Bagaimana kisah yang kamu lalui di sepanjang tahun ini? Apakah menyenangkan dan penuh kebahagiaan atau justru sebaliknya, penuh luka dan penderitaan? Jika sepanjang tahun ini kisahmu dipenuhi dengan rasa sakit hati, perjuangan menghilangkan dia dari memori, dan usaha menekan jerit luka yang tak kunjung padam, mungkin novel-novel ini punya kisah yang tak jauh beda dengan kisahmu. Hipwee sudah mengumpulkan quotes-nya yang paling baper untuk kamu nikmati, mungkin sambil minum kopi di senja hari atau sambil membunuh dia dan segala kenangannya dari memori.
ADVERTISEMENTS
1. Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita
“Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.”
Judul Novel: Hujan
Penulis: Tere Liye
Waktu Terbit: 28 Januari 2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ADVERTISEMENTS
2. “Biar bagaimanapun tidak akan ada yang baik-baik saja tentang sebuah perpisahan (…) bagaimana kita memulai dari awal, dan kemudian (…)
“Biar bagaimanapun tidak akan ada yang baik-baik saja tentang sebuah perpisahan, dan itu adalah perasaan sedihnya, bagaimana kita memulai dari awal, dan kemudian mengakhirinya di tempat yang sama.”
Judul Novel: Milea: Suara dari Dilan
Penulis: Pidi Baiq
Waktu terbit: 31 Agustus 2016
Penerbit: Pastel Books
ADVERTISEMENTS
3. “Setiap orang paling tidak punya satu rahasia yang akan menghancurkan hatimu.” Jangan terlalu berlebihan menanggapi rasa sakit hati, ini rasa yang sangat wajar!
“Every person has at least one secret that will break your heart”
Judul Novel: Metropop: The Architecture of Love
Penulis: Ika Natassa
Waktu Terbit: 10 Juni 2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ADVERTISEMENTS
4. “Aku tahu sekarang, bahwa yang tragis bukanlah kejadiannya. Tapi memorinya,” ini alasan kenapa kamu tak kunjung melupakan dia hingga detik ini!
“I know now that what is tragic isn’t the moment. It is the memory.”
Judul Novel: Another Brooklyn
Penulis: Jacqueline Woodson
Waktu Terbit: 19 Agustus 2016
Penerbit: Amistad
ADVERTISEMENTS
5. “Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya (…) Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya.”
“Kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun? Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan mengehentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya.” (Hujan – Tere Liye)
ADVERTISEMENTS
6. Untukmu yang merasa hidupnya penuh dengan drama: “Manusia (memang) menuntut manusia lain untuk punya drama.” Itu jahatnya!
“Manusia menuntut manusia lain untuk punya drama. Itu syaratnya supaya kita kelihatan normal.”
Judul Novel: Intelegensi Embun Pagi
Penulis: Dee Lestari
Waktu Terbit: 26 Februari 2016
Penerbit: Bentang Pustaka
7. Selalu ada orang-orang yang lebih menyedihkan dari kita kok, yang bahkan tak pernah diberi kesempatan untuk mencintai siapa pun
“Apakah ia memiliki cinta? Tidak. Ia tak pernah mencintai siapa pun. Tak ada burung pelatuk lain yang menarik perhatiannya. Ia burung tanpa cinta. Jika ada cinta, itu hanya cinta pada pekerjaannya mematuki batang pohon. Tak lebih. Bagi makhluk lain, apa yang dilakukannya terlihat menyedihkan. Tapi siapa kita sehingga berhak menghakimi perasaan makhluk lain?
Judul Novel: O
Penulis: Eka Kurniawan
Waktu terbit: 22 Februari 2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penghargaan: Kusala Sastra Khatulistiwa
8. “Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. (…) Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? (…)”
“Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham indahnya jatuh cinta.” (Hujan – Tere Liye)
9. Ketika kamu terus mempertanyakan hal-hal yang terjadi di masa lalu, kamu hanya akan menghalangi masa depanmu yang indah, jadi hentikanlah!
“You know what is wrong about always searching for answers about something that happened in your past? It keeps you from looking forward. It distracts you from what’s in front of you, Ya. Your future.” (Metropop: The Architecture of Love – Ika Natassa)
“Prasangka memang akan selalu menjadi beban yang membingungkan dan mengancam masa depan untuk membuat semuanya berjalan kacau.” (Milea: Suara dari Dilan – Pidi Baiq)
10. “Ada kalanya kita percaya bahwa ada kehilangan yang tidak dapat didefinisikan…” dan mungkin tidak perlu didefinisikan, kenapa harus?
“There was a time when I believed there was loss that could not be defined, that language had not caught up to death’s enormity” (Another Brooklyn – Jacqueline Woodson)
11. Banyak hal yang sebenarnya tidak semenyakitkan itu, kita menganggap itu menyakitkan karena kita hanya sedang mementingkan diri kita sendiri.
“Drama adalah komplikasi. Drama membuat kalian egois, berpikir kepentingan pribadi kalianlah yang paling penting.” (Intelegensi Embun Pagi – Dee Lestari)
12. “Bukan melupakan yang jadi masalahnya (…)” Kamu hanya perlu belajar untuk menerimanya saja, apapun itu
“Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.” (Hujan – Tere Liye)
Kata-kata yang kita dapatkan dari novel memang selalu indah meski yang ditulis adalah yang menyakitkan. Kata-kata itu diciptakan oleh penulisnya bukan dalam satu kejapan mata, mereka menciptakannya dengan kesetiaan yang diberikan pada kata-kata itu sendiri.
“Writing is one of loneliest profession in the world. Ketika sedang menulis, hanya ada sang penulis dengan kertas atau mesin tik atau laptop di depannya, hubungan yang tidak pernah menerima orang ketiga.” (Metropop: The Architecture of Love – Ika Natassa)