Siapa sih yang nggak mau jadi orang baik? Tapi kalau jadi orang yang “terlalu baik”, hmmm… hehehe. Kadang jadi terlalu baik — atau lebih baik dari orang-orang kebanyakan — justru mengundang kecurigaan. Bisa juga, kamu dimanfaatkan.
Uniknya, kamu lebih sering nggak sadar kalau kamu adalah orang yang terlalu baik. Tapi mereka yang memenuhi kriteria ini pasti punya ciri khasnya. Nah, kalau kamu familiar sama 17 tanda di bawah ini, bisa jadi kamu termasuk orang yang terlalu baik!
ADVERTISEMENTS
1. Kamu hobi minta maaf atas segala sesuatu, termasuk yang sebenarnya bukan salahmu 😉
“Sori banget ya…”
Saat kamu nggak sengaja menabrak seseorang di pintu, kamu minta maaf. Saat kamu sedang diam lalu tiba-tiba orang menabrakmu, kamu juga minta maaf, dengan alasan nggak seharusnya kamu berdiri di situ. Kamu juga minta maaf saat temanmu mau pinjam pensil tapi kamu lupa bawa. Lama-lama, kalau hari tiba-tiba ujan mungkin kamu juga bakal minta maaf :))
ADVERTISEMENTS
2. Kamu mudah merasa bersalah. Kalau ada kelakuanmu yang mungkin menyinggung orang, rasa bersalahnya sampai berhari-hari
“Duh, dia tersinggung nggak ya tadi? Ngapain juga coba aku bilang gitu ke dia, aghh, begooo…”
Kadang, setelah ngobrol dengan seseorang, kamu merasa bersalah karena mengucapkan kata-kata yang bisa menyinggungnya. Kamu takut dia merasa tersinggung, cuma dia nggak bilang kamu aja. Kamu akan memikirkan ini sampai berhari-hari. Padahal, temanmu sendiri mungkin malah nggak ingat.
Kamu bisa merasa bersalah atas kejadian buruk apapun yang menimpa dunia. Menyimak berita kelaparan di daerah lain di Indonesia, ngelihat gambar anak-anak panti asuhan, juga bisa tiba-tiba bikin kamu murung — merasa bersalah karena selama ini kamu makan 3 kali sehari.
ADVERTISEMENTS
3. Kata orang, kamu “Nggak pernah marah”. Bukannya nggak pernah, kamu cuma memilih menyimpannya dalam hati
Sebenarnya kadang kamu tersinggung juga kalau temanmu bercandanya kelewatan. Atau saat ditanyain hal-hal sensitif macam “rencana masa depan”, berat badan, atau gaji.
Tapi daripada menunjukkan kemarahanmu kepada dunia, kamu lebih suka menyimpannya dalam hati. Mungkin biar orang lain nggak sakit hati. Padahal jelas-jelas kamu yang tersakiti~
ADVERTISEMENTS
4. Kamu selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Kepentingan diri sendiri? Lewat dulu lah ya…
Bagimu, kepentingan orang lain jelas lebih baik dan lebih layak didahulukan daripada kepentingan diri sendiri Kebahagiaan orang lain adalah nomor satu. Nggak masalah sih meski pada akhirnya, kamulah yang makan hati :”)
ADVERTISEMENTS
5. Salah satu hal yang paling bikin sedih adalah dijauhi teman. Karena itu, apa kata mereka benar-benar kamu pikirkan
Kamu juga punya kecenderungan ingin membahagiakan semua orang. Kamu berusaha mendengarkan kata semua orang, dan mencoba menuruti semuanya. Bagimu apa yang dikatakan orang lain adalah sabda pandhita ratu. Duh, hati-hati banget deh biar dia nggak kesel sama kamu. Dijauhi teman adalah salah satu hal yang paling mengerikan bagimu.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu pun terbiasa buat mengatakan “Iya”. Nggak tega buat bilang “nggak” secara terbuka
Masalah nanti bagaimana melakukannya, kamu nggak peduli. Kamu nggak pernah bisa menolak saat orang lain minta bantuan atau mengajakmu melakukan sesuatu. Nggak tega aja, gitu.
7. Saat ada tugas kelompok, kamu bekerja keras sendiri. Bahkan nggak jarang meng-cover tugas temanmu yang sering malas-malasan
“Ta, maaf banget ya, aku lagi pusing banget ini. Lagi ada masalah sama pacar. Aku nggak bisa mikir. Kalau aku kerjain bagianku besok gimana?”
“Oh, nggak apa-apa. Aku aja yang ngerjain. Kan nggak banyak. Kamu istirahat aja dulu.”
Kerja keras itu jelas perlu. Semua orang sukses harus mau bekerja keras. Tapi kerja keras versimu adalah mengerjakan segala hal, termasuk yang seharusnya dikerjakan oleh teman satu kelompokmu. Kadang kamu merasa nggak keberatan sama sekali dan memang itulah yang seharusnya kamu lakukan. Padahal, kalau kamu begini terus, teman-temanmu bakal kesenengan~
8. Kamu lebih suka menyetujui sesuatu daripada mendebatnya. Males lah kalau udah konflik terbuka!
Berada di dalam konflik jelas hal yang paling kamu hindari. Terkadang kamu memilih menyetujui begitu saja pada pendapat orang lain, walaupun dalam hati kamu menolaknya. Prinsipmu adalah sebisa mungkin menghindari perdebatan. Mungkin kamu merasa bahwa salah satu harus berkorban agar dunia selalu dalam keadaan damai dan aman (dan tentu saja itu adalah dirimu).
