“Will you marry me?”
“Yes, I do!”
*dan berakhir dengan happy ending*
Sering mendengar percakapan semacam itu? Lalu, kamu bingung, kok bisa ya cowok-cowok di luar negeri itu bisa romantis begitu. Untuk ngajak nikah saja, macam-macam caranya. Sementara, cowok Indonesia paling datang ke rumah ketemu bapak ibu sambil bawa roti buaya.
ADVERTISEMENTS
Di film Hollywood, kamu sering lihat adengan lamaran yang super keren. Di mana si cewek diajak makan malam romantis dan si cowok berlutut sambil menyodorkan cincin.
Adegan semacam itu cukup familiar buat kamu yang sering nonton film drama Holywood atau reality show luar negeri. Gaya melamar semacam itu tampak sangat romantis. Bukan hanya sekedar mengungkapan kalimat, ‘will you marry me?” tapi caranya itu lho so sweet banget. Ada yang dibuatkan teka-teki dengan bunga mawar yang berujung pada si cowok sedang sujud membawa cincin atau ada juga yang diajak ke puncak gunung tertinggi kemudian di lamar. Kamu yang tinggal di Indonesia mungkin merasa si cowok niat banget ya, pasti cinta banget sama ceweknya.
ADVERTISEMENTS
Alhasil, jadi banyak cewek-cewek yang menonton jadi mupeng, termasuk cewek-cewek Indonesia. Tapi, apa cocok buat di Indonesia?
Enggak jarang, kamu yang cewek-cewek berangan-angan akan dilamar dengan berbagai macam cara yang romantis. Ya, karena gaya macam itu nggak umum di Indonesia, kamu pun mupeng. Eh, tapi kira-kira model lamaran kayak gitu cocok nggak ya sama masyarakat Indonesia?
ADVERTISEMENTS
Di negara maju seperti Amerika, menikah itu keputusan ke dua belah pihak. Si cowok dan si cewek.
Bagi orang-orang di negara maju seperti Amerika, rata-rata menikah itu ya keputusan kedua orang yang menjalaninya. Keputusan si cewek dan si cowok sangat berpengaruh di sini. Kalau pas ditanya oleh cowok dan si cewek mau, ya udah tinggal lanjut kepelaminan. Orang tua dan keluarga cukup diberi tahu dan diundang di hari H.
ADVERTISEMENTS
Dan nggak semua orang di negara maju punya orientasi untuk menikah, bisa aja pacaran lama banget tapi memang nggak pingin nikah.
Di samping keputusan bisa menikah atau enggak tergantung dari yang menjalani, ada juga faktor di mana nggak semua orang di negara maju pingin menikah. Ada juga yang cinta, pacaran udah lama, tapi nggak ingin nikah. Maunya pacaran terus saja, nggak tahu sampai kapan. Makanya perlu ditanya dulu, “mau nggak nikah sama aku?” kalau nggak ya pacaran terus atau bubar.
ADVERTISEMENTS
Makanya, sangat perlu membuat si cewek senang dengan cara-cara romantis, biar mereka menjawab, “Yes, I will!”
Karena keputusan bisa menikah atau enggak ada di tangan cewek, si cowok harus berusaha membuat si cewek yakin padanya. Cara salah satunya ya dengan melakukan hal-hal romantis.
ADVERTISEMENTS
Sementara di Indonesia, yang menikah bukan cuma urusan dua orang, tapi dua keluarga.
Lain halnya dengan di Indonesia yang mana menikah bukan hanya soal kamu cinta dia dan dia cinta kamu. Selain urusan kecocokan dan kecintaan yang ingin menikah, faktor keluarga juga jadi penentu kamu bisa menikah dengan dia atau nggak. Makanya, sebelum memutuskan untuk menikah kamu perlu pendekatan panjang dengan keluarganya teruatama orang tua supaya mendapat restu. Kalau cuma pendekatan ala-ala romantis ke si cewek, tapi ke keluarganya kamu cuek-cuek aja sih ya siap-siap aja hubunganmu bermasa depan suram.
Kalau ceweknya bilang, ‘YES!’ tapi bapaknya bilang, ‘Big No No!” kamu bisa apa?
Sudah ngajak makan malam romantis, pakai bawa-bawa bunga segala macam. Dianya bersedia untuk menikah sama kamu. Eh, bapaknya melarang keras lantaran kalian beda agama. Terus mau bilang apa?
Dan mayoritas orang Indonesia punya cita-cita untuk menikah dan berkeluarga, jadi pacaran ya memang tujuannya menikah. Ngapain lagi nanya, ‘will you marry me?’ yang ada ‘when you marry me?”
Berbeda dengan mereka yang tinggal di negara maju, mayoritas orang Indonesia punya orientasi untuk menikah. Itu lah sebabnya mereka berpacaran, untuk masa penjajakan sebelum menikah. Ada sih orang Indonesia yang nggak berkeinginan menikah, tapi paling cuma satu dua dibanding yang pingin menikah. Buktinya, KUA selalu ramai, wedding organizer jadi bisnis yang menjanjikan, dan gedung manten nggak selalu ngantri bahkan harus pesan setahun sebelumnya.
Sebaliknya, cara melamar konvensional yang berani mendatangi orang tua dan keluarga malah terlihat keren bagi masyarakat di negara maju.
Kalau di Indonesia banyak orang yang mupeng dengan lamaran romantis, ternyata orang dari negara maju justru menganggap lamaran yang konvensional itu keren banget. Cowok yang berani mendatangi orang tua si cewek terlebih dahulu sebelum melamar si cewek dianggap gentleman. Masih ingat nggak video tentang cowok yang ingin menyampaikan lamaran pada ayah si cewek yang sudah meninggal? Video tersebut menjadi viral karena masyarakat kagum akan sikap cowok yang menemui keluarga si cewek sebelum dia menanyakan pada ceweknya.
Jadi mending mana? Lamaran yang romantis atau melamar langsung ke orang tua?
Kembali ke masing-masing pribadi, mau lamaran yang romantis atau konvensional, semua terserah ke pilihan tiap orang. Ada dari kamu yang memang terbuka sehingga keputusan menikah sepenuhnya jadi tanggung jawabmu, ada juga yang masih harus menunggu persetujuan orang tua untuk menikah. Mau dilamar gaya apa aja, yang penting pernah lamaran dari pada nggak sama sekali, eh.
“Jadi kamu lebih suka lamaran yang gimana?”