Kebetulan bisa terjadi kapan aja, nggak terkecuali saat kamu membeli gorengan. Bisa aja ternyata penjualnya temenmu, pembeli di sebelah ternyata mantanmu, atau penjualnya ternyata mantan ibu kosmu. Semua bisa saja terjadi, namanya juga kebetulan.
Dulu mungkin nggak ada yang mengira bocah berkulit hitam yang bersekolah di Menteng akhirnya jadi presiden Amerika Serikat? Inilah yang dirasakan @roykim0chi saat menemukan bungkus cireng yang dibeli tenyata barang kepunyaannya dulu.
ADVERTISEMENTS
Sebuah kebetulan yang aneh dialami oleh seorang warganet. Bungkus cireng yang dibelinya ternyata fotokopian rapotnya
Beli cireng eh bungkusnya fotokopian rapot w dong?? pic.twitter.com/NX6vl3iiux
— Om (@roykim0chi) September 1, 2019
Beberapa waktu silam, viral di Twitter kisah kebetulan yang kelewat kocak. Akun @roykim0chi membagikan ceritanya saat beli cireng. Dia terkejut dan terheran-heran saat mendapati bungkus cireng yang dibelinya ternyata fotokopi rapot SMA-nya.
Terpapar jelas nilai beserta nama lengkapnya di sana. Lalu dia berusaha untuk memecahkan kenapa bisa hal ini terjadi bak Detektif Conan. Kemudian dia ingat bahwa setelah lulus dulu, emaknya menjual tetek bengek buku sekolah bekas ke tukang loak. Nah, di situ mungkin terselip fotokopian rapotnya.
ADVERTISEMENTS
Meski kocak, tapi kebetulan ini terbilang miris. Bisa-bisanya 3 tahun sekolah hasilnya cuma jadi bungkus cireng 🙁
Kebetulan selalu mengejutkan. Tapi kebetulan yang dialami cewek ini sungguh miris. Hati siapa yang nggak teriris melihat hasil jerih payahnya selama tiga tahun jadi bungkus cireng? Memang sih cuma fotokopian, tapi perjuangan meraih nilai, waktu yang dihabiskan, dan memori segala jatuh bangun sekolah terselip pada selembar kertas itu.
Belum lagi ngomongin bahayanya identitas rapot jika tersebar, bisa panjang lagi ceritanya. Nggak kebayang sih gimana rasanya kalau jadi dia. Makjleb pasti.
ADVERTISEMENTS
Sebelumnya pernah tersebar foto miris lain. Tumpukan skripsi berserakan dan dibuang-buang. Padahal itu berharga lo 🙁
Sebelumnya Hipwee pernah menulis artikel soal skripsi yang dibuang berserakan. Setali tiga uang, baik fotokopian rapot atau duplikasi skripsi, keduanya merupakan lambang perjuangan. Lebih jauh, skripsi adalah gagasan, juga penelitian yang dianggap sebagai perwakilan pemikiran hasil studi selama perkuliahan. Bisa-bisanya dibuang! Hadeeeh!
Kalau dirunut siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian seperti ini, tentu saja rumit. Kasus fotokopi rapot jadi bungkus cireng nggak sepenuhnya salah emak yang membuang, sebab menjual kertas bekas sudah jadi kebiasaan di masyarakat. Sedang kasus skripsi ini, mungkin karena perpustakaan kampus sudah terlalu penuh sehingga butuh dikuruskan. Hmm~
Boleh nggak sih kalau menyimpulkan bahwa orang Indonesia agaknya memang kelewat bodo amat sama “kitab” simbol perjuangan saat menuntut ilmu? 😀