Buat kita yang hidup di kota, modernisasi dan individualisme sudah menjadi makanan kita sehari-hari. Diri kita seringkali diburu oleh tanggung jawab terhadap pekerjaan maupun pendidikan yang serba cepat dan sibuk.
Namun ternyata, dengan sedikit jelajah ke luar daerah perkotaan, ada kehidupan luar biasa yang seringkali luput dari mata kita: mereka yang hidup di kawasan rural yang belum sepenuhnya luruh dalam pengaruh gaya hidup modern. Kesederhanaan dan tradisi menjadi kekuatan mereka menjalani hidup yang bermakna. Inilah momen-momen yang berhasil diabadikan oleh fotografer Herman Damar dengan kameranya.
ADVERTISEMENTS
Hari dimulai dengan segenggam pagi.
Hari dimulai dengan segenggam pagi. Di sini, mandi bukan hanya sekadar kegiatan yang sifatnya pribadi, tapi menjadi ritual pagi yang komunal dan mengakar menjadi tradisi.
Di pedesaan, umum ditemukan mereka yang mandi di mata air atau sungai — atau menimba air di sumur rumah sendiri dulu sebelum melakukan ritual pagi hari. Kontras sekali dengan suasana pagi di kota, yang diburu waktu dan kemacetan.
ADVERTISEMENTS
Bagi mereka, pendidikan bukan sekadar nilai-nilai mata pelajaran.
Anak-anak yang tumbuh di desa juga mengenyam pendidikan formal seperti halnya anak-anak kota, meski kadang harus menghadapi tantangan ekstra. Yang pasti, ruang kelas yang sederhana tak pernah jadi alasan mereka untuk tak bahagia.
Pendidikan bukan hanya sekadar nilai-nilai mata pelajaran atau ranking di kelas, tapi juga soal berbagi pengalaman, tradisi, serta semangat menyongsong masa depan.
ADVERTISEMENTS
Bermain dengan imajinasi
Lupakan video game, komputer, gadget, atau smartphone. Produk-produk itu memang sudah masuk ke kehidupan desa, tapi belum sepenuhnya menjadi raja. Bagaimana bisa barang-barang itu berkuasa kalau listrik di desa saja tidak selalu bisa ada? Tapi hal ini tak kemudian membuat para penduduknya merasa kurang. Mereka justru kaya dengan imajinasi dan kreativitas sendiri.
Siapa di antara kita yang masih sudi membuat mainannya sendiri? Anak-anak yang tumbuh di kota bisa lebih mudah mendapatkan mainan yang mereka inginkan, karena di sana semuanya sudah disediakan oleh toko-toko dan supermarket. Tapi di sini, setiap mainan adalah buah tangan mereka, hasil dari imajinasi mereka.
Anak-anak ini juga suka sepakbola seperti kita. Bedanya, mereka gak butuh sepatu yang bagus atau lapangan indoor yang mewah untuk bermain. Yang mereka butuhkan telah disediakan sendiri oleh alam.
Bagi anak-anak di pedesaan, bermain bukan hanya tentang menghabiskan waktu dan bersenang-senang. Bermain bagi mereka adalah petualangan, dan setiap petualangan punya kisahnya masing-masing.
Waktu bermain bagi anak-anak yang tinggal di desa berarti juga waktu untuk belajar menjadi manusia yang mandiri di tengah ketidakpedulian alam.
Bagi mereka, bermain juga berarti melestarikan budaya leluhur di setiap sendi kehidupan mereka — budaya yang kini kita pandang sebelah mata. Berapa banyak dari generasi muda kita yang masih memainkan engklek atau dakonan?
ADVERTISEMENTS
Doa di Dalam Kerja
Lewat lensa kameranya, Herman Damar berhasil menangkap romantisme pada interaksi antarmanusia di desa. Kesederhanaan adalah kesempatan untuk bercengkrama satu sama lain, peduli antara satu dengan yang lain. Di sini, akan jarang dijumpai orang yang terus menunduk menatap layar ponsel dan mengabaikan interaksi dengan sekitar.
Meski sedikit demi sedikit tanah mereka dijual untuk lahan industri atau tempat tinggal, sebagian masyarakat pedesaan masih mencari nafkah dengan cara bercocok tanam, beternak, maupun menangkap ikan. Sekedar mencukupkan diri mereka dan keluarga.
Bagi mereka, bekerja bukan hanya soal mendapatkan profit; bekerja adalah laku spiritual yang mengutamakan keselarasan dengan alam. Alam adalah harta berharga yang mereka punya.
ADVERTISEMENTS
Keterikatan antara manusia dan alam.
Di desa, hewan peliharaan yang lazim bukan golden retriever atau kucing Persia, melainkan ayam, kambing, dan kerbau. Hewan-hewan ini pun tak akan diberi makan sebanyak-banyaknya lalu disuntik hormon yang menggendutkan, tetapi dibiarkan berbaur dengan alam dan dipelihara kesehatannya agar bisa diwariskan.
Hewan-hewan ini juga adalah teman berbagi, partner bekerja, dan tempat manusia belajar mengasihi sesama makhluk hidup dan menghargai alam beserta isinya.
ADVERTISEMENTS
Romantisme di antara kesederhanaan.
Tak semua dari mereka punya rumah berdinding batako yang dicat putih: masih ada yang hanya berdinding bambu dan beratap rumbia. Semakin sederhana gaya hidup manusia, sepertinya, semakin sedikit kecenderungannya untuk mengeluh.
Karena bagi mereka, yang terpenting adalah pengalaman dan kemauan berbagi romantisme hidup di tengah kesederhanaan. Hal ini menyadarkan kita: selalu ada ribuan cara untuk bahagia.
Kesederhanaan bukan hambatan untuk memperoleh kebahagiaan; justru kebahagiaan itu datang karena kesederhanaan. Inilah yang seringkali luput dari perhatian kita. Lewat kehidupan mereka, kita bisa belajar banyak.
Semua foto di atas dipublikasikan atas izin Herman Damar (@Herman_damar). Beliau bisa dihubungi melalui email di chapter.3d@gmail.com, dan karya-karyanya yang lain bisa disimak di situsnya di Chapter3d.com.