“Aku besok pokoknya mau KKN minimal di Raja Ampat, ah. Kalau nggak di Lombok juga gapapa, atau kalau kuotanya masih ada sih, di Banda Neira. Hehe”
Kalimat tersebut tentu udah nggak asing lagi didengar dari mulut para mahasiswa yang tengah menanti waktu mereka untuk pembagian tempat KKN. Selain memilih teman-teman satu tim, memilih tempat yang super jauh dan terpencil biasanya dilakukan dan menjadi opsi favorit hingga saat ini.
Alasannya? Sudah jelas, untuk mencari pengalaman baru jalan-jalan dan liburan gratis berkedok Kuliah Kerja Nyata. Memang nggak semuanya kayak gitu kok, tapi akui aja deh kalau nggak sedikit juga yang begitu. Nah, masalahnya, apa sih urgensinya KKN sampai jauh-jauh ke pelosok kalau di lingkungan sekitar aja kamu juga masih nggak mau ngasih perhatian?
ADVERTISEMENTS
1. Ada banyak daerah di sekitar kita yang masih perlu dimajukan meski kelihatannya udah serba ada. Bahkan di Jawa sendiri, hayolo!
Terlihat serba ada, belum tentu daerah tersebut bisa dinilai maju. Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan, seperti misalnya bagaimana tatanan masyarakatnya, tingkat kerukunan satu sama lain, sistem pendidikan, kesehatan di tingkat paling dasar, dan semacamnya. Masalahnya, banyak mahasiswa beranggapan bahwa KKN itu yang dilakukan, ya, memajukan suatu daerah dengan membangun berbagai macam fasilitas. Ya, salah kaprah~
Nggak perlu jauh-jauh sampai ujung Indonesia dulu deh, di Jawa yang bahkan terkenal sebagai anak emas negara aja nggak sedikit kok daerah-daerah yang bisa dikatakan sebagai tempat tertinggal. Eh, bentar, tapi mungkin di Jawa kurang menarik sih, ya, untuk dijadikan tempat KKN. Kurang Instagramable~
ADVERTISEMENTS
2. KKN nggak melulu kerja atau pengabdian, tapi juga bersosialisasi sama warga sekitar. Di kampung sendiri aja nggak kenal tetangga kok mau sok-sokan di luar pulau
Salah satu hal yang perlu diketahui oleh mahasiswa, bahwa KKN itu nggak melulu soal kerja dan pengabdian. Namun bagaimana kamu bisa beradaptasi dengan struktur masyarakat pada lapisan terbawah. Mirisnya, ada banyak kejadian di luar sana, mereka yang memilih melakukan KKN di tempat-tempat jauh, tapi sama tetangganya sendiri aja nggak kenal. Disapa juga cuek, nggak bisa menyesuaikan diri sama orang yang lebih tua.
Kalau udah gitu, ya, mau gimana lagi? Memang sih, pilihan sendiri-sendiri dan tentunya udah paham juga konsekuensinya. Tapi gimana mau jadi mahasiswa seutuhnya kalau adil sejak dalam pikiran aja masih nggak bisa?
ADVERTISEMENTS
3. KKN di tempat jauh cuma dijadikan ajang gengsi-gengsian, apalagi kalau areanya super terpencil dan merupakan daerah wisata, balik-balik feed Instagram rapi bener, kayak habis liburan
Nggak dimungkiri lagi, tempat yang bagus dengan panorama yang super eksotis terkadang menjadi bonus dan pemacu mahasiswa KKN untuk segera menyelesaikan tugasnya. Namun mirisnya, banyak yang dari awal memilih tempat-tempat semacam itu karena semata-mata daerahnya yang cantik dan sekaligus bisa buat liburan. Kalau udah begitu, di mana esensi KKN?
Parahnya lagi, seusai KKN di tempat-tempat yang jadi destinasi wisata terpelosok, nggak jarang lo para mahasiswa ini berlomba-lomba mengisi feed Instagram mereka dengan kegiatan liburan ala-ala. Hal itu seakan-akan menjadi gengsi tersendiri di kalangan peserta KKN. Biasanya, mereka yang mendapat lokasi nggak jauh dari kampusnya cuma bisa manggut-manggut aja sambil denger keseruan kawan-kawannya berlibur.
Sekali lagi, ini bukan memukul rata bahwa semua mahasiswa yang memilih KKN di tempat terpencil memiliki tujuan yang ‘mulia’ ini. Tapi kembali lagi, yang seperti itu pun faktanya juga nggak sedikit kok~