Oh jingle bells jingle bells
jingle all the way!
Oh what fun
it is to ride
In a one horse open sleigh, Hey!
Natal selalu mengingatkan kita pada lagu Jinggle Bells, pohon natal, kue kering dan makanan enak, serta kehangatan berkumpul bersama keluarga. Tapi sayang, tidak semua orang punya kesempatan untuk merasakan nyamannya kembali ke rumah pada hari besar Umat Kristiani ini.
Apakah kamu termasuk anak rantau yang tidak bisa pulang ke rumah di hari Natal ini? Hipwee memahami perasaan dan kerinduanmu. Artikel ini Hipwee harap bisa mewakili perasaanmu
ADVERTISEMENTS
1. Natal memang waktu terbaik untuk berkumpul bersama keluarga. Tapi kali ini rindu harus ditahan dulu, ada kewajiban yang masih menunggumu.
Ibu: “Mbak tahun ini pulang ke rumah ‘kan, Natalan sama bapak dan ibu?”
Kamu: “Oh maaf Bu gak bisa tahun ini cutiku ‘kan sudah habis.”
Ibu: “Mmm, gitu ya…ya udah. Tetap bertemu dalam doa ya kita?”
atau bagi kamu yang masih mahasiswa
Ibu: “Kak, natal pulang tanggal berapa? Mau Ibu beliin tiket?”
Kamu: “Gak usah Bu, aku masih harus ngejar ACC dosen ini. Pengen pendadaran tahun ini.” (padahal dalam hati pengen pulang)
Dulu ketika belum berstatus sebagai anak rantau, mungkin libur Natal akan terasa begitu menyenangkan karena pada momen itulah seluruh anggota keluarga akan berkumpul dan saling melepas rindu. Tapi seiring dengan berjalannya waktu dan kamu memutuskan untuk berjuang demi masa depan, maka untuk sementara ritual bertemu dengan orang-orang terkasih hanya akan berakhir pada suara di ujung telepon. Ya perjuangan memang terkadang membutuhkan pengorbanan. Suka atau tidak suka kamu pun terpaksa merelakan waktu emasmu bersama mereka.
ADVERTISEMENTS
2. Rindu bisa ditangguhkan. Namun ingatan akan masakan spesial Natal yang Ibumu di rumah siapkan sering menggoda iman.
Seperti momen Idul Fitri yang bertebaran makanan enak, waktu Natal juga tidak bisa dipisahkan dari beragam hidangan. Kadang saat sedang sendirian menjelang Natal kamu berpikir,
“Ibu di rumah lagi masak apa ya? Saksang udah selesai dimasak belum ya? Ayam Napidana apa kabarnya? Pasti dihabisin si Abang deh tahun ini gara-gara aku nggak pulang!”
Namun sayang, jauhnya jarak dan mungkin mahalnya harga tiket (karena momen akhir tahun) membuatmu harus menahan dulu keinginan untuk menyantap masakan spesial dari tangan ibu.
OOOOH SAKSANGKU~ TAHUN DEPAN BARU KITA BISA BERTEMU~
ADVERTISEMENTS
3. Kalau sudah begini, kiriman kue kering dari rumah bisa jadi Juru Selamat. Paling tidak kamu bisa mencicipi sedikit rasa makanan dari kampung halaman…
Untuk mengobati rasa rindumu pada rumah, biasanya ibu dengan baik hati akan mengirim setoples kue Natal untuk kamu makan bersama teman-teman, sebagai ganti ketidakhadiranmu bersamanya di malam Natal.
Tak ada saksang, roti kering pun jadi. Yang penting masih bisa makan kue natal yang Ibu buat sendiri!
ADVERTISEMENTS
4. Saat ibadah di gereja dan melihat banyak keluarga datang bersama, kamu pun ingat bagaimana kamu biasa ibadah natal bersama seluruh keluarga.
(kebiasaan Natal setiap tahun di rumahmu)
Mamak: “Dek, besok ibadah di HKBP ya jam 6 pagi.”
Kamu: “Ah, Mak pagi betul. Jam 8 aja lah Mak, masih ngantuk itu aku…”
Mamak: “Kalau ketemu Tuhan aja malas, gimana Tuhan mau banyak kasih berkat? Sudah! Jam 6 besok kita ibadah!”
