Banyak yang bilang, dunia kerja itu adalah dunia yang sebenarnya. Masa kuliah hanyalah sebagai pengantar menuju dunia kerja. Saat masa kuliah kamu harus dihadapkan dengan diktat kampus dan jadwal kuliah yang padat, saat masuk ke dunia kerja kamu harus bertemu dengan seabrek dokumen dan pekerjaan dari atasan. Kamu yang mulai bekerja pun akan merindukan masa kuliah, dan sebaliknya tidak jarang mahasiswa justru ingin merasakan cepat bekerja.
Realitas kehidupan menunjukkan dua dunia ini punya perbedaan. Setiap orang pasti akan melaluinya. Buat kamu yang masih berstatus mahasiswa, kamu wajib baca ini, siapkan dirimu menuju dunia yang sesungguhnya!
ADVERTISEMENTS
1. Saat masih mahasiswa, kamu bisa bangun dengan ogah-ogahan
Ritme bangun pagi mahasiswa:
- Alarm bunyi
- Snooze
- Alarm bunyi lagi
- Snooze
- Akhirnya bangun
- Males
- Titip absen
- Tidur lagi
Jadi anak kuliahan, bangun pagi berasa berat banget. Apalagi harus dipertemukan dengan jadwal kuliah jam 7 pagi yang membuatmu berat untuk melangkahkan kaki ke kamar mandi. Ujung-ujungnya: “Ah, mandinya ntar abis kuliah aja deh!” (gosok gigi, cuci muka cukup). Yang terpenting: masuk kelas dan nongol depan dosen. Mandi nggak mandi, urusan nanti. Tak jarang, banyak mahasiswa nggak pernah mandi saat ke kampus.
Kalau urusan perut di pagi hari juga nggak ada masalah buat si mahasiswa. Ada kantin kampus yang bisa didatangi kapan saja. Beli kue di kantin, makan di kelas pun nggak ada yang keberatan (tergantung dosennya juga sih).
ADVERTISEMENTS
Kalau udah jadi pekerja, mau nggak mau kamu harus WAJIB bangun pagi
Ritme bangun pagi pekerja:
- Bangun sebelum alarm bunyi.
- Mau gak mau harus mandi.
- Pilih baju buat ke kantor.
- Berangkat.
- Berjibaku dengan macet.
Masuk di dunia kerja, kamu harus memaksa tubuhmu untuk beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Semalas apa pun dirimu, kamu harus bangun dan harus mandi. Belum lagi kamu harus memilih pakaian yang harus dipakai ke kantor. Menyiapkan sarapan sendiri atau membuat kopi sebelum pergi. Rutinitas pagi yang sungguh jauh berbeda dengan si mahasiswa.
ADVERTISEMENTS
2. Mahasiswa (kadang) bisa tampil santai pakai jeans dan sandal jepit
Jaman kuliah kamu bebas menggunakan kaos, kemeja, jeans, sendal jepit atau sepatu sneakers. Asal terlihat rapi dan pantas diterima di kampus, itu sah-sah aja buatmu. Kalau ada yang marahin ya cuma sekali, besoknya kamu ulangi lagi, pake sendal jepit yang sama.
ADVERTISEMENTS
Saat udah kerja, mau gak maku. Suka gak suka, kamu harus tampil rapi!
Di dunia kerja, penampilan bisa menjadi kunci keberhasilanmu. Ada perusahaan yang menuntut pekerja mengenakan setelan yang rapi (kemeja-celana kain/rok) atau ada juga yang sudah menyediakan seragam kerja. Setelan seragam pun harus kamu pakai setiap hari. Suka nggak suka, kamu wajib mengenakan seragam kerja. Buat pekerja kantoran, saatnya membeli setelan baju dan celana/rok yang rapi untuk ke kantor. Keesokan harinya, kamu enggan untuk tampil dengan baju yang sama. Alhasil, lemarimu mulai diisi dengan kemeja, blouse, rok atau celana kain untuk ke kantor. Setiap malam pun kamu punya dilema:
“Duh, besok pake baju apa ya ke kantor?”
Beda lagi dengan pekerja industri kreatif yang tidak punya kewajiban untuk tampil dengan kemeja dan bawahan rapi. Kaos pun masih diijinkan. Tapi, ujung-ujungnya tetep saja kantongmu terkuras habis untuk kaos atau kemeja lucu.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Kehadiran di kelas yang dinilai A, B, C dan kehadiran si pekerja yang dinilai dengan rupiah
Mahasiswa
Di kampus, biasanya ada aturan wajib hadir 75% dan 25% jadi kesempatan bolos. Dihitung-hitung ada kesempatan 3X untuk nggak masuk kuliah. Kamu pun menggunakan kesempatan itu dengan sangat hati-hati. Yah, kalau nggak beruntung, bolos pas ada kuis itu rasanya gimana gitu. Palingan si dosen memberikan nilai C tau D.
