Buat kamu yang beragama Hindu, salah satu yang bikin kamu galau akhir-akhir ini adalah karena nggak bisa merayakan ritual Nyepi bareng keluarga dan tetanggamu. Mungkin, tahun ini adalah pengalaman pertama kamu merantau dari rumah untuk kuliah atau kerja. Berat rasanya ninggalin keluarga, tapi demi masa depan kamu harus tahan. Tenang Hipwee paham kok gimana perasaan kamu. Kalau kamu lagi merayakan nyepi di perantau beberapa hal ini pasti sedang kamu rasakan!
ADVERTISEMENTS
1. Tahun pertama merantau dan harus merasakan Nyepi yang benar-benar sepi.
Di tahun pertama merayakan nyepi di perantauan kamu masih bingung beradaptasi. Di beberapa kota, ada juga sih yang memiliki tempat merayakan prosesi nyepi, tapi prosesinya berbeda dengan adat istiadat di kampung halamanmu. Kamu pun harus segera berusaha menyesuaikan diri dengan perbedaan itu. Kamu menemukan definisi baru untuk ‘Sepi’.
“Pas awal-awal harus adaptasi waktu ibadah sih, misalnya kalau di Bali tawur agung dilaksanakan petang hari, sementara di rantauan jam 8 pagi,” ujar Eka, 25 tahun.
ADVERTISEMENTS
2. Jika tahun-tahun sebelumnya berangkat upacara sama keluarga, tahun ini kamu harus berangkat sendiri.
Namanya juga anak rantau, jauh dari keluarga. Masih jomblo lagi. Apa-apa harus sendiri, termasuk pergi ke tempat upacara ya harus sendiri.
ADVERTISEMENTS
3. Jarak antara tempat ibadah dan tempat tinggal jauh. Pakai nyasar lagi karena belum hafal jalannya.
“Kalau di Bali, di setiap tempat punya pura masing-masing. Jadi kami tinggal sembayang saja di situ, sementara kalau di Jogja, jarak antara lokasi upacara lumayan jauh sama asrama tempat tinggal kami,” Komang, 27 tahun.
Memang nggak semua umat Hindu berasal dari Bali dan gak semua orang Bali itu beragama Hindu, tapi sebagian besar penduduk Bali memang orang Hindu. Makanya ada banyak pura di Bali sehingga umat Hindu yang mau bersembayang sebelum Nyepi tidak perlu repot-repot mencari tempat upacara. Sementara, ketika kamu merantau ke kota lain yang punya perayaan Nyepi —Jogja, misalnya— lokasi upacaranya cukup jauh. Kamu yang masih baru diperantauan dan belum hafal jalan sering kali kebingungan mencari lokasi upacaranya.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu harus tetap khusyuk meski prosesi ibadah dijadikan tontonan oleh pengunjung dan turis.
Duh, kok banyak yang pakai pakaian santai, bawa-bawa kamera lagi.
Pelaksanaan nyepi di Bali memang sangat sakral dan khusuk. Saat sembayang pun kamu lakukan di pura masing-masing sehingga cukup privasi. Berbeda dengan di rantau, di mana upacara nyepi seolah-olah jadi tontonan publik. Bahkan, kamu pun agak risih ketika baru saja jalan ke tempat upacara dengan menggunakan pakaian adatmu, orang-orang memandangimu dengan tatapan aneh. Saat sembahyang pun, kamu kurang bisa konsentrasi karena suara-suara jepretan kamera mengelilingimu.
ADVERTISEMENTS
5. Kalau begini jadi ingat bli-bli pecalang. Di sini kok nggak ada pecalang ya?
Ketika kamu sedikit terganggu saat ritual upacaramu, kamu pun jadi teringat kalau di Bali ada pecalang. Polisi adat ini akan menjaga ritual keagamaan di Bali supaya tetap kondusif. Coba aja di perantauan juga ada pecalang…
ADVERTISEMENTS
6. Masih enak yang di kota rantaunya ada upacara perayaan nyepi, di kota aku merantau nggak ada sama sekali.
Enggak semua daerah di Indonesia punya lokasi untuk merayakan nyepi. Banyak juga tempat-tempat di Indonesia yang nggak punya. Nah, kalau sudah begini ya sudah terpaksa nggak ikutan Melasti, sembahyang di kos saja.
7. Tantangan buat Nyepi di kos-kosan selama di perantauan itu sungguh besar.
Di kampung halaman yang satu lingkungan tempat tinggal, suasana Nyepi begitu terasa. Saat hari-H melaksanakan Nyepi, yang bisa kamu lakukan hanyalah mengunci kamar kos dan berusaha tetap konsentrasi. Banyak suara-suara atau bau makanan dari luar kosmu yang lumayan mengganggu tapi kamu berusaha tetap tenang sampai satu hari penuh. Tantangannya lumayan berat.
