Ajang pencarian bakat memang sudah jadi salah satu acara televisi yang paling menarik beberapa tahun belakangan. Demam pencarian bakat juga tengah ramai di layar kaca Indonesia. Bukan hanya pesertanya yang antusias, melainkan penonton yang menyaksikan pun sampai rela membela sang idola hingga juara. Salah satu ajang pencarian bakat yang sedang ramai di televisi kita adalah kontes menyanyi dangdut. Selalu ada cerita, bagaimana drama kontestan saat audisi hingga dinyatakan lolos oleh juri.
Sayangnya, salah satu episode audisi kontes dangdut belakangan sedang jadi bulan-bulanan warganet karena dianggap meremehkan peserta yang hanya dinilai dari penampilannya saja. Bahkan sebelum peserta mendendangkan suaranya, para juri “mengusirnya” dari ruangan, agar berganti baju dan datang dengan penampilan menarik.
ADVERTISEMENTS
Juri kontes dangdut “mengusir” peserta yang dianggap berpenampilan nggak layak. Nggak hanya itu, peserta juga kena omelan~
Salah satu peserta kontes dangdut yang mengaku berasal dari Bau-bau, Sulawesi Tenggara mendatangi tempat audisi untuk mengadu nasibnya. Sayang, sebelum dia sempat menampilkan suaranya, juri menanyakan mengapa dia berpenampilan begitu ‘polos’. Peserta yang kemudian tampak bingung tersebut mengatakan kalau bajunya tertinggal di kampung.
Iis Dahlia dan Tri Utami yang menjadi juri pun mengomelinya dan menilai sang peserta nggak siap buat audisi. Bahkan Iis juga sempat menyatakan kalau para peserta yang sudah ikut audisi melakukan persiapan yang matang termasuk penampilan, kecuali dia. Walaupun suara mereka nggak lulus audisi, mereka tetap mementingkan penampilan. Beniqno, salah satu juri lainnya juga menyarankan agar gadis tersebut menunda audisinya hingga dia terlihat “siap”, terutama dari segi penampilan. Dia diminta untuk mencari pakaian yang “layak” untuk audisi.
Bak Cinderella, peserta tersebut kemudian dijemput oleh salah satu MC audisi kontes dangdut dan dibantu mengubah penampilannya jadi “lebih baik”. Sang peserta kembali dengan gaun yang anggun dan makeup sekelas penampil panggung perak. Seperti yang sudah kamu tebak, gadis ini akhirnya lulus audisi.
ADVERTISEMENTS
Akhirnya banyak warganet berkomentar negatif, merasa pengusiran peserta tersebut kelewatan, padahal juri belum sempat dengar suaranya
Kalau juri berpendapat penampil harus siap baju dan makeup, beda lagi dengan komentar warganaet. Banyak yang nggak setuju dengan tindakan juri seolah mengusir peserta karena penampilannya sangat “polos” ini. Menurut warganet, seharusnya juri nggak hanya menilainya berdasarkan penampilan saja. Belum juga peserta menampilkan suaranya, sudah dicap buruk dan kena omelan. Menilai buku dari sampulnya memang diyakini sebagai landasan moral yang kurang bijak di masyarakat kita.
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya ajang pencarian bakat lain pernah memperbolehkan peserta yang hanya pakai seragam sekolah ikut audisi terbuka lho. Hebatnya dia pun menang, wow!
Kalau berkaca dari ajang pencarian bakat lain, pernah lho ada kejadian serupa. Fatin Sidqia, yang saat itu mengikuti salah satu kontes menyanyi pun nekat tampil polos tanpa makeup, bahkan hanya mengenakan seragam sekolah untuk tampil di panggung terbuka dengan disaksikan juri. Nyatanya, Fatin justru lolos dan jadi pemenang kontes tersebut. Tapi kembali lagi, kita memang nggak bisa memukul rata bagaimana peraturan di ajang pencarian bakat.
Sebenarnya, nggak ada salahnya menentukan standar penampilan bagi calon peserta yang ikut audisi. Tentunya sebagai penampil, selain enak didengar, perlu juga enak dilihat. Biar ada keselarasan dan harmoni dalam manggung, katanya. Tapi kalau justru hanya menjadikan indikator penampilan sebagai syarat utama, mungkin ajang ini nggak cocok disebut sebagai audisi pencarian bakat. 🙂
ADVERTISEMENTS
Terlepas dari gimik atau nggaknya, cara yang dilakukan juri terkesan kurang tepat dan justru intimidatif. Sangat disayangkan kalau banyak yang jadi minder padahal punya bakat keren
Acara televisi memang nggak lepas dari kemungkinan gimik dan jalan cerita yang terskenario. Kalau pun kejadian pengusiran peserta karena penampilannya adalah konflik buatan, justru alur cerita tersebut nggak baik buat menanamkan anggapan ke pononton dalam menilai seseorang. Bukankah lebih baik kalau juri mendengarkannya menyanyi dulu, baru memberikan komentar? Jadi, peserta juga nggak down duluan karena dimarahi sama juri.
Dalam kasus ini, warganet terpancing untuk banyak berkomentar negatif terhadap sikap juri yang seolah kurang tepat. Kalau strategi ini dibuat dalam rangka membuat kontes dangdut tersebut viral, bukannya justru menimbulkan berbagai pertanyaan lain? Misal, mengapa penyelenggara lebih memilih gimik yang memancing komentar negatif dibanding kekaguman masyarakat? Atau mungkin warganet bakal mempertanyakan, apakah juri sebenarnya berkompeten atau nggak sebagai “hakim” dalam ajang pencarian bakat ini? Menguji mental sih boleh-boleh saja. Mungkin saja suatu saat dia yang menjadi bintang. Tentu dibutuhkan mental nan tangguh untuk jadi seorang figur publik. Tapi rasanya nggak harus seperti ini juga, kan?