Tenang, masih ada semester depan untuk mengulang! (nasihat macam apa ini)
Pekerja
Lain halnya di dunia kerja, kamu akan mikir beribu-ribu kali untuk nggak masuk kerja. Walaupun ada alasan tertentu, kamu akan sangat berat meninggalkan kantor sehari saja. Sekalinya nggak masuk, upahmu yang kena getahnya.
Atau kalau pekerjaanmu tidak dihitung berdasarkan kehadiran, tidak masuk kerja harus dibayar dengan tumpukan tugas yang menanti. Jangankan nggak masuk, datang telat saja, ponselmu akan langsung ribut karena panggilan dari si boss.
Realitas dunia kerja itu keras, bung!
4. Mahasiswa bisa mengandalkan kiriman orang tua
Pas kuliah, orang tua akan rajin memberikan uang bulanan dan memastikan anaknya nggak bakal kekurangan di akhir bulan. Tinggal SMS atau telpon orangtua, mereka pasti segera transfer uang bulananmu. Kamu nggak perlu pusing mikirin uang kos, karena orang tua sudah menyiapkannya. Kalau di akhir bulan uangmu mulai menipis, masih ada teman kos yang jadi andalan. Atau pilihan terakhirmu dengan menelpon orang tua dengan nada rayu-rayu manja:
“Halo mama, lagi ngapain?”
“Kenapa? Bulanan habis?”
“Tahu aja deh ma.”
“Ya, besok dikirim.”
Kalau pekerja harus mengandalkan Tuhan dan diri sendiri
Setelah punya pekerjaan sendiri, tanggal 25 atau 1 di setiap bulan menjadi tanggal keramat untuk para pekerja. Senyum sumringah terpancar ketika melihat saldo atm bertambah, tapi perlahan raut gembira berubah jadi nestapa ketika transferan gaji hanya menetap sementara di rekening. Setelah itu, yah begitulah……..
“Bayar kos, bayar listrik, bayar pajak, transfer ke ibu, simpanan buat beli hp, budget liburan, belanja bulanan. Duh, uangku!” (meringis dalam hati)
Uang mulai menipis tapi kamu enggan meminta ke orang tua. Bagimu, ini saatnya kamu untuk mengirimkan sebagian gajimu untuk mereka. Atau, malah mereka bilang gini:
Bapak: “Kamu ndak perlu kirim ke bapak ibu.”
Kamu: “Wah, bapak perhatian sekali!” (dalam hatimu gembira)
Bapak: “Tapi, gajinya ditabung ya buat persiapan nikah!”
Kamu: “Pacar aja belum punya, kok sudah disuruh nabung buat nikah!” (jeritanmu di hati)
5. Lingkungan pertemanan si mahasiswa yang seumuran-seangkatan dan si pekerja yang lintas usia dan jabatan
Mahasiswa
Saat kuliah kamu dikelilingi mahasiswa yang sebagian besar bernasib sama denganmu, umur nggak jauh beda, tinggal di kos-kosan, jauh dari orang tua, bebas keluyuran, dan bisa menjalin pertemanan dengan cukup mudah. Ikut acara kampus bisa ketemu teman lintas jurusan atau ada gebetan kaka tingkat yang mudah kamu dekati. Obrolan antar mahasiswa yang cepat nyambung karena kalian sama-sama berstatus mahasiswa.
Pekerja
Saat masuk dunia kerja, kamu bertemu orang-orang yang pengalaman kerjanya lebih lama daripada kamu, umur yang jauh berbeda denganmu, dan suasanya yang serba teratur. Ada saat dimana kamu harus ikut acara di tempat bekerjamu dan harus mencari relasi seluas-luasnya demi lancarnya pekerjaanmu. Jam makan siang menjadi waktu dimana kamu dan rekan sejawat menghabiskan waktu mengobrol dansaling berkenalan.
6. Waktu masih mahasiswa, kamu bebas nongkrong kapan saja. Pas udah kerja, nongkrong itu ya cuma weekend. Hiks.
Mahasiswa
Jaman kuliah, kamu pasti sering nongkrong jam berapa pun dan dimana pun. Nongkrong sampai subuh pun bakal kamu jabanin karena kamu tahu besok hanya ada satu mata kuliah dan itu jm 1 siang. Kalau udah nggak kuat, numpang tidur di kos temen jadi pilihanmu.
