Setiap daerah pasti memiliki budaya dalam hal kebiasaan masyarakatnya. Semakin lama tinggal di suatu daerah kita akan lebih memahami kondisi budaya tersebut. Namun, ketika pertama kali pergi merantau seringkali perbedaan budaya atau kebiasaan ini membuat kita terkejut, merasa aneh, dan kesulitan mengikuti karena nggak sesuai dengan daerah asal, atau sering disebut dengan culture shock.
Omong-omong soal culture shock ini ternyata ada beberapa pengalaman kocak warganet saat mereka pertama kali merantau ke Jakarta. Seperti yang Hipwee himpun dari Twitter @worksfess, kebanyakan mereka mengalami culture shock soal makanan, budaya di jalan, hingga kebiasaan masyarakat.
ADVERTISEMENTS
1. Ngomong baik-baik dikira nyolot, ngomong serius palah terdengar lucu apalagi ditambah logat khas dengan huruf E. Jakarta jadi Jakarte, iya jadi iye~
ADVERTISEMENTS
2. Di daerah lain tuh, mi ayam untuk makan siang kan ya? Di Jakarta mi ayam untuk sarapan pagi, ini sesat atau budaya nih? Banyak yang menganggap ini culture shock, loh
ADVERTISEMENTS
3. Konon katanya, di Jakarta jarak tempuh 1 jam itu dekat. Jarak 10 km ditempuh 1 jam itu wajar. Padahal kalau di kampung 1 jam itu udah berapa puluh km ya?
ADVERTISEMENTS
4. Definisi waktu adalah uang, karena telat semenit berangkat bisa bikin telat setengah jam sampai kantor, huhu. Untung kalau nggak sampai kena teguran ya
ADVERTISEMENTS
5. Kalau di kampung naik kendaraan pribadi biar lebih cepat, tapi kalau di Jakarta justru transportasi umum lebih cepat, karena terhindar dari macet
ADVERTISEMENTS
6. Kebiasaan di daerah lain, anak muda mengalah dengan orang tua saat di transportasi umum, kalau di Jakarta kasih tempat duduk palah dilihatin orang satu bis. Ini yang aneh siapa sih jadinya?
7. Ter-culture shock jatuh pada penggunaan kata aku-kamu dan lo-gue. Di daerah lain aku-kamu hal yang biasa ke teman, eh kenapa di Jakarta jadi dianggap lagi pdkt sih?
Pengalaman culture shock tiap orang memang cukup menarik. Apalagi jika hal ini cukup valid bagi sebagian orang, artinya budaya di Jakarta memang cukup berbeda dengan daerah lain. Buat para perantau di Jakarta, mana nih yang paling valid menurutmu? Atau ada pengalaman lain juga?