Jika kalian tinggal di Yogyakarta, tepatnya di Kabupaten Gunung Kidul, tentu pernah mendengar mitos atau legenda ‘pulung gantung’. Kepercayaan ini masih dipegang erat oleh mayoritas masyarakat di daerah sana meski zaman telah banyak berubah jauh lebih modern. Ironisnya kepercayaan tersebutlah yang banyak dipercaya menjadi latar belakang mengapa tingkat bunuh diri di sana masih tergolong tinggi. Masyarakat meyakini bahwa salah satu penghuni rumah yang ‘ketiban’ pulung gantung akan mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Setiap tahun rata-rata ada 33 orang melakukan bunuh diri. Meski tidak semua caranya sama, tapi mayoritas adalah dengan gantung diri. Jumlah tersebut tidak mengalami pergeseran yang signifikan sejak 10 tahun terakhir.
Terlepas dari ada atau tidaknya hubungan pulung gantung dengan fenomena bunuh diri di Gunung Kidul, sebaiknya kalian simak dulu ulasan Hipwee berikut ini supaya dapat menilai sendiri..
Pulung gantung digambarkan sebagai pijaran bola api berwarna merah kekuningan dan memiliki ekor
Bukan hal yang baru bahwa masyarakat Gunung Kidul masih percaya dengan hal-hal yang berbau magis, salah satunya adalah legenda pulung gantung. Nama itu sendiri adalah kata yang digunakan untuk merujuk sebuah bola api pijar yang kerap terbang di malam hari dan jatuh di rumah warga. Uniknya, kata pulung jika diartikan terpisah berarti “wahyu”. Namun jika sudah disandingkan dengan kata ‘gantung’ maknanya jadi mengandung isyarat mengerikan. Masyarakat meyakini jika sebuah rumah kejatuhan pulung gantung maka hal buruk akan terjadi pada penghuninya. Biasanya akan berkaitan dengan kematian.
Warga punya cara-cara sendiri untuk berusaha mengurangi korban pulung gantung, tapi angka bunuh diri tetap tinggi
Warga yang kebetulan melihat pulung gantung sontak akan membunyikan kentongan keras-keras untuk mengusir makhluk gaib itu pergi sehingga tak ada warga yang terkena efek buruknya. Jika sudah ada korban, biasanya masyarakat akan membakar atau meratakan dengan tanah tempat korban bunuh diri. Selain itu mereka juga melakukan bersih desa dengan menggelar pagelaran wayang dan doa bersama supaya tidak ada korban selanjutnya. Kendati begitu, masih banyak juga pelaku yang nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri setelah rumah mereka dijatuhi pulung gantung.
Peneliti dari Universitas Gadjah Mada pernah mengungkapkan fakta ilmiah mengenai bola pijar tersebut
Sinar menyerupai bola api yang sering dilihat warga Gunung Kidul terbang ketika malam hari sebenarnya adalah suatu fenomena alam yang biasa terjadi. Pijaran tersebut berasal dari perpaduan zat fosfor dan zat kapur yang memang banyak ditemui di sana. Seperti kita ketahui, kabupaten tersebut memang terletak di atas pegunungan kapur. Namun, meski sudah ada penjelasan ilmiahnya, masyarakat di sana masih lebih condong pada kepercayaan turun temurun tersebut.
Lalu bagaimana dengan fenomena bunuh diri yang populer disana?
Para akademisi dan intelektual tak lantas tinggal diam menyikapi tingginya angka bunuh diri di Gunung Kidul tersebut. Menurut rasionalitas yang mereka bawa, banyaknya orang melakukan bunuh diri dilatarbelakangi oleh kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Melihat akses menuju daerah tersebut masih terbilang sulit, tak heran jika masyarakat disana belum seratus persen tersentuh teknologi. Apalagi orang-orang yang sudah sepuh. Faktor-faktor seperti kemiskinan tadi memang relevan jika dihubungkan dengan depresi, kegagalan, dan kesesatan yang kemudian mendorong orang mengakhiri hidupnya.
Pemerintah setempat telah melakukan upaya-upaya guna mengurangi angka bunuh diri di Gunung Kidul
Upaya-upaya itu seperti sosialisasi langsung, pembagian modul, pedoman deteksi dini, dan pendampingan oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat kepada kelompok yang berpotensi melakukan bunuh diri. Penggunaan media komunikasi secara intensif juga dipercaya mampu membantu orang-orang yang mengalami stres atau depresi membagi masalahnya kepada orang lain sehingga mereka tidak merasa sendiri. Dengan cara-cara tersebut diharapkan masyarakat yang melihat pulung gantung tidak lantas mengait-ngaitkan dengan perilaku bunuh diri yang selama ini mereka percaya turun temurun.
Film Ziarah yang sedang tayang di bioskop baru-baru ini juga mencoba ‘menyentil’ mitos tentang pulung gantung
Baru-baru ini layar bioskop Indonesia dihebohkan dengan tayangnya film lokal berjudul Ziarah. Film ini tidak dibintangi oleh aktor atau aktris terkenal pada umumnya. Bukan juga diperankan oleh dara muda dengan tampang ganteng atau cantik seperti film-film layar lebar pada umumnya. Film ini dinilai menarik karena menampilkan sosok wanita tua renta yang jauh dari kata glamor. Alih-alih diperankan oleh aktris berusia senja, wanita di balik tokoh utama film Ziarah ini hanyalah masyarakat biasa yang memang ditawari membintangi film tersebut. Selain sosok Mbah Ponco yang berperan sebagai Mbah Sri, salah satu scene yang memunculkan seorang warga yang ditemukan gantung diri karena mitos pulung gantung, juga menyedot perhatian dan sukses membuat penasaran penonton yang sebelumnya belum pernah mendengar tentang pulung gantung.
Nah, bagaimana Guys, kalian percaya atau nggak?