Dalam karut-marut yang diakibatkan oleh wabah corona ini, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah benar-benar menurun drastis. Hal tersebut tentunya diakibatkan oleh sikap pemerintah pusat yang dianggap nggak responsif dengan kondisi yang ada saat ini. Maka nggak heran jika banyak elemen masyarakat yang mengambil langkah sendiri.
Gimana nggak bikin kesel kalau negara-negara lain udah pada melakukan penutupan daerah secara massal buat memotong rantai persebaran corona, tapi pemerintah Indonesia masih terkesan santai-santai aja. Ya, jangan salahkan publik kalau mereka berinisiatif buat menerapkan langkahnya secara mandiri. Tapi tunggu dulu, kok kayaknya ada yang aneh, ya~
ADVERTISEMENTS
Sekarang banyak ditemukan lockdown mandiri yang diterapkan di berbagai daerah di penjuru Indonesia. Iya, masyarakat setempat melakukannya atas inisiatif sendiri
Bukan warga Indonesia namanya kalau nggak ada inisiatifnya sendiri-sendiri. Salah satunya yang bisa kamu temukan saat ini adalah banyak daerah yang menerapkan langkah lockdown secara mandiri. Mulai dari level perkampungan hingga kecamatan dan daerah-daerah kecil lainnya, hampir semua menutup dan membatasi akses keluar masuk.
Sekalipun bisa, tetap melalui beberapa prosedur seperti pengecekan data diri, hingga penyemprotan disinfektan. Semua dilakukan atas dasar inisiatif masyarakat. Tapi kalau dipikir-pikir ini miris juga lo, kita berharap sama pemerintah pusat, tapi belum ada kepastian hingga saat ini.
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya sih bagus, udah dilengkapi dengan penyemprotan disinfektan. Siapa pun yang ingin melewati tempat tersebut diusahakan buat tetap steril
Langkah masyarakat untuk memberlakukan lockdown area ini bahkan telah mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Makanya nggak heran jika pemerintah daerah juga ada yang menyumbang keperluan seperti misalnya alat penyemprot, cairan disinfektan, dan hal-hal penting yang lainnya.
Siapa pun yang melewati daerah lockdown tanpa terkecuali, akan disemprot terlebih dahulu. Bahkan, di beberapa tempat nampak banner-banner atau spanduk bikinan warga sekitar untuk menyemangati satu sama lain dalam memberantas virus kurang ajar yang satu ini.
ADVERTISEMENTS
Tapi bentar, tunggu dulu nih. Masalahnya ngapain dilakukan ramai-ramai juga? Kan, sama aja 🙁
Memang dasarnya orang Indonesia, kalau nggak ngumpul mungkin rasanya ada yang kurang. Sebenarnya sih niatnya memang bagus, sekaligus menunjukkan bukti bahwa tanpa harus menunggu pemerintah pusat pun warga bisa berdaya. Tapi yang jadi masalah di sini adalah kenapa setelah mendirikan posko pengawasan dan melakukan lockdown secara mandiri, malah tetap pada ngumpul-ngumpul? 🙁
Ada yang sekadar ngobrol, gabut, bahkan mabar hingga berjam-jam. Udah gitu ada juga yang nggak pakai masker lagi. Kan, jadi percuma juga kalau dilakukan lockdown, tapi masih pada begitu. Bikin posko penanggulangan wabah kok malah jadi ajang kumpul-kumpul. Heran deh!
ADVERTISEMENTS
Harusnya kalau udah lockdown, ya pada membubarkan diri dong, kembali ke rumah masing-masing. Misal pun ada yang harus jaga, mending dibagi jadwalnya aja, jangan malah semuanya
Sebenarnya acara ngumpul-ngumpul ini nggak sepenuhnya salah kok, toh siapa tahu ada pemudik atau orang dari luar daerah yang ngeyel kalau dikasih tahu oleh satu-dua orang. Tapi begini lo, apa nggak alangkah baiknya kalau dijatah dan dibatasi siapa yang dapat giliran buat jagain posko? Kayak gitu, kan, lebih baik.
Daripada cuma buat ajang kumpul-kumpul, kamu juga nggak tahu gimana kesehatan orang lain. Yuk, mulai sekarang adil dan bijaksana sejak dalam pikiran. Nggak susah kok, kalau udah begini mah nanti corona mau mampir juga mikir-mikir lagi~