Baru-baru ini, Indonesia kembali dilanda bencana alam yaitu meletusnya Gunung Semeru yang memuntahkan awan panas ke area pemukiman penduduk. Minimnya informasi yang sampai ke masyarakat juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya korban jiwa. Para penduduk berlarian untuk menyelamatkan diri dan ribuan unit rumah dan ternak juga menjadi dampak letusan.
Erupsi ini juga melahirkan kisah haru nan heroik dari salah satu korban terdampak yang memilih untuk bertahan demi menemani sang nenek yang sudah kesulitan berjalan untuk menyelamatkan diri. Sontak viralnya cerita tersebut mengundang reaksi haru dari publik.
ADVERTISEMENTS
Gunung Semeru mengalami erupsi pada Sabtu (4/12) lalu dan meniumbulkan korban jiwa
The hot clouds of Mount Semeru came again, the Joint Team of the Indonesian National Army – Indonesian Police and Search & Rescue (SAR) and others ran to save themselves. Monday (6/12/2021) pic.twitter.com/u98mS2wPNw
— Ariel Moshe אריאל משה (@ambarukmo15) December 6, 2021
Sabtu (4/12) lalu, Gunung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru memuntahkan lahar panas akibat erupsi. Melansir dari laman BNPB, setidaknya ada 56 korban luka-luka, 17 korban hilang, dan 34 korban meninggal dunia. Sedangkan jumlah populasi yang terdampak secara keseluruhan yaitu sekitar 5.205 orang dan 2.970 unit rumah. Kepada BBC, Ponidi yang merupakan salah satu warga terdampak erupsi mengungkapkan kekecewaan karena belum mendapatkan peringatan dini terkait adanya peningkatan aktivitas Gunung Semeru dan potensi adanya guguran awan panas.
Ia juga menambahkan bahwa sistem evakuasi jika terjadi bencana juga belum berfungsi dengan baik. Warganet juga mempertanyakan apakah sistem peringatan dini berfungsi sebelum kejadian. Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman mengatakan terdapat dua jenis sistem peringatan dini, yaitu cara modern melalui instrumen yang dilakukan PVMGB seperti mengamati kegempaan, perubahan temperatur, deformasi, volume gas dan cara konvensional dengan merasakan kegempaan, perilaku hewan, mata air kering dan lainnya.
ADVERTISEMENTS
Salah satu korban bernama Rumini menjadi perhatian publik karena memilih bertahan dan menemani sang nenek yang kesulitan berjalan saat menyelamatkan diri
Di antara 34 korban meninggal dunia, publik dibuat haru oleh kisah salah satu korban yang bernama Rumini. Ia memilih untuk tetap bertahan di rumah ketika warga yang lain berlarian menyelamatkan diri. Bukan tanpa alasan, dirinya melakukan hal tersebut demi menemani sang nenek yang sudah berusia tua dan mengalami kesulitan berjalan ketika hendak menyelamatkan diri menuju posko evakuasi. Keduanya akhirnya ditemukan dalam kondisi berpelukan di dapur rumah yang runtuh akibat tumpukan debu vulkanik Gunung Semeru.
Suami Rumini juga menceritakan bahwa sehari sebelum kejadian, Rumini bersikap tak seperti biasa pada suaminya. Ia mengaku rindu dan terus ingin bersama suaminya. Perasaan sang suami pun tak enak dan takut jika ada sesuatu hal terjadi pada anak dan istrinya.
Ketika sore hari, suami Rumini bergegas pulang setelah mengetahui Gunung Semeru erupsi. Ia sudah bertemu dengan anaknya, tapi sang istri tak berada di titik kumpul. Hingga keesokan harinya ketika sang ayah mengecek kondisi rumah, mereka menemukan Rumini dan neneknya tertimbun di dapur rumahnya.
Viralnya kisah ini pun mengundang banyak perhatian dari warganet. Tak sedikit pula yang memberikan doa terbaik untuk keduanya. Sungguh sebuah kisah yang mengharukan. Semoga semuanya lekas pulih.