Ramadan adalah bulan paling romantis buat mendekatkan diri dengan keluarga, kawan, dan Tuhan. Nggak terkecuali bagi anak rantau yang harus menjalani puasa, sahur, dan berbuka sendirian tanpa kehadiran keluarga dan orang terdekat.
Puasa di perantauan bisa nano-nano banget rasanya. Mulai dari hal bikin sedih sampai kocak nggak ketulungan rasanya pernah dirasakan. Berikut penjabaran dari Hipwee Hiburan, jangan meneteskan air mata, ya, Gengs!
ADVERTISEMENTS
1. Sahur sendiri, masak sendiri, menentukan menu sendiri buat diri sendiri. Kalau beruntung dan ada kawan akrab bisa berbagi sesama anak kosan
ADVERTISEMENTS
2. Menjalankan kegiatan tanpa keringanan di bulan Ramadan, sudah sangat biasa. Demi bisa berkumpul dan liburan saat lebaran, harus kerja keras!
ADVERTISEMENTS
3. Sering kali dibuat bingung dengan menu buka puasa. Masak atau beli, kalau masak mau menu apa, kalau beli pasti bingung memilih. Duh, andai ada ibu!
ADVERTISEMENTS
4. Mencari kebahagiaan lewat berburu takjilan. Berkunjung ke masjid-masjid buat ibadah sekalian bonus buka bersama gratis. Mantul!
ADVERTISEMENTS
5. Nggak jarang tarawih keliling a.k.a tarling pun dilakukan bersama kawan-kawan. Demi dapat keseruan dan kebersamaan saat di perantauan
ADVERTISEMENTS
6. Sudah nggak terhitung betapa seringnya telat bangun sahur, baru mau makan sudah imsak. Sampai pernah nggak sengaja bangun jam 6 pagi saking capeknya. Duh!
7. Buka bersama adalah momen yang ditunggu-tunggu karena akhirnya nggak buka puasa sendirian dan bisa ngobrol sama teman-teman di tempat yang seru. Yay!
8. Suka nggak sengaja menteskan air mata waktu orang tua telepon dan tanya buka puasa pakai apa, sama siapa, beli kolak atau nggak. Duh, kangen masakan ibu di rumah!
9. Pulang tarawih cuma bisa goleran di kasur sambil scrolling medsos. Coba kalau di rumah, bisa nonton TV bareng-bareng sambil rebutan remote
10. Menjelang lebaran punya cita-cita pengen beliin baju dan jajan-jajan lebaran buat orang tua. Semoga para anak rantau dilancarin, ya, rezekinya! Amin!
Mau suka atau pun duka, yang jelas puasa di perantauan harus disyukuri adanya. Meski hanya bisa bersua dengan keluarga lewat paggilan suara, setidaknya bisa menyemangati hari-hari puasa yang terik dan melelahkan. Semangat terus buat kalian yang sedang berjuang di perantauan. Pahala kalian luar biasa kalau bisa menjalani ini semua dengan ikhlas. 🙂