Kadang, nggak semua bentuk kritik dan protes harus disalurkan dengan adu fisik dan urat syaraf. Seperti yang kita tahu, cara  seperti ini hanya akan mengakibatkan korban dan kerugian bagi semua orang. Masih banyak cara yang bisa kita lakukan agar kritik dan protes keberatan kita bisa berterima dengan baik. Dengan catatan, aspirasi kita diterima dengan baik juga oleh pihak yang bersangkutan.
Seperti seorang seniman asal Singapura Ernest Zacharevic yang pengen menyampaikan keluhannya atas polusi udara yang diakibatkan oleh kebakaran hutan yang terjadi beberapa tahun terakhir di Sumatera dan Kalimantan, lebih tepatnya, keterlibatan industri minyak kelapa sawit. Mau tahu seperti apa bentuk kepedulian Ernest pada masalah ini? Begini kisahnya.
ADVERTISEMENTS
Ernest Zacharevic gerah karena akibat kebakaran itu menyerang wilayah Penang, tempat di mana dia bekerja
ADVERTISEMENTS
Dia dan temannya Charlotte Pyatt membuat sebuah kampanye Splash and Burn sebagai bentuk protes terhadap industri kelapa sawit yang terlibat
ADVERTISEMENTS
Awalnya, mereka membuat selebaran untuk mengumpulkan dana dan relawan dari masyarakat dari dua tahun terakhir
ADVERTISEMENTS
Splash and Burn sejatinya merupakan kampanye kesadaran atas praktik pertanian kelapa sawit yang nggak teratur. Tapi dengan cara kreatif , bukan anarkis!
ADVERTISEMENTS
Mereka memfokuskan masalah pada asap yang terembus lintas negara, penggundulan hutan, hingga relokasi binatang dan warga sekitar
ADVERTISEMENTS
Selain mereka berdua, ada beberapa seniman yang turut serta; Isaac Cordal, Gabriel Pitcher, Mark Jenkins, Pixel Pancho Axel Void, dan Bibichun
Mereka menilai, cara ini bisa menjadi jembatan antara kesenjangan antara industri kelapa sawit dengan kesadaran para konsumen atas masalah ini
Begini hasil kreativitas Ernest dan teman-temannya. Ada yang paham maknanya?
Wajar saja kalau nggak sedikit masyarakat yang kesal dengan masalah ini. Mural ini dampak nyatanya
Nah, begitulah Ernest Zacharevic menyalurkan unek-uneknya sebagai seorang seniman yang studio tempatnya bekerja, terkena dampak asap atau limbah industri minyak kelapa sawit di daerah Sumatera. Kalau begini, nggak perlu adanya protes dan kritik dengan adu fisik. Lebih aman dan kreatif, bukan?