8. Kangen bikin ogoh-ogoh sama pemuda satu banjar, lah kalau di rantau mau bikin sama siapa?
Tahun-tahun lalu setiap menjelang Nyepi kamu sudah sibuk dengan pemuda-pemuda satu banjar untuk mempersiapkan ini dan itu, termasuk bikin ogoh-ogoh. Nantinya kamu juga akan kebagian membawa ogoh-ogoh itu, keren kan? Kalau sedang di perantauan begini bagaimana bisa bikin ogoh-ogoh? Mau sama siapa juga bikinnya?
9. Ingin rasanya menelepon keluarga dan teman-teman sebanjar buat melepas rindu, tapi kan mereka lagi Nyepi…
Kalau teman-teman yang merayakan hari besar keagamaan lain di rantau bisa mengobati rindu dengan keluarga melalui telepon. sms atau media sosial. Lha, kalau ini kan lagi pada Nyepi, kamu aja nggak boleh aktifin handphone. Ya udah deh teleponnya ditahan dulu, nunggu Nyepinya selesai aja.
10. Salah satu yang bisa mengobati kangen adalah komunitas pemuda Hindu sesama perantau, sehingga upacara tetap berlangsung khidmat.
Meskipun di perantauan, kamu tetap aktif di kegiatan-kegiatan pemuda Hindu baik di kampus maupun di daerah setempat. Makannya meski pun harus berangkat ke upacara sendiri, di tempat upacara ada aja yang kamu kenal. Jadi deh upacara barengan.
11. Ada juga yang menarik perhatianmu. Kenalan ah, ketemu pas ibadah siapa tahu jadi berkah.
Enggak menutup kemungkinan juga ada seseorang yang kelihatannya menarik. Kamu pun mencoba memberanikan diri untuk berkenalan. Kalau ketemunya di tempat ibadah, siapa tahu memang ini jawaban atas semua doa. Amin.
12. Ketika rindu masakan kampung halaman, untungnya ada warung yang menyediakan.
Salah satu yang bikin kangen adalah sehari sebelum mulai Nyepi, ibumu pasti memasakkan masakan spesial yang khas untuk bekal bersembahyang sehari penuh keesokan harinya. Untungnya meski di rantau kamu masih bisa merasakan di warung yang menyajikan makanan khas Bali.
“Kalau di Jogja, sekitar pura gitu biasanya banyak warung khas Bali. Lumayanlah serasa pulang ke kampung halaman sebentar,”
Kadek, 24 tahun.
13. Dengan merasakan Nyepi di perantauan, kamu jadi tahu kalau toleransi antar umat beragama itu masih ada. Kamu sadar bahwa ternyata antusias masyarakat non-Hindu sangat besar untuk memahami prosesi umat Hindu.
Teman-teman kos banyak yang lupa atau bahkan tidak tahu kalau kamu merayakan Nyepi. Kamu pun lupa memberi tahu mereka. Setelah kamu beri tahu, mereka pun akhirnya mengerti dan berusaha menjaga ketenangan saat Nyepi berikutnya. Bahkan, kadang mereka menawarkan mengantarmu ke Pura terdekat. Meski awalnya terlihat mengganggu, kamu mulai sadar bahwa mereka yang menontonmu beribadah bukan bermaksud mengganggu. Justru mereka penasaran upacara umat Hindu sehingga menyempatkan diri untuk hadir.
14. Kamu juga mengerti budaya Hindu selain Hindu Bali.
Mengikuti prosesi di tempat lain membuatmu mengerti bahwa setiap daerah punya adat istiadat masing-masing. Kamu pun lebih bisa menghargai perbedaan itu.
15. Tahun-tahun berikutnya, kamu sudah terbiasa merayakan Nyepi di perantauan.
Setelah terbiasa dan sudah mulai beradaptasi, kamu pun sudah tidak perlu galau lagi ketika harus merayakan nyepi di perantau. Tentu saja, rindu akan suasana kampung halaman akan selalu membayangi. Tapi, suasana nyepi di perantauan ini mungkin kelak juga akan kamu rindukan ketika kamu sudah kembali ke kampung halaman. Jadi sebisa mungkin kamu mencoba menikmatinya saat masih ada kesempatan.
Tak peduli jika suatu saat nanti kamu harus merantau lebih jauh lagi, kamu sudah paham beribadah tak mengenal ruang dan waktu. Di mana pun kamu berada, jika niatmu beribadah kuat, kamu pasti bisa melewatinya dengan menyenangkan.
Selamat Hari Raya Nyepi!