Bagi mahasiswa, wisuda merupakan hari bahagia. Hari di mana kita bisa membuat orang tua bangga sekaligus membuktikan diri bahwa kita bisa bertanggung jawab atas keputusan yang kita pilih. Jangan heran kalau euforia wisuda kadang suka aneh-aneh bahkan sampai ada yang mengundang semua keluarganya untuk datang saat prosesi geser tali toga.
Namun, ada kisah sedih nan haru soal wisuda yang tengah viral di media sosial. Seorang ayah menggantikan anaknya untuk diwisuda karena putrinya telah meninggal dunia.
ADVERTISEMENTS
Bersama dengan para wisudawan, seorang Ayah menggantikan anaknya yang telah meninggal dunia untuk mengambil ijazah
Ada yang berbeda dari upacara wisuda di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh yang terselenggara kemarin (27/2). Bukan hanya kebahagiaan yang terpancar dari mahasiswa dan para keluarga wisudawan, melainkan juga sedih dan haru. Terutama saat seorang pria paruh baya naik ke panggung tanpa berseragam lengkap seperti wisudawan lain. Berkemeja rapi, bercelana hitam, dan memakai peci, pria bernama Bukhari tersebut menggantikan anaknya mengambil ijazah.
Bukhari merupakan ayah dari Rimma Muharrami, mahasiswi program studi Kimia. Putrinya nggak bisa hadir untuk menggeser tali toga dan mengambil ijazahnya karena telah meninggal dunia.
ADVERTISEMENTS
Rinna Maharrani yang dikenal tekun dan sederhana meninggal dunia 13 hari setelah sidang skripsi karena sakit. Sedih banget sih :'(
Melansir web resmi UIN Ar-Raniry, Rinna Muharrami nggak bisa menghadiri wisuda karena telah lebih dahulu dipanggil oleh Yang Maha. Sebelumnya alm. Rina berhasil menyelesaikan sidang skripsi pada tanggal 24 Januari 2019. Barulah 13 hari setelahnya almarhumah mengembuskan napas terakhirnya karena penyakit yang dideritanya. Alm. Rina mengidap penyakit tifus stadium akhir yang juga menyerang syaraf. Telah kurang lebih sebulan alm. Rina melawan penyakitnya, bahkan sempat dirawat di ICU Rumah Sakit Meuraxa, Kabupaten Aceh Besar.
Di mata temannya, alm. Rina dikenal sebagai sosok yang menginspirasi, tekun, dan sederhana. Berasal dari keluarga petani alm. Rina merupakan mahasiswa yang cerdas, tekun, dan berprestasi. Selama kuliah, almarhumah merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Kini dia telah lulus dari kampus dengan IPK 3,51 dan juga tugasnya di dunia untuk bertemu Sang Pencipta.
ADVERTISEMENTS
Demi membanggakan orang tuanya, alm. Rina masih memperjuangkan skripsi meski dalam kondisi sakit. Sedang kita, skripsi direvisi sekali saja ngeluh!
Alm. Rina telah mengidap penyakitnya selama sebulan sebelum kematiannya. Fakta ini menunjukkan kegigihannya memperjuangkan kelulusannya. Ia tetep mengerjakan skripsi dan sidang dalam kondisi sakit. Kita seharusnya malu karena sering mengeluh saat skripsinya direvisi terus. Bahkan mungkin ada yang ngambek dan berhenti untuk melanjutkan skripsinya. Skripsi direvisi bukankah hal wajar?
Alm. Rinna patutnya dijadikan teladan juga penyemangat. Kalau dia bisa menyelesaikan kuliahnya dengan segala keterbatasan, maka seharusnya kita yang sehat juga. Jangan banyak ngeluh. Beranjak dari keterpurukan dan ayo garap revisiannya!
Anyway, mari doakan Rina sama-sama semoga husnulkhatimah!