Pernyataan tentang seks dan reproduksi ini absurd abis | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Kebanyakan dari kita mungkin tidak diajarkan untuk membicarakan reproduksi dan seks dengan nyaman meski hal tersebut adalah hal wajar, bahkan sebenarnya dibutuhkan. Kultur yang menganggap bahwa seks adalah hal yang masih tabu ini membuat kita selalu canggung dan malu ketika membahasnya. Tak aneh bila pernyataan-pernyataan soal reproduksi dan seks yang salah kaprah masih banyak ditemukan sampai sekarang.
Stigma tabu dan rasa canggung ini membuat kita semakin jauh dari pengetahuan yang benar. Sebaliknya, kita justru termakan mitos dan kebohongan. Pemahaman yang keliru ini secara nggak sadar diwariskan dari generasi ke generasi. Pasalnya, zaman orang tua kita pun tak terbiasa membicarakannya, sehingga tak sedikit orang tua yang menjelaskannya dengan jawaban absurd jika ditanya.
Lantas, apa saja sih pernyataan-pernyaatan keliru bin absurd soal seks dan reproduksi?
ADVERTISEMENTS
“Anak kelas 6 SD kok udah bisa hamil, emang udah menstruasi?”
Percaya atau tidak, pernyataan itu mewarnai sebagian besar kolom komentar sebuah cuitan di media sosial Twitter lo. Sebuah cuplikan berita dibagikan dan langsung ramai-ramai dikomentari. Isinya tentang seorang bocah kelas 6 SD yang jadi korban kekerasan ayah tirinya sampai ia hamil. Di tengah kondisi miris sang korban, warganet menuliskan pertanyaan yang bikin kita mengerutkan dahi nih. Sepertinya para warganet masih belum paham soal seks dan reproduksi.
Selama ini, anggaapan umum yang beredar bahwa kehamilan bisa dialami oleh perempuan bila ia sudah menstruasi. Soalnya, menstruasi dianggap sebgaai tanda organ reproduksi perempuan sudah matang, sehingga bisa mengalami proses pembuahan. Tahu nggak rata-rata umur perempuan mengalami fase tersebut? Ya, betul sekali. Menurut seksolog dr. Boyke, menstruasi dimulai umur 9 tahun sampai 48 tahun. Sementara itu, masa reproduksi aktif dapat terjadi di rentang umur 12 – 45 tahun.
Namun, kehamilan tetap bisa terjadi meski perempuan belum pernah mengalami menstruasi sama sekali lo. Walaupun kejadian seperti bisa dikatakan jarang terjadi, perempuan yang belum pernah menstruasi tetap bisa hamil. Pasalnya, menukil Kids Health, organ reproduksi perempuan tetap bisa mengalami proses ovulasi, yakni sel telur yang matang keluar dari ovarium ke tuba fallopi untuk dibuahi. Jadi, kemungkinan perempuan hamil tetap ada, meski tidak terlalu tinggi.
Kalau begitu, wajar bila korban bisa hamil. Umurnya sudah memasuki masa reproduksi dan masa menstruasi. Sekali pun korban belum menstruasi, organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik dan proses ovulasi bisa terjadi. Yuk berhenti mempertanyakan kehamilannya! Apalagi, sampai menyangsikan pengalaman pahit yang dialaminya.
Pernyataan di atas bukan mengada-ada. Teman-teman sekolah dulu percaya kalau keperawanan bisa ‘dilacak’ lewat kekencangan lengan. Hadehhh. Sebenarnya nggak perlu buru-buru mendebat pernyataan aneh itu deh. Konsep keperawanan aja masih dipertanyakan kebenarannya sampai sekarang. Keperawanan bahkan nggak diakui dalam dunia medis dan kesehatan lo. Makanya, muncul pemikiran kalau keperawanan hanyalah konsep sosial.
Lengan cewek bisa menunjukkan perawan atau tidak? | Photo by Charles Deluvio on Unsplash
Jadi, ngomongin keperawanan dan mitos-mitosnya adalah kekeliruan berlipat. Tidak ada tanda fisik yang menunjukkan perempuan pernah berhubungan intim. Percuma saja memegang lengannya karena nggak menandakan apa-apa. Kalau pun lenganya kencang dan berotot, mungkin perempuan itu rajin workout, bukan karena belum pernah berhubungan intim.
Sama halnya dengan mitos soal tanda-tanda cowok perjaka. Di antara banyaknya mitos, salah satu yang paling nyeleneh bin aneh adalah kelopak mata hitam. Yakin itu tanda cowok udah nggak perjaka? Itu mah cuma pigmen warna kulit aja. Lagi-lagi, ketika cewek atau cowok sudah pernah berhubungan badan, ya cuma mereka yang tahu. Kita nggak bisa sok tahu dengan melihat tanda-tanda fisiknya. Kalau nekat seperti itu, kita sedang cocoklogi aja namanya~
ADVERTISEMENTS
“Berenang di kolam bisa menyebabkan kehamilan.”
