Kisah hidup R.A Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita tahun ini rencananya akan diangkat ke layar lebar setidaknya dua kali. Sementara film epos Tjoet Nja’ Dhien (1988) telah diklaim sebagai salah satu mahakarya perfilman Tanah Air. Kisah hidup keduanya yang inspiratif memang layak untuk diadaptasi ke dalam media film. Akan tetapi, tentu saja Indonesia punya banyak deretan tokoh wanita lain yang perjalanan hidupnya bisa diwujudkan dalam bentuk skenario film. Sebut saja kisahnya Susi Susanti yang diberi julukan malaikat Bulu Tangkis Indonesia yang kini sudah gantung raket. Sosok Ibu Negara pertama Indonesia, yakni Fatmawati rasanya juga layak diangkat khusus dalam film. Hmm.. siapa lagi ya? Coba cek yuk..
ADVERTISEMENTS
1. Susi Susanti, sang Pahlawan Bulu Tangkis Indonesia yang kini sudah gantung raket dan sibuk berbisnis.
Hingga saat ini belum ada yang bisa menandingi kiprah Susi Susanti dalam dunia bulu tangkis Indonesia. Tak terhitung banyak kejuaraan bulu tangkis yang berhasil diraihnya. Dari mulai piala All England, Piala Uber, Piala Sudirman, titel kejuaraan dunia, dan kemenangan lainnya. Wanita kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971 ini sudah tertarik pada olahraga bulu tangkis dari sejak SD. Ketika duduk di kelas 2 SMP, Susi sudah mulai memutuskan untuk menekuni dengan serius bidang olahraga satu ini. Ada harga yang harus dibayar untuk keputusannya itu. Yakni masa remaja yang dihabiskan hanya dalam lingkup asrama atlet. Bergaul hanya dengan atlet dan pacaran pun dengan sesama atlet. Akan tetapi pengorbanan tak sia-sia karena pada akhirnya banyak hal manis yang berhasil dipetiknya.
Saat ini Susi Susanti sudah gantung raket dan tak lagi aktif di bulu tangkis. Ia bahkan melarang anak-anaknya untuk terjun ke olahraga yang satu ini. Kini, Malaikat Bulu Tangkis Indonesia ini menyibukkan dirinya dengan berbisnis bersama sang Suami, Alan Budikusuma.
ADVERTISEMENTS
2. Fatmawati Soekarno Putri, sosok ibu negara yang bersahaja. Memilih berpisah dengan suaminya karena menolak dipoligami.
Fatmawati adalah istri dari presiden pertama Indonesia, Soekarno. Beliau adalah penjahit bendera pusaka pertama Indonesia. Sosoknya sebagai ibu negara dikenal sederhana dan bersahaja. Kisah cintanya dengan Soekarno sayang jika tak diangkat ke layar lebar. Soekarno jatuh hati pada Fatmawati di pandangan pertama. Sayangnya, kala itu Soekarno masih berstatus suami dari Inggit Garnasih. Singkat kata Soekarno sudah bercerai dengan Inggit dan tak lama setelahnya ia menikah dengan Fatmawati. Pernikahan mereka dikaruniai 5 orang anak. Sayangnya, keduanya harus berpisah ketika Soekarno meminta izin untuk poligami. Fatmawati yang tidak setuju dengan poligami lantas memilih berpisah. Menurutnya, poligami menginjak martabat wanita.
ADVERTISEMENTS
3. Cut Meutia, sosok pahlawan nasional yang berjuang demi rakyat Aceh.
Kisah hidup Pahlawan wanita yang satu ini juga layak diangkat ke layar lebat. Cut Meutia adalah pejuang yang gigih melawan penjajah Belanda. Ia bersama dengan sang Suami – Teuku Cik Tunong dan rekannya yang lain, berjuang demi rakyat Aceh. Suatu ketika Cik Tunong tertangkap oleh Belanda dan dijatuhi hukuman tembak. Sebelum meninggal, Cik Tunong berpesan agar Pang Nangru – sahabatnya, menikah dengan sang istri. Bersama Pang Nangru, Cut Meutia melanjutkan perjuangannya melawan Belanda.
ADVERTISEMENTS
4. Martha Christina Tiahahu, sudah bergerilya melawan penjajah dari sejak usia 17 tahun. Dialah yang dijuluki sebagai Skrikandinya Tanah Maluku.