Kamu: *bersungut-sungut* *tapi akhirnya berangkat juga*
ADVERTISEMENTS
Sementara sekarang kamu harus puas ibadah bersama pacar, teman, atau bahkan harus ibadah sendirian.
*celingak-celinguk lihat jemaat di sekeliling*
*semua kok sama keluarganya ya?*
*kamu lirik teman di kanan-kiri yang sesama perantau*
*yeah, lumayaaannn….paling tidak kamu tidak sendirian*
ADVERTISEMENTS
6. Jika di rumah natal selalu identik dengan baju baru…
(2 minggu sebelum natal)
Mama: “Ayo Bang, temani Mama ke penjahit ambil baju Natal buat kita sekeluarga.”
Kamu: “Ah Ma, gak capek kah suruh-suruh aku terus? Ini baru aja selesai bantu bikin adonan kue.”
Mama: “Kamu pulang juga setahun sekali Bang, ayo lah temani Mama….”
Kamu: “Hmmmm iya deh Ma, iya…”
Di tanah rantau kamu harus puas dengan baju yang ada di lemarimu!
Jauh dari orang tua, uang gaji dan kiriman terbatas — membuatmu berpikir ratusan kali sebelum belanja baju Natal. Walau ada kiriman dari saudara atau keluarga di rumah uangnya kadang lebih baik disimpan untuk kebutuhan hidup lain yang lebih penting.
Beli baju? Nanti dulu deh. Mending buat isi pulsa modem dulu!
7. Momen Natal di rumah pasti dipenuhi dengan canda tawa dan kumpul bersama keluarga.
Momen Natal jadi momen kumpul bersama bagi anggota keluarga yang biasanya terpisah di berbagai kota. Di malam Natal, sepulang ibadah dari gereja kalian biasa kumpul bersama di salah satu rumah saudara. Makan-makan, buka kado, begadang main petasan dan kembang api, sampai bergosip sampai pagi datang dan harus ke gereja lagi.
Karena tidak pulang tahun ini, kamu harus puas mendengarkan keriaan itu lewat telepon saja.
(kamu menelepon ke rumah di malam Natal, momen kumpul keluarga yang riuh rendah)
Kamu: “Halo, ini siapa ya?”
Tulang: “Woy Pris, Tulang Nando ini. Apa kabar kau Pris?”
Kamu: “Baik Tulang. Wah, lagi rame ya di sana?”
Tulang: “Iya, ah kau tak pulang ya tahun ini? Rugi lah. Mamakmu masak Saksang tabo nian*.” (*enak sekali)
Kamu: “Tulaaang, jangan bikin aku iri lah Tulang.”
Kalau udah dengar cerita kehangatan rumah macam ini rasanya ingin pinjam pintu Doraemon supaya kamu bisa sampai ke rumah dalam sekejap mati. Aih, rindunyaaaa….
8. Sendirian di tanah rantau membuatmu kangen pada tradisi tukar kado yang tidak pernah absen dilakukan tiap tahunnya.
Kamu rindu suara Mamamu mengabsen nama sepupu dan keponakan untuk membagi kado. Kamu rindu pada kehebohan kalian membuka kado secara bersamaan. Bersorak ketika kado sesuai harapan, atau merengut saat kado yang diberikan jauh sekali dari keinginan.
Tapi Tuhan selalu membersamai langkah anak rantau. Dia kirimkan pelipur lara agar kamu tak lagi galau.
9. Malam Natal bisa kamu lewati bersama teman sesama perantau yang level kangen rumahnya sama denganmu.
(tanya ke teman dari Papua)
Kamu: “Natal pulang?”
Teman dari Papua: “Enggak lah, mahal tiketnya!”
(tanya ke Teman dari Medan)
Kamu: “Natal nggak pulang ‘kan?”
Teman dari Medan: “Mana lah ada uang aku. Di sini saja lah aku.”
(tanya teman dari Samarinda)
Teman: *langsung sewot* “Gak usah tanya lah, aku nggak pulang! Mahal betul tiketnya!”
HEHE. HEHE. Senasib kita guys :”)
Pada kondisi inilah kamu merasa punya teman senasib sepenanggungan yang akan bisa kamu ajak sebagi teman berbagi rasa sedih tatkala kamu harus merayakan Natal terpisah dari keluargamu sementara waktu. Teman-temanmu ini pasti dengan senang hati akan menemani kamu sepanjang malam untuk membunuh rasa galau kalian masing-masing.
