Setiap zaman tentu memiliki kenangannya sendiri-sendiri yang mungkin tak pernah terlupakan. Salah satunya adalah zaman alay yang sempat booming dan ngetren di pertengahan era tahun 2000-an. Pada zaman tersebut, ada banyak banget hal-hal yang mungkin saat ini dinilai aneh, absurd, nggak wajar, dan bahkan dihindari banget. Kamu pasti ingat lah masa di mana bahasa alay menjadi bahasa gaul yang digunakan sejuta umat.
Seperti misalnya aku jadi aq, dia jadi dy, atau ‘nya’ jadi sekedar huruf x aja. Uniknya, setelah sekian tahun berlalu dan masa-masa tersebut sudah terlewatkan, ternyata masih ada aja orang yang memakai gaya tulisan tersebut. Heran nggak sih? Berasa kayak nggak bisa move on gitu lo dari fase-fase tersebut. Bukannya mau melarang juga, tapi ya gimana gitu lo ya 🙁
ADVERTISEMENTS
Padahal masa-masa alay itu udah berakhir sejak beberapa tahun silam. Kalau bahasa ini dipakai saat itu sih mungkin masih wajar
Di masa-masa itu, sebenarnya nggak ada salahnya jika kamu mau memakai gaya bahasa tersebut. Tapi kalau diterapkan di zaman sekarang kok rasanya kurang tepat aja. Bukannya nggak boleh dan ada larangan tertentu, tapi ya memang karena kurang tepat aja karena udah bukan zamannya. Dulu sih jangankan mau menyingkat ‘nya’ dan menggantinya dengan sekedar huruf x aja, lha wong kamu mau menamai akun media sosialmu dengan nama-nama yang nggak wajar pun dulu malah dianggap super keren kok.
Ingat nggak sih dulu sempat ngetren nama-nama akun Friendster dan Facebook yang hurufnya campuran antara besar dan kecil. Udah gitu pakai bahasa yang susah dipahami, istilah yang nggak lazim, dan bahkan mungkin yang mampu membacanya pun hanya si pemilik akun media sosial itu sendiri. Kenapa sih ya dulu kita bisa menganggap hal kayak gitu tu jadi sesuatu yang keren 🙁
ADVERTISEMENTS
Cuma tinggal nulis tiga huruf aja lo sebenarnya. Apa susahnya sih ya!?
Entah karena memang lagi keburu-buru, pengennya simpel dan nggak repot, atau nggak bisa move on dari zaman keemasan alay beberapa tahun lalu, tapi orang-orang yang masih memakai gaya bahasa ini benar-benar susah banget buat dimengerti. Kalau dulu sewaktu masih sekolah kita menganggap pelajaran matematika adalah perkara yang begitu rumit, kamu akan sadar bahwa orang-orang kayak gini ternyata bisa lebih rumit dibandingkan perkara matematika itu sendiri.
Mungkin sih salah satu alasannya karena dulu sempat ada yang namanya promo bayar sms yang biayanya dihitung setiap karakter. Makanya nggak heran jika saat itu banyak banget istilah-istilah yang disingkat sependek-pendeknya. Belum lagi kalau pada nulis pesan nggak pernah dikasih spasi biar biaya yang dibutuhkan nggak mahal. Ngirit sih ngirit, cuma seringkali bikin pusing diri sendiri dan orang lain. Ternyata memang kita dari dulu hobi merepotkan ya :’)
ADVERTISEMENTS
Orang-orang yang masih pakai gaya tulisan begini pada nggak sadar apa ya, kita sebagai pembaca harus dipaksa agar otaknya bekerja keras saat memahami susunan kalimatnya
Mungkin memang sudah seharusnya tipe orang yang seperti ini bergaulnya sama yang mengerti akan gaya bahasa mereka aja. Lha kalau kita-kita yang udah nggak paham lagi dengan bahasa begituan yang ada malah pusing sendiri bacanya. Jangankan suruh memahami seluruh isi kalimat dengan penuh dan tuntas, terkadang untuk membacanya kata demi kata aja juga butuh keahlian khusus kok. Udah gitu juga pasti kesabaran kita bakal diuji kalau membaca gaya bahasa yang kayak gini. Mau marah nggak bisa, negur nggak enak, tapi kalau diem aja juga nggak tahu apa maksudnya.
Banyak lo orang-orang yang masih menggunakan gaya bahasa seperti ini, entah itu anak muda atau bahkan juga orang tua. Coba deh latihan pelan-pelan untuk menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami orang lain saat berkomunikasi. Yakali kamu mau ngobrolin hal penting dengan orang yang penting juga dan kamu masih pakai gaya bahasa yang ngetren lebih dari 10 tahun silam~