalagi kalau orang itu teman kantor kamu sendiri. Saat deadline mengejar kalian, kamu bukan cuma heran, tapi mendadak jadi baper parah. Dan sering bergumam dalam hati,
“kok mereka bisa santai sih ngerjain deadlinenya! masih sempat ngopi, masih sempat ketawa-ketiwi. masih sempat nyayi-nyayi. Nah aku, udah hampir mau mati karena panik. Huft….”
8. Saat panikmu sudah benar-benar membuat sesak napas. Hentikan semua kegiatan, cari tempat tenang untuk menyendiri, tarik napas dalam-dalam, dan katakan “All is well”!
Saat kamu benar-benar bingung. Pikiran-pikiran buruk seperti nggak bisa menyelesaikan ini dengan baik, sampai kemungkinan terburuk kalau kerjaanmu benar-benar berantakan. Seketika jatung kamu berdugup cepat, mendadak napas pun rasanya tercekat. Padahal kamu sendiri nggak ada riwat sakit asma. Ya ini sebabnya apalagi kalau bukan panic attack.
Kamu nggak bisa memaksakan diri mengahadapi atau mengontrol pikiran tersebut dengan menggebu-gebu. Kamu butuh waktu untuk melepaskan diri dari semua kegiatan. Cari tempat yang cukup tenang untuk menyendiri, seperti misalnya mushola kantor atau kampus. Sampai di sana, buat diri kamu rileks dan berulang kali coba tarik napas dalam-dalam. Pastikan juga dalam hati dan pikiran, kamu katakan dengan tenang,
“All is well… All is well… All is well…”
9. Udah berusaha mengontrol segala kepanikan, tapi masih juga salah tingkah. Ya udah lah mau diapain lagi, toh kamu manusia biasa yang punya kekurangan.
Nggak perlu terlalu keras dengan diri kamu sendiri. Namanya juga manusia, nggak semua hal bisa mulus kamu kendalikan. Ada hal yang semakin dikendalikan justru semakin runyam. Kalau kata orang “bijak”, ya sudalah ya, lepaskan saja perasaan panik itu.
Toh, berusaha pun ada prosesnya, nggak bisa tiba-tiba langsung mulus saja jalannya. Pasti ada kegagalan-kegagalan kecil. Tapi tetap percaya, suatu saat kamu pasti bisa menang dari kepanikanmu itu.
Pejamkan mata, tarik napsa dalam-dalam, tersenyum, dan semangat! 🙂