Pekerja
Masuk kerja jam 9, kamu bakal mikir dua kali buat nongkrong sampe malam. Maksimal nongkrong pun jam 10 malam, setelah itu kamu lebih memilih untuk pulang dan beristirahat. Atau, kalau di hari kerja nggak bisa, kamu pun akan minta nongkrong di hari Sabtu atau Minggu.
“Weekend aja dong jalannya!”
7. Jam tidur siang si mahasiswa yang bisa dimana aja dan kapan saja, tapi si pekerja harus curi-curi waktu di tengah jam kerja
Mahasiswa
Jam 1 atau jam 2 itu adalah waktu-waktu sakral bagi tubuh untuk tidur siang. Kamu ada kuliah jam 1 siang dan pasti ngantuk banget. Itu nggak ada masalah buatmu. Duduk di pojokan belakang, ditutupi tas atau jaket, dan ZZZZZZZZZZ……… Tidur siang di kelas!
Sementara Pekerja…..
Nasib pekerja yang harus selalu standby dari jam 9 pagi-5 sore, tidur siang pun berasa jadi surga banget. Di sela-sela waktu istirahat, kamu menyempatkan diri memejamkan mata 10 menit saja itu sudah cukup banget buat mu. Apalai kalau bisa tidur siang 1 jam aja, hatimu senangnya minta ampun.
8. Kesempatan liburan si mahasiswa yang bisa sebulan lebih…
Mahasiswa
Masa-masa jadi mahasiswa membuatmu punya jadwal pasti untuk libur. Libur semesteran yang lamanya bisa sampe dua bulan, libur minggu tenang menjelang UAS, libur hari raya dan belum lagi libur mendadak dari kampus.
Waktumu untuk jalan-jalan lebih banyak dan kamu bisa menjelajah ke mana pun sama teman-temanmu. di masa kuliah pun nggak jarang kamu dan teman-temanmu merencanakan perjalanan mendadak ke ddaerah yang belum pernah kalian kunjungi.
Kalau udah kerja, kamu harus puas liburan cuma dalam hitungan hari
Buat para pekerja, liburan itu surga yang tiada tara nikmatnya. Bisa libur 2 hari berasa menemukan uang lima puluh ribu di jalan. Girangnya minta ampun! Tapi, begitu sudah masuk kerja, kamu harus kembali ke rutinitas kerja yang ada.
Di dunia kerja, jatah libur sudah diatur dari perusahaan dan kamu pun harus cari cara menggunakan jatah libur yang ada dengan sebaik-baiknya. Dalam satu tahun ada yang dapat jatah cuti 12 hari, ada juga 24 hari. Itu hak bagi para pekerja.
9. Ini bedanya pekerja dan mahasiswa dalam urusan salam tempel
Mahasiswa
Masih berstatus mahasiswa punya banyak keuntungan buatmu, terutama di hari raya. Keluargamu pasti banyak yang datang, saling bersalaman, eh ada amplop nyangkut di tangan.
ALHAMDULLILLAH! PUJI TUHAN! DAPAT UANG JAJAN TAMBAHAN!
Pekerja
Nah, buat yang udah kerja, berkumpul bersama keluarga bisa jadi momen yang menegangkan. Ini saatnya kamu untuk membagi penghasilanmu untuk keponakanmu yang masih kecil, lalu buat nenek dan kakekmu, belum lagi untuk sanak saudara yang lain. Kalau dulu kamu terima salam tempel, sekarang giliranmu memberikan salam tempel.
“Astaga duit THR-ku gak berbekas buat ngasih salam tempel ponakan-ponakan krucil!”
10. Mahasiswa masih mikir-mikir kalau harus belanja kebutuhan
Mahasiswa
Buat mahasiswa, berbelanja kebutuhan menjadi sesuatu hal yang harus dipikir dua kali. Mau beli baju aja, harus mikir ntar uang makan minggu depan gimana. belum lagi harus belanja bulanan untuk kebutuhan di kos, harus mulai memikirkan barang apa yang diperlukan dan yang tidak.
Saat udah kerja kamu lebih enteng mengeluarkan uang untuk belanja. Duit sendiri sih, jadi bebas!
Karena sudah berpenghasilan sendiri, kamu nggak mikir-mikir lagi untuk belanja kebutuhanmu. Kamu bebas beli baju, celana, alat rias, atau tas sesukamu dari hasil keringatmu sendiri. Toh, ujung-ujungnya akan kamu pakai ke tempat kerja atau hanya untuk kepuasan batinmu semata. Hitung-hitung hadiah untuk diri sendiri setelah sebulan penuh bekerja.
