Pandangan orang terhadap sastra tidak selalu sama, ada yang bilang menarik namun tak sedikit juga yang bilang membosankan. Kalian yang mencintai sastra pastilah seseorang yang mantap dengan pilihannya, seperti yang pernah Hipwee sampaikan di artikel tentang enaknya punya pacar anak sastra. Apalagi jika kalian berani melangkah lebih jauh dengan mengambil jurusan sastra asing, Jepang misalnya.
Bayangkan jika kalian yang mempelajari sastra Jepang, mau tidak mau harus tetap mempelajari budaya dan perkembangan bahasa di daerah aslinya. Belajar bahasa Indonesia saja kadang sudah melelahkan, apalagi bahasa Jepang? Untuk kalian para mahasiswa sastra Jepang, pastinya sudah tidak asing dengan kalimat-kalimat aneh dan lucu yang kadang dilontarkan orang ketika mengetahui bahwa kita belajar sastra Jepang.
ADVERTISEMENTS
1. Pertanyaan wajib yang sudah didengar ribuan kali: “Kamu bisa bahasa Jepang, dong?”
Pertanyaan ini yang paling sering diterima jika ada orang yang tahu kalau kita anak jurusan sastra Jepang. Sebagai manusia yang memang sengaja belajar bahasa Jepang, kira-kira kamu mau jawab apa? Hehe…
ADVERTISEMENTS
2. “Bisa hafal semua huruf-hurufnya juga?” Cari tahu jumlah hurufnya dulu deh, baru tanya lagi 🙂
Nah yang ini juga kadang bikin geli kalau ada yang tanya. FYI, bahasa Jepang menggunakan 4 macam huruf yaitu Hiragana (yang paling gampang), Katakana (untuk kata serapan), Romaji/ Alfabet, dan terakhir Kanji. Hiragana dan Katakana masing-masing berjumlah 46 huruf, dan huruf Kanji sendiri yang berasal dari Tiongkok memiliki jumlah hampir 2000 huruf dan paling sering digunakan. Apakah kami hafal semuanya? Hiragana dan Katakana mungkin masih bisa kami atasi, tapi kalau Kanji… *melambaikan tangan ke arah kamera*
ADVERTISEMENTS
3. Lalu ada pertanyaan yang mencoba goyahkan iman kamu: “Terus kalau udah lulus mau jadi apa?”
Mau jadi apa ya? Jadi apa aja bisa! Mulai dari penerjemah buku, interpreter, pemandu wisata, frontliner hotel, pengisi suara, bahkan jika kamu mau jadi guru pun bisa! Jadi jangan takut madesu ya kalau kamu ‘terlanjur’ ada di dunia sastra Jepang. Karena selama kamu berusaha, jalan akan selalu ada. *serius*
ADVERTISEMENTS
4. “Kamu belajar bahasa Jepang pasti cuma buat nonton anime tanpa subtitle kan?”
Mungkin itu salah satunya. Tapi percayalah, alasan kami belajar bahasa Jepang lebih dari itu. Bisa jadi karena tertarik ingin menggali kebudayaannya atau memang karena kepincut oleh karya-karya sastra Jepang. Pernah terpikir itu sebelumnya?
ADVERTISEMENTS
5. “Yaelah sombong amat update status pake bahasa Jepang!” Suwer kita nggak bermaksud sombong, kok!
Bukan karena hendak pamer atau apa, sebenarnya cuma pengen nyimpen bahan kuliah tadi siang di status supaya nggak ilang. Lagipula kalau nggak tahu artinya kan bisa tanya langsung, nggak semena-mena menilai kesombongan orang dari statusnya dong! Suer itu cuma catatan penting biar nggak lupa dan masih bisa dibaca berhari-hari kemudian. T__T
ADVERTISEMENTS
6. Siapin telingamu buat mendengar: “Pasti suka nonton hentai, ya!”
Guys, please. Nggak semua mahasiswa sastra Jepang suka nonton (apalagi kerajingan) hentai. Mereka cuma lebih tahu aja budaya ‘perhentaian’ di negara asalnya seperti apa. Karena itu memang dunia mereka, mempelajari seluk beluk asal bahasa yang mereka geluti berarti juga ikut mempelajari apa yang ada di dalamnya dan (mungkin) termasuk hentai. Selera kami masih anime-anime kok, kalian dari kecil juga suka nonton anime kan?
7. “Enak ya anak sastra jepang, kuliahnya gampang cuma baca buku. Gak kayak anak teknik yang kuliahnya ngecor logam.”
