Seperti yang kita tahu, anak kecil memiliki rasa ingin tahu dan belajar yang tinggi. Sedikit-sedikit bertanya, sedikit-sedikit ingin minta diajari. Namun, terkadang ada beberapa pertanyaan yang diajukan, sukar untuk kita jawab. Bukan karena pertanyaan ini sulit atau nggak ada jawabannya, melainkan kapasitas sang anak yang belum mumpuni untuk mencerna jawaban dari pertanyaan itu. Salah satunya adalah pertanyaan terkait seksualitas.
Setiap orang pernah melewati pengalaman menggelikan seputar keingintahuan akan seksualitas ini. Namun, nggak semua dari kita mendapatkan jawaban, justru orangtua kadang memarahi kita ketika kita bertanya tentang masalah tersebut. Kita sebagai anak kecil pasti bingung dong saat itu, kok malah dimarahi? Nah, agar kejadian itu nggak kamu ulangi ketika menjadi orangtua, berikut adalah alternatif cara menjawab yang bisa kamu gunakan untuk menjawab pertanyaan dari si kecil tentang masalah seksualitas.
1. Ketika anak memergoki orangtua mereka sedang bercinta, jangan panik, alasan jawaban ini mungkin bisa kamu coba
Sewaktu kecil dulu kamu pasti pernah menanyakan tentang kenapa kamu nggak boleh masuk ketika pintu kamar ayah dan ibu sedang terkunci. Dan suatu waktu mereka pernah lupa mengunci dan kamu melihat mereka sedang ena-ena. Kemudian kamu bertanya kepada mereka, “Mama dan papa lagi ngapain?”. Kebanyakan dari orangtua bingung mau menjawab apa. Nggak jarang pertanyaan tersebut dijawab seperti ini: “Lagi main kuda-kudaan.” Iya, nggak?
Jawaban seperti ini terkadang justru memancing pertanyaan lain yang menjurus ke hal yang aneh-aneh. Daripada bingung. Ada baiknya kamu jawab dengan jujur, “Mama dan papa sedang sayang-sayangan.”
2. Ketika anak kecil menanyakan ‘darimana mereka berasal’, mungkin Legenda Bangau ini bisa sementara menjawab keingintahuannya
Anak kecil sering bertanya ‘darimana mereka berasal’. Namun, ketika dijawab dengan jawaban yang sebenarnya dia juga tentu pasti bingung bagaimana organ sekecil itu bisa mengeluarkan dirinya. Nah, untuk sementara sampai menunggu kapasitas pikirannya bisa mencerna penjelasan yang lebih beratnya, legenda bangau ini bisa kamu pakai.
Legenda bangau adalah kisah klasik yang juga menginspirasi film Storks 2016. Legenda ini mengatakan bahwa burung bangau menemukan bayi di alam, biasanya di gua atau rawa-rawa, lalu membawa mereka ke orangtua di keranjang. Untuk lebih meyakinkan anak-anak kita, terkadang orang tua menyebut tanda lahir di belakang leher anak kecil sebagai “gigitan bangau.”
3. Kalau si kecil menanyakan kenapa harus disunat, mungkin jawaban ini bisa kamu gunakan sebagai pemuas keingintahuannya
Jawaban ilmiah cenderung membuat pusing anak. Maka, untuk jawaban sementara barangkali kita bisa gunakan jawaban yang jenaka, semisal “supaya pipisnya enak dan lancar.” Namun tentu saja, ada saatnya kita menjelaskan seesuai dengan jawaban sebenarnya, yaitu penjelasan ilmiah dan agama.
4. Mengapa jenis kelamin laki-laki dengan perempuan berbeda. Jawab dengan cara ini
Kebanyakan dari orang tua menjawabnya dengan sederhana, yaitu dengan “Karena Tuhan menciptakan kita berbeda-beda.” Jawaban seperti ini memang bukan jawaban yang salah. Namun, untuk kasus ini ada baiknya kita sekaligus memberikan pembelajaran untuk anak—dalam hal ini adalah soal alat kelamin. Jika kita nyaman dengan menunjukan langsung tanpa media lain, seperti dengan mandi bersama, maka silakan dilakukan. Jika nggak nyaman, lebih baik lewat gambar/buku. Kenyamanan dan keterbukaan kita terhadap topik ini akan memengaruhi kenyamanan dan keterbukaan anak selanjutnya.
5. “Kenapa payudaraku belum tumbuh?” dan pertanyaan-pertanyaan lainnya
Pertanyaan serupa “Kenapa payudaramu tumbuh?” ini boleh jadi sama dengan “Kok penisku lebih kecil dari ayah?”. Namun kebanyakan dari orangtua seringkali hanya menjawab, “Nanti kalau kamu tumbuh besar dan menjadi dewasa, payudaramu tumbuh,” atau “Penismu nanti akan semakin besar.” Padahal pada momen ini kita bisa sedikit menyertakan pembelajaran tentang seksualitas. Misalnya anjuran untuk merawat kesehatan seperti mengganti celana dalam dengan rutin minimal 2 hari sekali, di sunat agar bersih dan bebas dari kuman atau jamur, memotong jika bulu kemaluan secara rutin satu minggu sekali sekitar 1 cm, dan sebagainya.
Memang sih susah-susah gampang memberi pemahaman ke anak terkait masalah seksualitas. Namun, kesalahan merespon pertanyaan (marah) tersebut nggak baik untuk perkembangan anak. Justru dengan anak menanyakan hal tersebut menandakan bahwa sudah waktunya kamu memberi pembelajaran kepadanya.
Lalu bagaimana cara menyikapinya? Kuncinya ialah membangun komunikasi suportif yang dapat diimplentasi. Pertama, bersikap jujur dan terbuka, artinya kita harus menyampaikan informasi yang benar dan apa adanya. Kedua, step by step, yaitu mengajari anak selangkah demi selangkah sejalan dengan pertanyaan yang mereka ajukan, sesuaikan cara penyampainnya dengan tingkat pemahaman anak. Hindari untuk mengajarkan seks terlalu sedikit, namun janganlah juga menginformasikan semuanya sekaligus pada anak. Percuma sebab nggak akan membentuk pembiasaan dalam perilaku sehari-hari anak.
Ketiga, santai, maksudnya belajarlah untuk bersikap santai, wajar, dan biasa-biasa saja. Jangan membesar-besarkan masalah, lantas menganggap seks sebagai topik yang berat, dan selalu bicara persepsi seks dewasa yang erotis serta mesum. Usahakan relaks, jaga intonasi suara ketika menjawab ceceran pertanyaan anak. Nggak perlu tergesa-gesa menjawab jika memang masih binggung menjelaskannya. Dapat meminta anak mencari bersama-sama jawabnya. Jadi, nggak perlu bingung lagi kalau anak-anakmu kelak menanyakan hal yang masih dianggap tabu ini, ya!