Sering kali kita nggak menyadari kalau apa yang kita lakukan sehari-hari sebetulnya keliru atau bahkan salah. Apa yang kita lakukan dan kita lakukan lagi secara berulang, kemudian akan menjadi sebuah kebiasaan. Alhasil, kita semakin jauh tersesat dan membiasakan diri untuk melakukan hal yang salah. Meski efeknya nggak seberapa, tapi kesalahan-kesalahan receh ini kadang bikin kita tercengang.
Beberapa contoh kebiasaan yang salah di bawah ini bisa jadi masih terus dan bakal tetap kamu lakukan. Tapi nggak ada salahnya mengetahui kebiasaan yang benar buat menghindari kesalahpahaman. Coba nih, simak uraian Hipwee Hiburan berikut!
ADVERTISEMENTS
1. Janjian jam 10.00 sama dengan ketemuan jam 10.58. Mastinya, minimal mundur setengah jam deh …
2. Makan bakmi, kuahnya dicampur. Hmm, padahal bakmi nggak pakai kuah, dan kuah yang dikasih abangnya berfungsi layaknya sup lo~
3. Bubur ayam dicampur aduk, selain menyalahi estetika visual dari sajian bubur, sebenarnya sangat nggak perlu dilakukan. Kalau makan nasi dan lauk juga nggak perlu dicampurin gitu, kan?
4. Kalau di warung-warung, tisu toilet dipakai buat lap makan dan sama sekali kita nggak keberatan. Boleh sih, tapi …
ADVERTISEMENTS
5. Sebuah penistaan terhadap Ind*mie goreng, ketika bumbunya dikasih sedikit air demi kemudahan percampuran bumbu
ADVERTISEMENTS
6. Jelas-jelas lampu merah artinya berhenti, lampu hijau jalan, dan lampu kuning hati-hati. Nyatanya, kalau di jalanan lihat lampu kuning malah ngebut 🙁
ADVERTISEMENTS
7. Bukan soal norak sih, tapi kalau orang tetap jongkok di WC duduk demi kenyamanan itu bisa merusak klosetnya. Nggak jarang lo, ada yang jatuh dan klosetnya pecah
ADVERTISEMENTS
8. Lagi-lagi soal mi goreng. Kayaknya nggak puas deh kalau nggak makan mi goreng tanpa nasi, berasa ngemil -_-
ADVERTISEMENTS
9. Pakai emotikon highfive atau tos, buat menggambarkan gestur ‘memohon’ atas dasar kesopanan dan keluhuran minta maaf. Hmmm~
10. Mau itu tulisannya dorong atau tarik, kalau mau melewati pintu minimarket pokoknya dibuka sesuka hati dan mengikuti mood. Iya, kan?
Sepele sih, tapi jadi kocak kalau kesalahpahaman ini terus-terusan jadi kebiasaan. Mungkin karena faktor kenyamanan dan karena sudah turun-temurun diajarkan. Nggak tahu siapa yang pertama memopulerkannya, tapi nyatanya banyak yang melakukannya. Kalau sudah tahu kenyataannya, jadi nyesel atau pengen melanjutkan kesalahpahamannya nih?