Semakin berkembangnya teknologi saat ini, khususnya geliat ponsel pintar, turut serta membuat pengembang atau perusahaan berlomba-lomba dalam menciptakan beragam aplikasi untuk pasar. Aplikasi ini diharapkan dapat menunjang berbagai kebutuhan para pengguna ponsel pintar dalam berkomunikasi, bekerja, mencari informasi, atau sekadar hiburan. Dan salah satu aplikasi yang paling viral beberapa waktu terakhir adalah Tik Tok.
Tik Tok merupakan aplikasi di mana penggunanya bisa mengekspresikan diri melalui lipsync yang disertai gerakan atau koreografi. Mulai dari balita hingga dewasa nggak ketinggalan memainkan aplikasi satu ini. Namun layaknya sisi mata uang, aplikasi ini pun menuai dukungan dan kritikan.
ADVERTISEMENTS
Beberapa hari terakhir, kabar tentang pemblokiran aplikasi Tik Tok oleh Kominfo menggemparkan publik khususnya warganet
Dilansir dari laman cnnindonesia.com, delapan Domain Name System (DNS) aplikasi Tik Tok resmi diblokir oleh pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Hal ini diumumkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, setelah Kominfo melakukan pengawasan selama satu bulan terakhir dan banyaknya laporan dari masyarakat yang menyatakan marak sekali konten negatif di platform tersebut, terutama bagi anak-anak. Seenggaknya, lebih dari 2.500 laporan yang menyatakan keresahan akan aplikasi satu ini.
ADVERTISEMENTS
Nggak cuma adanya laporan, tapi petisi yang mendesak agar Tik Tok diblokir juga muncul dan sudah ditandatangani lebih dari 100.000 orang
Bukan hanya pengawasan yang dilakukan dan laporan dari masyarakat, tetapi pemblokiran ini semakin kuat dikarenakan adanya sebuah petisi yang mendesak Kominfo agar segera memblokir Tik Tok. Hal ini ditakutkan bakal jadi penyakit mental bagi generasi muda di masa mendatang. Sebanyak 150 ribu tanda tangan dibutuhkan dan telah dipenuhi oleh pengguna media sosial.
ADVERTISEMENTS
Pro-kontra aplikasi ini memang sudah ada sejak beberapa waktu lalu. Video nggak pantas banyak bermunculan dan bebas diakses oleh anak-anak
Aplikasi yang awalnya ditujukan untuk mengasah kreativitas penggunanya ini mulai tercoreng ketika video-video yang nggak pantas bermunculan. Mulai dari seorang gadis yang bikin video Tik Tok dengan jenazah kakek, video yang memperlihatkan pelecehan terhadap agama, hingga konten-konten seksi dan vulgar yang bisa diakses dengan bebas. Mungkin hal inilah yang ditakutkan akan memberi dampak negatif bagi penggunanya, mengingat siapa pun bisa mengakses dan menggunakan aplikasi ini, bahkan anak-anak sekalipun.
ADVERTISEMENTS
Puncaknya adalah saat viralnya seorang “artis Tik Tok” bernama Bowo yang mengadakan jumpa fans dengan para penggemarnya dan dikenai biaya
Pro-kontra kehadiran Tik Tok ini semakin memanas ketika salah seorang “artis”-nya viral. Bowo, bocah 13 tahun yang memiliki hampir 500 ribu followers di Instagram karena video-video Tik Tok-nya, mengadakan jumpa fans dengan para penggemar setia. Tapi ada syaratnya, mereka yang pengen bertemu Bowo harus membayar biaya sebesar 80 ribu hingga 100 ribu rupiah. Penggemarnya yang rata-rata masih bocah ini tentu sudah pasti merengek kepada orang tua mereka agar memberikan uang sebanyak itu. Belum lagi, ternyata sosok Bowo yang ada di video Tik Tok justru jauh berbeda dengan aslinya.
ADVERTISEMENTS
Setelah pengumuman diblokirnya Tik Tok ini tentu menuai beragam respons dari warganet. Sebagian tentu saja senang karena akhirnya salah satu wadah yang dianggap ‘merusak’ generasi muda sudah dihapuskan
Setelah diumumkannya pemblokiran ini, berbagai respons masyarakat pun bermunculan. Bahkan perbincangan soal Tik Tok ini menjadi trending topic di Twitter. Sebagian warganet bersyukur dengan keputusan pemerintah untuk memblokir aplikasi ini. Langkah Kominfo dianggap tepat demi “menyelamatkan” generasi muda, terutama anak-anak. Para warganet ini yakin bahwa dengan diblokirnya aplikasi negatif’ ini bisa mengurangi “kebodohan”, “kealayan”, ataupun konten nggak pantas bagi masyarakat.
ADVERTISEMENTS
Tapi justru opini pembelaan dan menyayangkan diblokirnya aplikasi hiburan ini mulai bermunculan dan nggak kalah kuatnya
Namun nggak semua yang setuju dengan pemblokiran ini. Beberapa di antara justru menyayangkan jika Tik Tok diblokir. Bahkan beberapa figur publik juga turut berkomentar. Sebut saja Uus, Anji, dan Ika Natassa. Mereka beranggapan bahwa aplikasi ini bisa menjadi ajang penyaluran kreativitas. Selain itu, mereka juga menegaskan bahwa di sini bukan platform-nya yang salah melainkan para penggunanya.
Sedangkan terkait Bowo yang akhir-akhir ini namanya melejit karena meet and greet berbayar, Uus berpendapat bahwa jumpa fans tersebut bukan keinginan Bowo, melainkan oknum yang pengen mendapatkan keuntungan dari sana. Bowo hanyalah anak-anak. Apalagi nyatanya, nggak sedikit yang mendapatkan penghasilan dari video Tik Tok yang mereka buat. Misalnya dari penghasilan endorse berbagai produk online shop.
Nggak bisa dimungkiri bahwa Tik Tok ini memang menyalurkan kreativitas. Banyak juga yang menghasilkan karya bagus dan apik lewat aplikasi ini. Tapi sayangnya, karya yang luar biasa itu justru tertutup oleh video-video memalukan dan nggak pantas sama sekali. Jika platform sejenis ini pengen diizinkan, alangkah lebih baik jika pemerintah punya regulasi atau pengawasan ketat agar konten-konten negatif nggak menyebar dan aplikasinya benar-benar bisa digunakan untuk menyalurkan kreativitas.