Kalau sudah bekerja, tingkat berbelanjamu juga naik satu tingkat dari mahasiswa. Yang tadinya nggak bisa beli merk ternama karena kemahalan untuk kantong mahasiswa, sekarang kamu bisa beli merk itu karena kamu punya uang sendiri. Pasti ada rasa berbeda di hati kalau membeli sesuatu dari hasil jerih payah sendiri. 🙂
11. Diferensiasi mahasiswa dan pekerja. Studi kasus: Begadang
Mahasiswa
Melek dari malam hingga pagi menjadi salah satu kebiasaan si mahasiswa. Mengerjakan tugas hingga larut malam dan lanjut kuliah pagi menjadi rutinitas normal buatmu. Gantinya, kamu bakal tidur sepanjang sore hingga malam guna membayar waktu begadang.
Pekerja
Pulang kerja membuat tubuhmu lelah. Sampai di rumah, yang kamu inginkan hanyalah kasur, kasur, dan kasur. Mau lanjutin kerjaan tapi mata udah lima watt. Kekuatan begadang yang dahulu kamu punya, kini pudar perlahan seiring padatnya aktifitasmu.
12. Perbedaan mahasiswa dan pekerja soal tabungan
Mahasiswa
Jadi mahasiswa rasanya mau niat nabung susah banget. Ada saja godaan yang menghadang.
Niat nabung eh tapi uang makan kurang yah apa boleh buat, lima puluh ribu aja nggak apa-apa kok! (pecah tabungan)
Pekerja
Tabungan menjadi salah satu harta si pekerja. Kamu mulai menyisihkan sebagian penghasilanmu untuk ditabung demi rencana masa depanmu atau demi kebutuhan mendadak yang bisa datang kapan saja. Kamu pun juga mulai melirik investasi yang pas untuk menunjang finansialmu ke depannya.
13. Si mahasiswa yang MAHA-tahu segalanya, ternyata belum tahu apa-apa saat masuk ke dunia kerja
Mahasiswa
Status mahasiswa membuatmu merasa MAHA-TAHU SEGALANYA. Namanya jug MAHA-siswa. Dengan segala gawai yang kamu punya, kamu bisa update berita terbaru dan menjadi pusat informasi di kalangan teman-temanmu. Rasanya waktu masih jadi mahasiswa itu udah keren banget deh pokoknya. Tahu segala hal. Merasa siap menghadapi semua tantangan.
Padahal saat benar-benar masuk ke dunia kerja…..
Masuk ke dunia kerja yang benar-benar baru, membuatmu menjadi remah-remah rempeyek yang sia-sia. Kamu berasa jadi orang yang tidak tahu apa-apa karena di tempat kerja ternyata masih ada orang yang lebih tahu dari kamu. Saat mahasiswa kamu jumawa karena merasa punya kemampuan menulis yang baik, eeeh ternyata rekan kerjamu jago nulis semua. Gigit jari, deh!
14. Tanggung jawab mahasiswa sama pekerja memang gak bisa disamakan
Kalau urusan tanggung jawab, mahasiswa dan pekerja memang punya tanggung jawab yang jelas jauh berbeda. Saat masih berstatus mahasiswa, kamu merasa tanggung jawabmu pada orangtua sebatas nilai. Mereka yang menyekolahkankamu dan sebagai gantinya kamu menunjukkan performa yang baik semasa pendidikan kuliah. Belajar sepanjang hari demi nilai terbaik dan demi membanggakan orangtua menjadi tanggung jawabmu.
Masuk ke dunia kera, tanggung jawabmu semakin bertambah. Memang nggak ada lagi nilai atau dosen yang akan menghantuimu, tapi bayang-bayang kehidupan masa depan yang membayangimu. Kamu harus mulai bertanggung jawab atas dirimu sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Saatnya kamu lepas dari tanggungan orang tua dan memulai kehidupan sebagai orang dewasa yang sudah bekerja.
15. Perubahan dari kuliah ke dunia kerja ini akhirnya membuatmu jadi orang yang lebih bertanggung jawab
Dunia mahasiswa memang berbeda dengan dunia kerja. Ini bukan mimpi, ini nyata dan ada di depan mata. Memang, setelah masuk ke dunia kerja kamu harus mengucapkan selamat tinggal pada gaya hidup bebas ala mahasiswa yang selama in kamu miliki. Transisi ini akhirnya mengajarimu jadi orang yang lebih bertanggyng jawab.
Selagi jadi mahasiswa, ada baiknya kamu mulai menyiapkan mentalmu untuk menghadapi kehidupan dunia kerja yang akan membuatmu terperangah dan bikin kamu sadar bahwa dirimu hanya masih sebatas meraba-raba kehidupan dunia. Pada akhirnya, apa yang kamu dapat akan menjadi pengalaman hidup yang membentuk karakter dirimu.