9. Saat orang lain tanya, “Kamu pingin apa?” kamu malah bingung. “Hmm… apa ya?”
Saking seringnya kamu mengikuti kata orang, kamu jadi bingung dengan apa yang sebenarnya kamu inginkan. Habis, kamu nggak memikirkannya sesering memikirkan kepentingan orang lain, sih.
10. Mengambil keputusan adalah hal yang paling sulit buatmu, karena kamu harus memikirkan semua orang
Kamu nggak mau sampai ada orang yang nggak diuntungkan dari keputusanmu. Apalagi kalau sampai ada yang dirugikan. Waduh. Karenanya, kamu selalu kesulitan saat mengambil keputusan. Kamu terlalu banyak mempertimbangkan hal-hal yang sebenarnya bisa diabaikan aja. Kamu hanya ingin mengakomodasi kepentingan semua orang. Tapi kamu lupa, bahwa bagaimanapun caranya, kamu nggak akan pernah bisa membahagiakan semua orang.
11. Kamu percaya bahwa semua orang itu baik. Kalau ada orang jahat itu hanya…ah, sebenarnya dia baik kok.
Bagimu seluruh manusia itu imut dan menggemaskan. Kamu percaya bahwa karena manusia terlahir bagaikan selembar kertas putih, maka pada dasarnya manusia itu baik. Kalaupun ada satu dua yang jahat, pasti dia cuma terpaksa dan nggak benar-benar bermaksud untuk jahat.
Meskipun kamu sudah membuktikan sendiri, bahwa orang yang kamu pikir baik, bisa juga berbuat jahat padamu, kamu masih merasa bahwa orang itu sebenarnya baik.
“Dia pasti punya alasan.”
Lalu kamu pun akan memikirkan alasan orang itu berbuat jahat padamu.
12. Kamu adalah pendengar yang baik, teman curhat yang penuh perhatian, tapi kamu orang yang tertutup
Kamu dikenal sebagai sahabat yang baik. Kamu bisa menjadi pendengar yang sangat baik dan memberikan saran-saran yang jitu. Itu yang membuat banyak orang lari padamu saat ada masalah. Keahlianmu adalah membuat orang lain merasa nyaman untuk mencurahkan isi hatinya. Kamu akan sangat senang saat bisa menghibur sahabatmu yang sedang ada masalah.
Tapi hanya kamu yang tahu, bahwa pada saat yang sama, sebenarnya kamu sendiri juga sedang punya masalah. Kamu hanya terlalu tertutup untuk mencurahkan isi hatimu sendiri. Kamu takut akan membebani orang lain jika menceritakan permasalahanmu ini kepada mereka.
13. Kamu mudah bersimpati. Melihat bayi nangis pun kamu ikut nangis…
Selain mudah merasa bersalah, kamu juga mudah bersimpati. Melihat bayi nangis, kamu ikut nangis. Melihat pengemis di jalan, kamu jadi ingin nangsi. Lihat teman kesulitan ngerjain tugas, kamu pengin nangis. Capek nggak sih?
14. Biasanya, kamu akan berusaha ceria. Berwajah murung akan menambah beban semua orang 🙁
Selain dikenal nggak pernah marah, teman curhat yang baik, kamu juga dianggap sebagai orang yang ceria dan selalu bahagia. Kata sedih terlihat nggak pernah ada dalam kamusmu. Kalau temanmu melihatmu murung, mungkin dia salah lihat.
Memasang wajah ceria dan baik-baik saja menjadi tugasmu. Kamu nggak mau semakin menambah duka di dunia ini dengan wajah murungmu. Nanti dulu. Sedihmu bisa menunggu sampai kamu benar-benar sendiri.
15. Kamu juga nggak pernah minta bantuan orang lain, karena takut merepotkan
Kalau nggak kepepet banget banget, kamu juga nggak akan minta bantuan pada orang lain. Kamu merasa orang lain itu sudah punya banyak kerjaan tanpa harus membantumu.
16. Dalam satu hari, kata ‘Sori!’ dan ‘Makasih, ya’ adalah kata yang paling sering kamu ucapkan.
Kalau bagi orang lain kata yang paling sulit diucapkan adalah “Maaf”, bagimu jelas beda. Dalam satu hari kamu bisa mengucapkan kata Maaf dan Terima kasih lebih banyak dari jumlah karbohidrat yang kamu makan.
17. Dan saat orang mengatakan “Kok kamu baik banget sih?”, kamu justru merasa nggak nyaman.
Saat orang memuji kamu orang yang baik, kamu justru merasa nggak ngerti.
Bukankah itu memang sudah seharusnya kamu lakukan?
Jadi orang yang terlalu baik itu sebenarnya nggak papa. Asal, mencintai diri sendiri jangan lupa. Nah, sudahkah kamu berbuat baik pada dirimu sendiri layaknya gimana kamu selalu baik ke orang lain? 😉