10. Belanja dan masak bersama untuk hidangan natal jadi kegiatan seru yang sedikit mengobati rasa rindu.
Kenyataan bahwa kamu tinggal berjauhan dengan semua kenyamananmu membuat akhirnya kamu mau turun tangan sendiri menyambut datangnya malam Natal yang spesial. Pada siang hari mungkin kamu akan berbelanja bersama teman ke pasar atau supermarket untuk membeli bahan makanan guna dimasak bersama.
11. Yeah, walaupun yang terjadi biasanya begini sih…
Ekspektasi:
Bikin lamb grilled, potato salad, ayam krispi, lasagna, sampai sashimi seafood <3
Kenyataan:
Sambal terasi-tempe-tahu-ikan asin. Ah, apapun itu terima kasih Tuhan Yesus!
*padahal dalam hati nangis ingat betapa enaknya makanan di rumah*
12. Mempersiapkan segalanya sendiri juga membuatmu sadar: ibumu di rumah ternyata bekerja sangat keras demi kesempurnaan hari Natalmu…
Kamu akhirnya tahu betapa ribetnya ternyata menyiapkan menu natal, realita harga makanan di akhir tahun yang meroket akan membuatmu mensyukuri betapa orangtuamu menyiapkan segalanya dengan tidak mudah.
13. Untuk melengkapi semaraknya pesta kecil kalian, kembang api pun dinyalakan demi menambah keriaan.
Tidak hanya berhenti dengan membeli berbagai bahan makanan untuk dimasak, kamu juga akan melengkapi pernak-pernik perayaan Natal dengan membeli sebungkus kembang api untuk dinyalakan bersama teman-temanmu.
14. Sepanjang malam kalian akan seru berbagi cerita. Membagi kisah Natal keluarga masing-masing yang sampai sekarang belum bisa terlupa.
Sudah bosan dengan main kembang api, kini kalian akan menghabiskan malam dengan bercerita tradisi Natal yang biasanya dijalani. Mungkin kamu akan bercerita bagaimana dengan polosnya kamu mempercayai bahwa Santa Claus akan datang jika kamu menaruh rumput kering di sepatu untuk makanan rusanya. Teman-teman yang tidak merayakan Natal bisa jadi dengan antusias mendengar keseruan ceritamu.
Namun…
15. Seseru Apapun Perayaan Natal Dengan Teman-Teman, Hangatnya Natal Bersama Keluarga Jelas Tidak Bisa Disubtitusi.
Pada akhirnya kamu akan menyadari seseru apapun perayaan Natal dengan keluarga baru tersebut tetap tidak akan menggantikan serunya menghabiskan Natal bersama orang-orang tersayangmu.
16. Ayah dan Ibumu memang tidak sempurna. Tapi dari mereka kamu belajar tentang kasih tulus yang sesungguhnya.
Mungkin ayah dan ibumu tidak punya lelucon sekonyol sahabat karib, mungkin juga lucunya perilaku keponakan atau sepupumu sebanding dengan absurd-nya kelakukan teman-teman kos mu, namun satu yang tidak akan tergantikan ketulusan keluargamu akan tetap kamu rindukan.
17. Pada akhirnya kamu sadar. Bukan pohon natal besar, masakan enak, atau pernak-pernik Natal yang kamu rindukan. Melainkan kedamaian Natal yang mempersatukan dan selalu menghangatkan.
Di awal kamu merasa bahwa kamu merindukan Natal karena kamu ingin melihat pohon Natal yang selalu terpajang di rumah, memakan masakan khas ibumu, atau mungkin berbelanja pernak-pernik Natal. Tetapi ternyata ada rasa yang lebih besar dari itu semua yang membuat dirimu sebagai anak rantau senantiasa menanti Natal, ya keinginan untuk pulang dan bercengkrama dengan mereka yang kamu cintai.
Sebagai penutup yang manis, quote dari Bill ini rasanya cukup mewakili apa yang sesungguhnya dirindukan oleh para anak rantau saat Natal tiba:
Christmas is about love, family, and children.
It doesn’t matter what we eat or what presents we get as long as holidays are spent with loved ones – Bill