Pemilu tinggal menghitung hari. Kampanye ada di mana-mana. Nggak hanya tim sukses saja yang berkampanye, para pendukung paslon masing-masing juga mulai ikutan berkampanye secara cuma-cuma. Fenomena ini terbilang lumrah, tapi ada hal yang menarik dan kocak viral di Twitter. Seorang pria jadi korban kampanye setelah dikeroki oleh tukang urut. Punggungnya terarsir nomor urut salah satu pasangan.
ADVERTISEMENTS
Akun @annisa_rianti mengisahkan sebuah kisah unik yang dialami temannya. Adik temannya jadi korban kampanye tukang urut 😀
Malem2 denger cerita berfaedah. Aku tetep rahasiakan identitas, ga enak soalnya pic.twitter.com/ve8jfxk9Gd
— Annisa Rianti (@annisa_rianti) April 8, 2019
Akun @annisa_rianti membagikan pengalaman kocak yang diterima adik dari temannya. Pengalaman kocak yang dikisahkan lewat InstaStory itu perihal kampanye terselubung. Awalnya adik temannya masuk angin. Lalu dia pergi ke tukang urut agar bisa dipijat sekalian diurut agar anginnya keluar. Nggak disangka sang tukang urut merupakan fans dari salah satu paslon capres. Setelah selesai, arsiran punggungnya berbentuk nomor salah satu paslon. 😀
Setelah viral, kakak korban akhirnya membikin utas soal bagaimana kronologi detail adiknya sampai jadi korban tukang urut
Setelah unggahan temannya viral, akhirnya kakak korban membuat utas sendiri musibah kocak yang dialami adiknya. Akun @aidaazhar berkisah, awalnya sang adik minta dikerok karena masuk angin. Sialnya dapat tukang urut yang fanatik sama salah satu paslon capres.
Selama diurut adiknya ditanya milih siapa 17 April nanti, namun adiknya hanya diam saja. Saat dikerok adiknya nggak merasakan sesuatu yang janggal, kecuali kerokan tukangnya yang kasar dan sakit, juga pola kerokan yang aneh. Namun adiknya husnuzan, mungkin tukang urutnya memang nggak jago kerokan. Setelah kerokan selesai dan tukang urutnya pulang, dia baru sadar bahwa punggungnya telah jadi baliho kampanye. 😀
Meski ini fenomena kocak, tapi apa yang dilakukan tukang urut ini nggak bisa dibenarkan. Memaksa korban mendukung paslon yang didukung
Fenomena ini memang kocak, tapi apa yang dilakukan si tukang urut nggak bisa dibenarkan. Pertama, sang tukang urut telah melanggar privasi kliennya. Badan korban adalah ranah pribadi, mengarsir nomor paslon pilihannya dilakukan tanpa izin. Kedua, belum tentu korban memilih paslon yang sama. Dengan arsiran nomor urut tersebut secara nggak langsung tukang urut memaksakan pilihannya ke korban.
Semakin dekat dengan pemilu, semakin santer kampanye. Bahkan dengan cara-cara yang kelewat batas. Apa yang dilakukan tukang urut tadi jadi salah satu contoh bahwa masyarakat kurang bijak dalam berkampanye. Yang paling miris tentu saja, hoaks-hoaks sesat yang bertebaran di media sosial. Hmm. Semoga ini berlangsung pas pilpres aja, ya. Setelahnya damai lagi.