“Lucu bgt tatan.. ga pernah bosen liat video ini..” (@mettadewisusanto_new)
Komentar tersebut melekat pada video yang diunggah oleh akun instagram @jrsugianto pada 27 November lalu. Video itu kini sudah dilihat lebih dari 3,7 juta pengguna Instagram dengan komentar lebih dari 50 ribu. Semuanya sepakat bahwa Tatan lucu dan menggemaskan. Akun yang dikelola oleh kakak kandungnya ini berhasil menarik ratusan ribu penggemar setelah video tersebut viral di media. Bahkan baru beberapa waktu lalu Tatan sempat diundang ke acara televisi yang sudah kondang, yaitu Hitam Putih. Kini, Tatan menjadi terkenal dan mulai menerima endorse-an.
Pertanyaannya adalah apakah Tatan selama ini nyaman saat sedang direkam atau difoto? Dan apakah Tatan tidak sedang dimanfaatkan untuk mencari rupiah? Itu saja.
Beralih dari Tatan, kita akan berbicara soal Rafathar yang katanya sampai sakit karena proses pembuatan film tentang dirinya yang diproduksi oleh sang ayah, Raffi Ahmad. Dengan usia yang masih kurang dari 2 tahun, Rafathar telah dibiarkan menjadi aktor cilik. Publik pun banyak yang beranggapan bahwa ini eksploitasi, pasalnya Rafathar sering sakit-sakitan.
Den bagus Rafathar embul Malik Ahmad , anaknya Ibu Talas @chipstaro ?? photo by @kamerarini
A photo posted by Raffiahmad Nagitaslavina1717 (@raffinagita1717) on
Anggapan bahwa Rafathar dieksploitasi sebenarnya sudah santer dibicarakan sejak kemunculannya di Instagram lebih sering digunakan untuk mengiklankan produk orangtuanya dan sisanya endorse. Sebagian kecil barulah momen yang terbebas dari embel-embel cari uang. Rafathar juga dibangga-banggakan sebagai balita yang sejauh ini memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri berkat semua iklan dan endorse itu.
ADVERTISEMENTS
Kira-kira lebih banyak mana ya antara jumlah unggahan foto-video endorse dan sekadar dokumentasi biasa di akun selebgram balita-balita ini?
Bukan hanya Tatan serta Rafathar, selebgram balita lain pun banyak yang menerima endorse. Dari mulai anak artis seperti Gempita, Arsy, dan Ryshaka, sampai yang bukan anak artis seperti @daffa_sofa, @ayashaputri dan @arkhairan. Ada yang memang selalu memberikan endorsement di tiap foto apapun yang diunggah, ada pula yang masih mengunggah momen si balita murni tanpa niat jualan.
Kita semua tahu kalau anak-anak itu cenderung sangat moody, kita tidak bisa menebak atau mengatur mood mereka. Namun dengan adanya kepentingan endorse, kita harus sedikit memaksa (kalau tidak boleh bilang memaksa) mereka untuk tetap berpose lucu sembari menggunakan barang endorse. Hal-hal semacam pemotretan atau syuting adalah aktivitas yang melelahkan untuk anak-anak jika mereka merasa tidak nyaman saat melakukannya. Bagi kita sih mungkin lucu-lucu saja, tapi tidak untuk mereka.
Belum lagi jika pihak yang mengelola akun, entah itu orangtua maupun saudaranya kadang merasa kesal karena hasil foto atau videonya tidak sesuai harapan. Secara mental, anak bisa merasakan dampaknya. Apalagi jika kemudian hasil endorse ini dijadikan sebagai salah satu sumber penghasilan keluarga. Upaya pihak yang bersangkutan untuk “memaksa” para balita pasti akan semakin besar.
ADVERTISEMENTS
Bukan masalah nggak boleh, tapi memaksa mereka memenuhi tuntutan endorse itu yang perlu dipertanyakan
A photo posted by Real Acc of Ayasha Putri (@ayashaputri) on
Sesekali memotret anak untuk kepentingan endorse mungkin tidak masalah. Tapi jangan melakukannya terus menerus, apalagi sampai menjadikan anak-anak sebagai “aktor utama” untuk kepentingan mendulang rupiah. Anak-anak juga harus menikmati kehidupannya yang jauh dari kamera dan menemukan kenyamanannya di sana.
ADVERTISEMENTS
Kalau menurut kamu, maraknya fenomena selebgram balita dan endorsement ini termasuk eksploitasi atau bukan?
Sebelum berpendapat, sebaiknya kita pahami dulu apa itu pengertian eksploitasi anak. Dilansir dari laman KPAI, yang dimaksud dengan eksploitasi adalah:
“Tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindakan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil.”
Pengertian ini mungkin tampak terlalu rumit, tapi kita harus memahaminya sebelum sembarangan menyebut si ini atau si itu melakukan eksploitasi. Kita benar-benar harus jeli melihatnya, bukan sembarangan menuduh tanpa fakta dan pemahaman yang benar.