Kenangan orang dewasa akan masa kecil nggak jauh-jauh dari permaianan favorit. Hipwee Hiburan sudah pernah membahas soal main PS, Tamagochi, Tamiya, dan satu yang luput belum dibahas adalah layang-layang atau layangan. Layangan termasuk permainan tradisional yang seru banget lo. Meski harus berpanas-panasan dan penuh risiko, kita tetap menerbangkan dan mengejar layang-layang.
Banyak cerita yang telah tertulis dalam ingatan kita soal bermain layangan. Mulai dari kenangan baik sampai kenangan buruk, semua ada! Namun nggak akan jadi seru kalau kita membahas baik-buruk main layang di sini. Lebih baik bahas sesuatu yang kocak aja. Kan, banyak tuh, kejadian kocak saat kamu main layangan dulu. Berikut 5 di antaranya, semoga kamu masih ingat! 😀
ADVERTISEMENTS
1. Beramai-ramai mengejar sebuah layangan, padahal harganya cuma 500 perak. Rela mengambil risiko demi sesuatu yang bisa dibeli. Kocak, kan?
Layangan nggak cuma seru saat diterbangkan, tetapi juga saat mengejarnya. Beramai-ramai bersama teman dan orang dewasa lain mengikuti dari gang satu ke gang lain, dari jalan satu ke jalan yang lain. Gara-gara ngejar layangan, kita jadi sering dimarahi emak. Sebenarnya emak takut kalau kita kenapa-kenapa sih. Saat mengejar layang-layang, musuh kita bukan hanya manusia, melainkan juga kendaraan bermotor di jalan. Ya, tergantung ke mana angin membawa layang-layang putus itu sih. Lagipula ngapain dikejar coba, beli aja, toh cuma 500 perak ini. Dasar bocah nekat!
ADVERTISEMENTS
2. Seru banget kalau udah ada yang bawa bambu. Pas dia yang dapat, layangannya langsung dirobek bareng-bareng, karena dia dinilai curang
Main layangan mengajarkan kita sportivitas. Berani berduel dengan bocah lain ketika layangan itu putus; berlari, memanjat, melompat demi meraih layangan putus. Nah, momen ngeselin datang saat ada yang bawa bambu saat ngejar layangan. Peluang mendapatkan layangan lebih besar dari yang hanya mengandalkan tangan.
Kehadiran orang yang bawa bambu ini bikin bocah-bocah bersatu. Ketika orang itu dapat, layangannya langsung dirobek bareng-bareng. Sambil lari kita teriak, “Makanya jangan curang pakai bambu!” 😀
ADVERTISEMENTS
3. Menerbangkan layangan butuh keahlian khusus, nggak semua bocah bisa. Mereka yang nggak bisa cuma demen ngejar doang, pas dapet kasihin yang bisa terbangin
Nggak semua anak bisa main, sebab menerbangkan layangan itu susah-susah gampang. Ada yang cuma bisa naikin doang, tapi nggak bisa beradu; ada yang jago beradu, tapi nggak bisa naikin; dan ada juga yang nggak bisa keduanya. Nah, bocah yang terakhir biasanya cuma suka ngejar layangan doang. Giliran udah dapet, layangannya dikasih ke temannya yang bisa nerbangin. Kocak banget, kan? Melawan bahaya demi kepuasan teman. 😀
ADVERTISEMENTS
4. Layangan juga mengajarkan kita untuk berkreativitas. Adakalanya kita bikin layangan sendiri, meski jadinya nggak sebagus saat beli
Buat kamu yang tinggal di kampung, pasti pernah mencoba bikin layangan sendiri. Awalnya cari pohon bambu, lalu potong kecil-kecil, dan haluskan permukaannya. Buat rusuk, ikat dengan benang, lalu tempelkan kertas minyak. Taraaa … jadi! Sekilas sederhana, tapi nggak semua orang bisa. Sering kali layangan buatan sendiri ini susah dinaikin. Oleng terus. Akhirnya kamu nyerah dan kembali memilih beli. 😀
ADVERTISEMENTS
5. Main layangan penuh dengan tragedi. Dulu terlihat ngeri sekarang malah jadi komedi saat diceritakan kembali
Main layangan itu cukup membahayakan. Nggak cuma buat sendiri tapi juga orang lain. Bahaya itu muncul saat layangan putus. Banyak tragedi yang dialami bocah saat ngejar layangan. Sebut saja ketabrak gerobak penjual burger, dikejar anjing karena dikira maling, sampai nyemplung septic tank rumah orang, karena teledor melihat keadaan. Anehnya, dulu kita seneng-seneng aja melakukan pekerjaan bahaya itu. Sekarang mah ogah.
Itulah beberapa kenangan main layangan yang patut kita ingat lagi. Kini kita sudah nggak bebas lagi main layangan sebab sudah tahu banyak risiko yang membahayakan. Kalau kangen, lebih baik ke pantai atau cari lapangan buat menerbangkan. Jangan di kompleks penduduk. Bahaya!