Masa sih perempuan bisa hamil gara-gara berenang? | Photo by Andrea Piacquadio on Pexels
“Ada jenis sperma tertentu yang sangat kuat. Walaupun tidak terjadi penetrasi, ada pria terangsang dan mengeluarkan sperma, dapat berindikasi hamil.”
Masih ingatkah dengan penggalan pernyataan tersebut? Itu lo, pernyataan kontroversial dari mantan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sitti Hikmawatty. Februari 2020 lalu, Sitti melontarkan pernyataan yang berbuah polemik panas. Ia menyebutkan kalau kehamilan bisa terjadi di kolam renang meski tanpa hubungan intim. Walah, kok bisa?
Sperma yang kuat disebut-sebut bisa berenang dalam air. Bila dikeluarkan di kolam renang, sperma bisa masuk ke rahim perempuan. Menurut Sitti, inilah bahayanya kalau perempuan dan laki-laki berenang di satu kolam renang. Jadi, tanpa sentuhan fisik, kehamilan dinilai nggak mustahil. Air di kolam adalah mediasinya.
“Pertemuan yang tidak langsung, misalnya, ada sebuah mediasi di kolam renang,” kata Sitty.
Pernyataan Sitti langsung jadi sorotan dan panen kritikan. Selain tak terbukti secara ilmiah, pernyataannya jelas salah kaprah. Pernyataan itu langsung dipatahkan oleh Ketua Biro Hukum Pembinaan Anggota Ikatan Dokter Indonesia, Nazar. Agar terjadi pembuahan dan kehamilan, ada tiga faktor yang perlu dipenuhi; kualitas sperma, kualitas sel telur, dan kondisi organ reproduksi perempuan adalah yang paling menentukan. Tidak mungkin sperma bertahan lama, apalagi di air.
Buntut dari pernyataan Sitti yang nggak tepat soal reproduksi dan seks, Dewan Etik KPAI merekomendasikan pemberhentian Sitti dari jabatan. Rekomendasi itu pun dikabulkan oleh Presiden Jokowi lewat Kepres Nomor 43/P Tahun 2020.
ADVERTISEMENTS
“Ciuman itu bisa bikin hamil lo.”
Memang ciuman bisa bikin hamil, ya? | Illustration by Hipwee
Harus diakui kalau pernyataan itu pernah ada. Buktinya, seorang teman SMA yang nongkrong di kantin sekolah pernah nyeletuk demikian. Coba deh, ingat-ingat lagi kita pernah mendengar pernyataan absurd semacam itu dari siapa aja. Jika datangnya bukan dari orang lain, jangan-jangan kita sendiri yang pernah berpikir kayak gitu?
Ngomongin soal reproduksi, kehamilan tak mungkin terjadi tanpa pembuahan sperma ke sel telur (ovum). Nah, pembuahan sendiri membutuhkan penetrasi antara organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Jadi, nggak bisa tiba-tiba hamil karena ciuman ya. Sentuhan fisik tanpa melibatkan hubungan intim nggak akan menyebabkan kehamilan. Ciuman, pegangan tangan, tidur bersisihan, atau cuma duduk sampingan sama lawan jenis misalnya. Tidak semudah itu, Kisanak~
Walaupun kesadaran kita semakin membaik sekarang, pemahaman soal reproduksi dan seks tetap harus dipupuk. Masih eksisnya pernyataan-pernyataan tersebut membuktikan kalau edukasi seks memang diperlukan. Kultur pendidikan seks yang canggung dan penuh stigma harus dihentikan, sehingga kita semakin tahu dan paham soal organ reproduksi dan cara kerjanya. Bukan cuma berdasarkan asumsi dan mitos, tapi dengan pengetahuan yang bersifat ilmiah.
Jika edukasi seks semakin gencar, kita juga bisa menjadi generasi yang punya pengetahuan dan pemahaman tepat soal seks dan reproduksi. Dampaknya bukan hanya ke diri sendiri, tapi juga untuk generasi selanjutnya. Ketika jadi orang tua nanti, kita nggak melulu mengajarkan mitos apda anak. Misalnya anak bertanya, “Pak, Buk, aku lahir dari mana, ya?”maka kita bisa menjawab sesuai ilmu pengetahuan. Jadi, nggak ada lagi tuh pernyataan atau jawaban, “Adik lahir dari pusar ibu.”