Mas & mbak, gak ada namanya kuliah yang gampang!
Memang sih anak sastra jepang lebih sering berkutat dengan buku daripada hal lainnya. Namun jangan salah, kami juga mempelajari hal-hal non-buku seperti upacara minum teh, tarian tradisional, dan yang paling asik adalah komik alias manga. Bisa membaca komik dalam versi aslinya adalah suatu keahlian istimewa yang nggak semua orang bisa lakukan loh! Lagipula, menghafal deretan pola kalimat dan bentuk perubahan kata kerja itu juga nggak gampang! Belum lagi soal Kanji yang lagi-lagi masih sering menghantui… Masih berpikir sastra Jepang itu gampang?
8. Lalu ada juga anggota keluarga yang akan bertanya polos, “Kamu belajar bahasa Jepang sebenernya buat apa sih?”
Buat apa ya… Yang pasti ilmunya gak buat disia-siakan kok, om!
Ada yang mengambil jurusan bahasa Jepang karena memang berniar untuk melanjutkan studi atau bekerja di sana, ada juga yang salah jurusan karena tidak diterima jurusan pilihannya, dan ada juga yang mempelajari bahasa Jepang karena memang tergila-gila dengan budayanya sehingga berniat untuk memperdalam ilmu. Apapun alasanmu, tetap konsisten ya! Selesaikan studimu dan buatlah ayah ibumu bangga karena anaknya telah berhasil menyelesaikan salah satu tugas terbesarnya.
9. “Eh, kalau itu bacanya apa? Terus kalau ini bahasa Jepangnya apa?” Kadang kamu merasa diutus ke muka bumi ini cuma untuk meladeni pertanyaan barusan
Mahasiswa juga manusia, bukan kamus berjalan… *hiks*
Meskipun kanji bahasa Tiongkok dan Jepang sama, bukan berarti cara bacanya juga sama. Seringkali mahasiswa sastra Jepang diminta tolong buat membaca salah satu kanji random yang ada di belakang kemasan makanan (T__T) padahal itu kanji bahasa Tiongkok. Kan nggak bisa, woy! Terus juga kalau tahu-tahu disuruh ngomong pakai bahasa Jepang ‘kan rasanya canggung, nggak bakal seluwes kalau ngomong sama orang Jepangnya langsung.
10. “Kamu suka makanan Jepang dong! Suka cosplay juga ya?” Lho, kok jadi nuduh gini ya…
Gini, apakah belajar bahasa Inggris bikin kamu jadi langsung doyan makan Puding Ginjal Kambing kayak orang Inggris? Gak, kan?
Belajar bahasa Jepang nggak serta merta membuatmu doyan makanannya juga. Bahkan ada yang alergi sama makanan Jepang. Dan karena masakan Jepang kebanyakan memiliki cita rasa hambar, jadi jangan kaget kalau kamu melihat hal yang justru sebaliknya. Orang Jepanglah yang cinta masakan Indonesia! Masakan Indonesia terkenal akan bumbu dan rempahnya yang melimpah, jadi jangan heran ya kalau kamu malah melihat orang Jepang makan nasi goreng dengan lahap!
Soal cosplay, (lagi-lagi) nggak semua mahasiswa sastra Jepang menikmati budaya yang dimiliki Jepang. Namun sebagian besar masih bisa menikmati cosplay kok, meskipun tidak terlalu menggeluti dunia cosplay. Justru pecinta cosplay biasanya datang dari anak non-sastra Jepang lho!
Mahasiswa sastra Jepang berbahagialah, karena kamu punya segudang ilmu untuk merespons pernyataan dan pertanyaan di atas
Belajar sastra Jepang sebenarnya bisa dijadikan perbandingan dengan budaya yang kita miliki dan menelaahnya dari sudut pandang yang berbeda. Jika ada budaya yang baik, sudah sepantasnya jika membuka diri untuk mau mencontohnya namun tetap memberi filter pada diri sendiri sehingga tidak 100% budaya itu kita tiru.
Karena belajar sastra Jepang itu nggak mudah, ini menjadi tugas kalian untuk membuat jurusan sastra tidak lagi dipandang dengan sebelah mata karena sebenarnya dengan sastra kita bisa memahami kebudayaan dan keadaan masyarakat di masa lalu. Dan melalui sastralah segala aspek kehidupan saling berhubungan dan melalui sastra juga lahirlah budayawan dan pemikir-pemikir ulung pada masanya yang akhirnya ikut membentuk kebudayaan asli di mana bahasa tersebut lahir.