Martha Tiahahu adalah pahlawan dari tanah Maluku. Ketika pertama kali terjun ke medan perang, usianya masih 17 tahun. Kegigihannya dan keberaniannya dalam berjuang dikenal hingga di kalangan musuh. Martha tak hanya berjibaku dengan ganasnya perlawanan terhadap penjajah, namun ia juga turut menyemangati kaum perempuan untuk turut berperan dalam perjuangan tersebut, yakni mendampingi kaum laki-laki. Dialah Martha Tiahahu, sang Srikandi dari Maluku.
ADVERTISEMENTS
5. N.H Dini, sastrawan tanah Air yang lantang menyuarakan ketidakadilan yang dialami kaum perempuan melalui karya-karyanya.
Wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936 ini adalah salah satu sastrawan kebanggaan Tanah Air. Beberapa karyanya yang tenar diantaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Pertemuan Dua Hati (1986), dan lainnya. Bahwa kaum perempuan selalu jadi korban atas ketidakadilan gender adalah fenomena yang kerap ia angkat dalam karya-karyanya. Ibu dari Pierre Coffin (sutradara film animasi Minions) ini sekarang masih setia pada dunia kepenulisan dan punya sebuah pondok baca di Pondok Sekayu – Semarang yang kemudian dipindahkan ke aula Graha Wredha Mulya. Kamu pasti setuju kalau kisah hidup Ibunda dari Pierre Coffin (sutradara Minions) ini layak banget diangkat ke layar lebar.
ADVERTISEMENTS
6. Anggun, penyanyi Indonesia pertama yang berhasil menembus industri musik dunia.
Kisah Anggun Cipta Sasmi sebagai penyanyi Indonesia pertama yang berhasil menembus industri musik dunia juga layak untuk diangkat ke layar perak. Sebelum akhirnya meraih sukses di negeri Perancis, Anggun lebih dulu mencoba peruntungan karir musiknya di Inggris. Namun sayangnya Inggris tak kunjung membuka jalannya menuju kusuksesan. Sempat ia berpikir untuk memulai karir di Belanda, hingga akhirnya ia melabuhkan karirnya di Perancis. Pelantun tembang La Neige Au Sahara ini berhasil meraih berbagai penghargaan dunia. Salah satunya International Artist Award pada ajang Planet Music Awards di Singapura.
7. Alm. Nike Ardila, penyanyi berprestasi yang dikenal dermawan. Cerita hidupnya layak diangkat ke layar lebar.
Meski telah lama tiada, lagu dari Nike Ardila tetap mengena di hati penggemarnya. Penyanyi berwajah cantik ini menghembuskan nafas terakhirnya dalam sebuah kecelakaan di usia yang masih sangat muda – 19 tahun, pada tahun 1995 silam. Pelantun lagu Bintang Kehidupan ini tak hanya dikenal sebagai penyanyi, tapi juga model sekaligus pemain film dan sinetron. Sebagai seorang artis, sosok Nike dikenal berjiwa sosial tinggi. Ia bahkan memiliki sebuah sekolah Luar Biasa Wawasan Nusantara.
8. Marsinah, pejuang kesejahteraan buruh yang dibungkam namun tak terlupakan.
Marsinah adalah wajah pejuang wanita di era modern. Ia merupakan seorang buruh yang ditemukan tewas di sebuah gubuk di tepi sawah Desa Wilangan, Jawa Timur, pasca melakukan aksi mogok terhadap sebuah perusahaan arloji. Marsinah, bersama sejumlah buruh lain, menjadi perwakilan untuk melakukan aksi runding dalam rangka menuntut perbaikan nasib yang merupakan hak kaum buruh. Di malam perundingan itu, Marsinah kemudian justru hilang, sebelum lantas ditemukan dalam keadaan nahas tersebut. Sampai hari ini, dalang dari kejahatan kelas ini masih simpang siur.
Cukup mengejutkan juga bahwa ternyata sosok wanita-wanita di atas belum pernah diangkat dalam karya layar lebar dengan skala produksi yang besar. Padahal, mengadaptasi riwayat seorang tokoh ke dalam media film merupakan salah satu cara mengabadikan kisah-kisah kehidupan mereka. Buat para sutradara di sana, semoga dipertimbangkan deh. 🙂