Sebelum dianggap menghakimi, kita harus sepakat dulu ini guys, pencitraan yang kita bahas di sini jangan selalu bermakna negatif ya! Pencitraan itu sah-sah saja kok, tergantung siapa yang menilainya.
Bagi para tokoh politik, pencitraan memang diperlukan untuk meningkatkan elektabilitas. Mereka bersaing untuk mencari citra positif dibantu oleh para tim suksesnya dan ini tidak mudah. Bahkan terkadang mereka juga memanfaatkan citra negatif dengan cara yang sedemikian rupa untuk meningkatkan popularitas. Ada banyak sekali trik-trik di dunia politik yang sulit dimengerti oleh orang awam seperti kita. Tapi bagaimanapun juga sebagai seorang warga negara yang sudah dewasa dan punya hak pilih dalam politik kita harus mulai sadar dengan fenomena politik yang terjadi di sekitar kita.
Yang menarik kali ini selain pencitraan dengan cara blusukan ke pasar, makan di warung-warung pinggir jalan, dan salaman dengan rakyat jelata adalah pencitraan romantis. Caranya sebenarnya sangat sepele, para tokoh politik membuat semacam unggahan di media sosialnya, biasanya ada foto sekaligus caption yang romantis atau bahkan baper.
Begitu diunggah, ratusan ribu orang akan menyukainya dan ribuan lainnya berkomentar. Bagaimana komentar mereka? Hampir semuanya positif. Netizen yang kebanyakan adalah muda-mudi galau (ngaku saja!) memang merasa “dekat” dengan unggahan semacam ini. Kita sebagai netizen merasa senang disindir oleh pak walikota dan kadang saking senangnya kita juga “menyeret” teman-teman kita lainnya dalam komentar kita di unggahan tersebut.
@puspietasari: “Mam @messineade…boncengan kyk gini atuh ama si cintanya ;-p”
@eko.bowo: “indahnya halal @sandputra @lilisumantri0811
Bayangkan jika setiap orang yang berkomentar membawa satu atau dua temannya, jika ada sekitar 5 ribu komentar berarti paling tidak ada 10 sampai 15 ribu orang yang akan ditarik membaca unggahan itu. Belum lagi ada banyak pula netizen yang tergolong silent rider. Secara tidak langsung unggahan foto tadi bisa menambah popularitas Pak Ridwan Kamil bukan?
ADVERTISEMENTS
Pencitraan romantis atau baper tidak lagi dianggap receh
Bisa panjang ceritanya. ? : @irvansapt
A photo posted by Ahok BasukiTPurnama (@basukibtp) on
Masih ingat foto Veronica Tan tatkala terlihat cemburu saat Ahok tengah berfoto bersama Dian Sastro di belakangnya? Foto ini jauh lebih viral di dunia maya dibandingkan kegiatan Ahok blusukan di daerah Petojo Selatan misalnya. Media-media kelas nasional pun tak enggan mengangkatnya jadi berita. Pencitraan semacam ini tidak lagi dianggap receh karena kenyataannya memang bisa mendulang audiens. Bahkan lebih mudah viral dibandingkan berita-berita berat.
Boleh dibilang untuk merangkul netizen yang didominasi oleh generasi Y dan Z, pencitraannya memang harus dibuat sedemikian rupa. Mereka yang masih berusia belasan sampai 20-an akhir merasa lebih dekat dengan hal-hal semacam itu dibandingkan hanya dengan membaca visi misi yang itu-itu saja.
Sepertinya hal ini juga sudah lama terbaca oleh para tokoh politik, Agus Yudhoyono misalnya pernah bernyanyi romantis untuk istrinya dan berhasil menghebohkan jagad netizen. Perlahan mereka mulai menggunakan teknik pencitraan serupa yang bisa bikin baper para penggemarnya atau bahkan menarik massa baru sebagai pengikutnya. Momen-momen romantis bersama pasangan kini tak segan mereka unggah di media sosial, entah murni sebuah kebanggaan atau hanya mencari perhatian demi pencitraan. Kita tidak tahu dan mungkin juga tidak perlu tahu.
ADVERTISEMENTS
Meski ikut dibikin baper, anak muda harus tetap jeli
Saat cinta tak perlu jembatan kita Selfie di Jembatan Cinta 🙂
A photo posted by Anies Baswedan (@aniesbaswedan) on
Entah kita sadari atau tidak, fenomena pencitraan romantis dan baper yang sedang naik daun ke depannya mungkin akan semakin marak kita temukan. Melihat yang romantis dan baper-baper memang mengasyikkan sih, tapi jangan sampai terninabobokan. Mereka mungkin akan kita anggap tokoh yang asyik, gaul, kekinian, romantis, seksi, dan semacamnya. Tapi ingat juga, kalau mereka calon pemimpin maka mereka harus tetap punya wibawa, tetap punya program yang cetar membahana, tetap punya aktivitas positif selain berbaper-baper ria, tetap berintegritas dan punya dedikasi. Kalau hanya baper saja semua orang ‘kan bisa.
Yang harus kita syukuri adalah para pemimpin atau calon pemimpin kita untungnya tidak hanya sekedar mengumbar keromantisan dan menebar kebaperan, aktivitas mereka yang lainnya juga sangat positif.
Semoga bisa menebar pesan-pesan positif lewat pencitraan romantisnya ya, Pak, menggabungkan keduanya sepertinya jauh lebih seru dari pada hanya mengunggulkan salah satunya. Selamat berjuang untuk memimpin anak-anak muda negeri ini!