Umur 25, emang kenapa? Rasanya nggak ada yang istimewa dari umur dua puluh lima tahun, sama dengan umur-umur yang lain. Benar begitu? Coba deh kamu ingat-ingat lagi, kalau beberapa hal ini pernah kamu rasakan, selamat kamu sedang mengalami Quarter Life Crisis atau Krisis Seperempat Abad.
ADVERTISEMENTS
1. Mulanya usia 25 tahun itu biasa saja buatmu.
Ketika kamu meniup lilin saat usia dua puluh lima tahun, kamu akan merasakan sesuatu yang… biasa aja. Enggak jauh beda sama ulang tahun yang lain. Paling kerasa beda karena dulu disurprasin sama seseorang, eh sekarang nggak.
ADVERTISEMENTS
2. Kamu tetap merasa muda seperti biasa.
Baru juga umur 25.
ADVERTISEMENTS
3. Adik sepupu yang dulu bisa digendong sekarang udah masuk kuliah.
Sampai kamu sadar satu hal: saudara sepupumu yang paling kecil ternyata udah masuk kuliah. Kamu melihat dia memposting fotonya di sosial media. Dan kamu pun terkejut,
“Dih, udah segede ini?”
ADVERTISEMENTS
4. Kakak sepupu yang jadi role model kamu buat nakal-nakalan udah jadi suami/istrinya orang.
Dulu gaul sama dia asyik banget. Kamu selalu diajak ke tempat-tempat seru. Sekarang, dianya udah susah diajak gaul. Udah nikah sih.
ADVERTISEMENTS
5. Dan sekarang kamu sendiri udah punya ponakan.
Kakak sepupu bukan cuma udah pada nikah, tapi juga udah memberimu ponakan.
ADVERTISEMENTS
6. Ketika ada anak kecil, memanggilmu dengan om atau tante kamu agak risih, masih pengen dipanggil ‘kakak’.
anak kecil: Omnya namanya siapa?
kamu: Panggil Kakak Bayu aja ya…
7. Teman-teman yang dulu selalu ngapa-ngapain bareng, eh sekarang mau ketemuan aja susah banget.
Ingat-ingat dulu, pingin ke mana bareng-bareng tinggal berangkat. Sekarang, mau janjian ketemuan aja ribet banget.
8. Dulu waktu kuliah, puncak gunung pun kamu daki. Sekarang, naik tangga dikit aja ngos-ngosan.
Ruang meetingnya di lantai 3 dan nggak ada lift. Duh!
9. Perasaan makan cuma segini-segini aja, tapi kenapa badan cepet banget melarnya.
Kamu makan juga segitu-segitu aja dari dulu, tapi kenapa perut ini jadi buncit begini ya?
10. Kamu juga mulai mikir-mikir soal makanan. Sehat nggak ya? Berlemak nggak ya?
11. Sebelum memutuskan untuk mulai berhubungan dengan seseorang, kamu menimbang-nimbang bibit, bebet, dan bobotnya. (Hampir kayak makanan)
Kayaknya dulu punya pacar simple deh. Sama-sama suka, jadian deh. Sekarang kenapa ya kalau mau cari pacar harus benar-benar dipikir.
Agamanya sama nggak?
Sudah punya penghasilan belum?
Keluarganya bagaimana?
12. Kalau diingat-ingat, sekarang kamu sering banget dapat undangan nikahan.
Sabtu ini kondangan di tempatnya Nita. Minggunya di tempatnya Revi. Minggu depan di tempat Kika. Huft!
13. Tentu saja pertanyaan kapan kawin sudah muak mampir di telingamu.
Bosan!
14. Juga pertanyaan, kapan punya momongan?
Terus, mau tanya kapan mati juga?
15. Kamu jadi ingat salah satu sebab teman-temanmu sudah jarang kumpul adalah karena mereka sudah pada nikah.
Selain sudah pada kerja dan punya kesibukan, teman-temanmu juga nggak bisa sering kumpul lagi karena mereka udah pada nikah. Jadi ya gitu.
16. Diam-diam, kamu suka cari refrensi pernikahan dan punya bayangan ingin pesta pernikahan seperti apa meski entah kapan dan sama siapa.
Jauh di lubuk hati, kamu pun punya pikiran untuk berumah tangga. Kadang, kamu suka buka-buka tips-tips tentang pesta pernikahan. Kamu juga punya bayangan pesta pernikahan, ya meskipun masih nggak tahu sih kapan dan sama siapa.
17. Aplikasi ‘timehop’ kadang bikin kamu sadar, ‘ini sudah lima tahun yang lalu berarti aku sekarang sudah…’
Kamu senang banget ketika menemukan foto-foto jadul. Melihat tampangmu dan orang-orang yang kamu sayangi ketika masih culun, bikin kamu ketawa-ketawa sendiri. Tapi, juga sekaligus sedih sih karena itu sudah beberapa tahun yang lalu. Dan kamu tersadar kalau sekarang sudah, ehem, tua.
18. Cita-citamu kini jauh lebih sederhana dan realistis.
Kalau dulu kamu punya cita-cita setinggi langit, kini cita-citamu jauh lebih sederhana. Punya penghasilan yang cukup dan keluarga bahagia. Amiin.
19. Bukan cuma ngurus perpanjangan KTP dan SIM, kamu juga mulai ribet ngurus NPWP dan BPJS.
Di usia tujuh belas kamu bahagia karena sudah bisa punya KTP dan SIM. Di usia dua lima ini, bukan cuma KTP, tapi juga sudah punya NPWP dan BPJS. Dan itu nggak bikin senang sih, malah ribet ngurusnya.
20. Hal sederhana yang kamu rindukan: bobok siang.
Pulang sekolah, masih bisa bobok siang. Pulang kuliah, masih bisa bobok siang. Pulang kerja? Sudah maghrib!
21. Akhirnya bisa kumpul teman-teman, pembahasannya adalah teman yang akan nikah, kerjaan, dan politik.
Ketika punya kesempatan ngumpul sama teman-teman, yang dibahas ya seputar itu-itu saja: teman yang akan nikah, kerjaan, sampai politik. Duh, berat banget deh!
22. Eh satu lagi: “waktu dulu kita blablabla pas awal kuliah tujuh tahun yang lalu…”
Enggak semua yang dibahas berat ding kalau lagi ngumpul sama teman-teman. Ada juga yang seru dan ringan. Dan itu adalah nostalgia zaman sekolah atau kuliah yang udah tujuh tahun lalu. Lama juga kan?
23. Kamu pun sadar bahwa kamu sudah… Bukan tua, hanya nggak semuda dulu lagi.
24. Meski demikian kamu punya prinsip: walau pun beranjak usia tapi jiwa harus tetap selalu muda.
25. Lalu pertanyaan, “kenapa sih kok waktu cepet banget berlalu”, kembali bikin kamu galau.
Susan move on dan nggak bisa bayangin beberapa tahun lagi kamu benar-benar jadi orang tua.
Di usia dua puluh lima ini, kamu melalui proses antara menjadi dewasa dan masih terjebak pada masa muda. Kegaluan yang disebut quarter life crisis pasti ada. Dan itu hanyalah sebuah proses untuk menuju ke tahap kedewasaan.