Sudah bukan hal asing lagi kalau warganet se-Indonesia seringkali terlibat adu argumen, cekcok, hingga debat kusir dalam dunia maya. Beberapa menyebutnya sebagai comment war atau perang komentar. Fenomena ini ada sejak eksisnya sosial media dan panasnya kubu politik di Indonesia. Ditambah lagi, konflik ras dan agama yang menguras hati banyak orang jadi penyebabnya.
Maka sudah maklum dong kalau ada unggahan yang sedikit berbau politik, agama, dan ras yang menyoroti satu pihak, bakal dimentahkan oleh pihak lain. Padahal nggak selamanya lho unggahan itu ditujukan untuk memancing perdebatan dan cari masalah. Yang bikin heranm unggahan produk jualan yang ada di salah satu platform belanja daring ini juga entah bagaimana ceritanya, bsia jadi tempat adu argumen juga. Padahal ini bukanlah aksi kampanye, dan si penjual tentunya berniat cari uang saja. Terlepas dari itu orang-orang justru menyoroti pandangan politiknya dan heboh sendiri di kolom komentar.
ADVERTISEMENTS
Beberapa waktu lalu ada yang berkomentar di lapak jualan dan membahas pandangan politik tertentu. Padahal seharusnya kolom komentar berisi diskusi produknya loh
Mungkin kamu sudah nggak heran kalau menyaksikan warganet berdebat di media sosial. Seringnya sih mereka berdebat di suatu artikel berita atau unggahan yang memang memberikan pendapat terhadap pandangan politik, ras hingga agama. Salah satu warganet akan menyangkal atau mengata-ngatai unggahan tersebut, lalu ditimpali oleh warganet lain yang nggak sependapat. Kemudian, semakin banyak yang nimbrung maka semakin ramai. Begitu terus deh sampai lebaran kucing anggora!
Alih-alih jengah, warganet yang ‘vokal’ dalam berkomentar kini juga makin menyebar luas, bahkan lapak jualan juga jadi serangan. Bukannya memihak, tapi adu argumen di toko daring itu tampak salah tempat sih. Apalagi kalau sampai mengata-ngatai dengan bahasa yang kasar, terlepas dari siapa pun yang dikata-katai lho, ya.
ADVERTISEMENTS
Jangan salah, semua warganet itu punya hak dan kebebasan buat berkomentar. Tapi alangkah lebih baik kalau tahu tempat dan nggak debat kusir
Perdebatan itu nggak salah, asal topik yang diperdebatkan terarah. Selain itu, perdebatan juga membutuhkan kelegaan antara pihak yang saling berdebat untuk punya pikiran terbuka. Kalau pun ada, sampai akhir kedua pihak masih beda pendapat dan nggak bisa sependapat, harusnya bisa saling menghormati. Namanya juga pendapat, isi kepala orang dan perspektif pasti beda-beda dong.
ADVERTISEMENTS
Jadi, lain kali sebagai warganet yang bijak, nggak ada salahnya memikirkan apa yang akan komentari. Jangan juga memperdebatkan hal yang sudah pasti semacam ini
Layaknya di dunia nyata, penjual online di dunia maya juga berniat untuk cari keuntungan dan berbisnis. Nilai dan normanya pun sama saja dengan ketika kita berhadapan langsung dengan penjual konvensional. Bedanya, di toko daring penjual dan pembeli nggak akan bertatap muka secara langsung. Tapi jangan sampai deh transaksi berujung memperdebatkan hal yang sudah pasti begini. Warganet kalau bercanda memang suka konyol!
ADVERTISEMENTS
Lebih parah lagi kalau transaksi jual belinya jadi bikin ngakak gini. Duh, jangan dimasukan ke hati, ya 😀
Semua pembeli memang maunya dapat harga paling murah dengan kualitas barang paling bagus. Sebaliknya, penjual pengen keuntungan besar dengan usaha seminimal mungkin. Nah, buat menengahinya, harus ada kesepakatan antara penjual dan pembeli, sejauh mana rasa toleransi mereka dipertemukan, hingga ada kesepakatan harganya. Tapi kalau satu pihak tetep mau harganya diturunin sementara penjualnya justru pasang harga mentok, transaksi nggak bakal terjadi dong. -__-
Bagaimana pun, kebebasan berpendapat dan berkomentar bukan berarti bebas tanpa batas, ya. Sebagai warganet cerdas, harusnya bisa mengggunakan haknya secara bebas namun bertanggung jawab. Kalau dirasa salah satu unggahan di olshop adalah pembodohan yang merugikan banyak masyarakat, ya, kritisi saja secara cerdas. Bukan dengan menyerang dan mengata-ngatai saja. 🙂