Sebagai pelanggan sebuah restoran, sudah selayaknya mereka mendapat pelayanan yang baik untuk menimbulkan kesan positif terhadap restoran tersebut. Salah satu tolak ukur berhasil tidaknya sebuah restoran melayani pelanggannya adalah dari menu-menu yang datang ke meja pengunjung, apakah sesuai dengan yang dipesan atau tidak. Karena banyak kasus sebuah restoran salah dalam menyajikan menu pesanan hingga pelanggan kerap dibuat kesal. Hal tersebut bisa jadi karena kesalahan pramusaji atau tertukar dengan pesanan tamu lain.
Namun terdapat sebuah restoran di Tokyo yang justru mempekerjakan para lansia yang mengidap pikun untuk menjadi pramusajinya. Tentu saja pesanan-pesanan pengunjung menjadi berantakan dan kerap keliru. Uniknya hal tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri dari restoran ini. Lalu apakah pelanggan di sana marah ketika terjadi kesalahan pemesanan? Jawabannya tidak! Restoran tersebut justru ramai pengunjung lho..
ADVERTISEMENTS
Konsep unik tersebut dibuat untuk mengubah cara berpikir orang tentang penderita demensia
Pemilik The Restaurant of Order Mistakes tentu tidak begitu saja memutuskan menggunakan konsep unik tersebut untuk restorannya. Menurutnya, penderita demensia kerap dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Demensia sendiri adalah penyakit penurunan fungsi otak sehingga memengaruhi cara berpikir dan berinteraksi penderitanya dengan orang lain. Selain itu demensia juga dapat mengganggu memori jangka pendek, kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik. Tak heran jika salah satu tanda-tanda penyakit ini adalah pengidapnya mengalami kesulitan mengingat.
ADVERTISEMENTS
Tak hanya itu. Dengan menjadi pekerja, penderita demensia jadi turut berkontribusi pada lingkungan meski sedang mengidap penyakit
Alih-alih hanya berdiam di rumah dan tidak beraktivitas, para lansia penderita demensia tersebut justru jadi memiliki fungsi sosial di lingkungan. Stereotip bahwa mereka tak lagi berguna musnah karena pekerjaan mereka mampu membawa manfaat bagi masyarakat. Pekerjaan tersebut juga membantu meningkatkan kepercayaan diri mereka bahwa masih banyak yang bisa dilakukan meski mereka telah mengalami penurunan fungsi otak.
ADVERTISEMENTS
Pengunjung restoran tersebut sudah mengetahui sebelumnya kalau kemungkinan besar pesanan mereka akan salah
Jika pada umumnya pelanggan akan kesal ketika ada kesalahan pesanan di sebuah restoran, lain halnya dengan yang terjadi di The Restaurant of Order Mistakes. Pengunjung justru telah menyadari sejak awal kalau pasti akan terjadi kesalahan pesanan. Namun pengunjung disana malah akan memaklumi dan bersikap tenang. Hal itu karena mereka mengetahui bahwa pelayan di sana mengidap demensia. Seorang food blogger asal Jepang, Mizuho Kudo, pernah mengunjungi restoran tersebut, dan benar saja, makanan yang datang berbeda dengan apa yang dia pesan sebelumnya. Menariknya, menu yang salah tersebut justru memiliki rasa yang tidak dapat disepelekan. Faktor itu juga yang membuatnya menerima kesalahan tersebut. Eh jangan salah, meski mengidap demensia, para pramusaji disana ramah dan murah senyum kepada pengunjung lho! Mungkin itu juga yang jadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan ya. Tak heran jika restoran tersebut selalu ramai pengunjung.
Nah karena kesuksesannya, Maggie’s Tokyo, lokasi dimana restoran tersebut berada akan membuka pop-up restaurant serupa pada September mendatang untuk turut memeringati World’s Alzheimer’s Day.