Ambulans bukanlah penentu hidup dan mati seseorang. Namun ketika kamu dalam keadaan (amit-amit jabang bayi) darurat dan butuh pertolongan medis, ambulans mungkin satu-satunya tempat kamu menggantungkan harapan setelah Tuhan. Kamu ingin kendaraan ini tiba secepat mungkin dan sampai di rumah sakit dalam sekejap.
Nah, untuk sampai dengan cepat ke rumah sakit dengan selamat ambulan mengandalkan suara sirine serta kepatuhan pengguna jalan lain untuk mengalah dan ngasih jalan ketika mendengar suara sirine. Idealnya, ketika mendengar raungan suara sirine ambulans, kendaraan-kendaraan di sekitarnya harus memberi jalan.
ADVERTISEMENTS
Seperti dalam video yang terekam dari dasboar ambulans di Jerman ini.
Semua memperlambat laju kendaraan sambil menepi sehingga ambulans memperoleh jalan yang lapang di tengah.
ADVERTISEMENTS
Sepadat apapun jalanan tersebut, semua kendaraan memberi jalan bagi ambulans.
ADVERTISEMENTS
Ketika kamu menunggu kedatangan ambulans atau sedang di dalamnya menuju rumah sakit, berdo’alah kamu gak harus melewati jalanan seperti ini.
Perhatikan bus ijo pada video di atas.
Macet sih iya. Padat, emang padat. Tapi masa ambulansnya dihadang lalu dipepet bukan diberi jalan?
Video tersebut diambil di jalanan Jakarta, menurut pengunggahnya. Kalau kamu belum pernah dengan, Jakarta adalah kota dengan lalu lintas paling parah sedunia berdasarkan survei yang dilakukan oleh sebuah brand pelumas.
Mungkin hanya di Indonesia (gak cuma Jakarta) tempat di mana ambulans gak diberi jalan, malah dipepet ke pinggir. Dan hanya di Indonesia sebuah ambulans akan dibuntuti oleh 9-10 mobil yang mencuri kesempatan dengan mengaku sebagai kerabat terdekat yang lagi sakit di dalam ambulans.
Menghargai nyawa, mendahulukan yang darurat dan kerelaan untuk mengalah, mungkin itu yang membedakan kita dengan masyarakat di negara maju. Bukan tidak mungkin hal itu yang membuat kita belum siap disebut sebagai Global citizen.