Ketika kita menonton film besar Hollywood dengan berbagai efek ‘gilanya’ yang bisa bikin mata kita terpana, itu sebenarnya hanya sebuah rekayasa buatan manusia. Kemajuan teknologi yang kian mendukung efek visual pada sebuah film memang selalu bisa menghipnotis mata, seakan itu semua nyata. Ya, walaupun Indonesia belum memiliki bujet untuk membuat karya sinema sekelas Hollywood, tapi jangan salah karena putra-putri tanah air ada di balik layar suksesnya efek visual film mancanegara. Bangga dong!
Begitu banyaknya para kreatif yang bekerja di bidang efek visual Hollywood, setidaknya ada beberapa anak bangsa yang juga ikut berkiprah di sana. Hal itu juga membuktikan kalau SDM yang kita miliki nggak kalah hebatnya dengan mereka. Selain bisa membawa nama Indonesia dikenal oleh berbagai negara, mereka juga menunjukkan kalau kreativitas mereka patut diacungi jempol. Berikut kisah perjalanan karir mereka di Hollywood.
ADVERTISEMENTS
Samuel Ebijeser Simanjuntak, ayah satu anak ini tergabung sebagai tim efek visual sederet film blockbuster Hollywood loh!
Kalau kamu penggemar film-film blockbuster, pasti kamu familiar dengan deretan judul ini, Wonder Woman, Suicide Squad, X-Men Days of Future Past, Cinderella, Pan, Tarzan, The Martian, atau X-Men Apocalypse. Ya, efek visual yang ada di sejumlah judul tersebut memang sudah nggak diraguin lagi kehebatannya. Gedung runtuh, kota-kota yang hancur, atau pemandangan yang luar biasa bisa dikemas secara apik dan jenius oleh para pekerja kreatif visual, salah satunya orang Indonesia!
Adalah Samuel, yang kini bekerja sebagai seorang environment TD/artist yang bertugas membuat lingkungan digital dengan menggunakan komputer. Bermula dari kegemarannya terhadap 3D Computer Graphics, setelah lulus mendapat gelar Sarjana ia bertolak ke Vancouver, Kanada untuk lebih mendalami lagi bidang efek visual.
Seperti dilansir dari Viva, pria yang pernah bekerja di MPC untuk film-film besar ini menjelaskan kalau proses pengerjaan efek visual dalam sebuah film membutuhkan waktu yang lama. Dengan jumlah tim yang juga nggak sedikit. Ia juga memahami jika namanya nggak selalu tercatut dalam credit title.
“Di beberapa film yang saya kerjakan, ada yang enggak masuk credit di akhir film, contohnya X-Men Days of Future Past, Cinderella, Tarzan, dan Suicide Squad. Tapi itu sudah biasa karena terkadang kalau terlalu banyak vfx (efek visual) artisnya, jadi enggak masuk semua, soalnya klien masukin secara random hehehe,”
ADVERTISEMENTS
Denny Ertanto, sudah berkecimpung di film box office Hollywood sejak tahun 2011
Jika kamu melihat betapa canggihnya teknologi dalam sebuah film padahal di dunia nyata belum ada, Computer Generated Imagery (CGI) lah yang membuatnya tampak memungkinkan. Ya, pria kelahiran Indonesia ini telah menjadi visual effect artist yang bekerja di bagian digital compositor.
Dalam pekerjaannya tersebut, Denny Ertanto menyatukan cuplikan video hasil dari syuting live action dengan CGI. Selain itu, Denny juga bertugas mengganti layar hijau atau biru green screen/blue screen) dengan latar belakang yang disediakan dari departemen lain. Banyak judul film besar telah ia kerjakan, sebut saja War of the Planet of the Apes, Fantastic Beasts and Where to Find Them, A Monster Call, The Martian, Into the Woods, Pan, Cinderella, Hugo, dan sebagainya. Banyak pengalaman berharga yang telah Denny dapatkan selama berkarir di Hollywood.
ADVERTISEMENTS
Faza Amaly Sulthon, wanita muda asal Surabaya ini telah mencicipi dunia perfilman dunia dan memutuskan kembali ke Indonesia untuk mewujudkan mimpinya
Satu lagi putri Tanah Air yang juga nggak kalah membanggakannya. Faza yang bekerja di bidang efek visual, tepatnya sebagai compositor, juga telah mengerjakan beberapa judul film ternama. Jika kamu menonton film dengan spesial efek batu jatuh, kepulan asap tebal, atau jalan-jalan yang porak poranda, itulah yang dilakukan oleh Faza.
Wanita kelahiran 1993 ini memiliki tugas untuk menggabungkan seluruh elemen menjadi satu dan menambah efek-efek visual, sehingga membuatnya terlihat sangat nyata di mata. Film-film sekelas The Finest Hour, X-men: Apocalypse, Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales, Ghost in The Shell, Wonder Woman, The Mummy, dan Jumanji pernah ia kerjakan. Setelah berkarir di Hollywood selama 2,5 tahun, Faza memutuskan untuk kembali ke Indonesia demi mewujudkan mimpi awalnya, yakni membuat film sendiri. Kini ia tengah merintis usaha film animasi bernama Hompimpa.
Perjalanan karir seseorang memang nggak bisa diprediksi akan menjadi seperti apa. Tapi tiga kisah putra-putri bangsa ini patut menjadi inspirasi bagi kita yang memang memiliki mimpi luar biasa. Nggak ada kata nggak mungkin kalau kita percaya terhadapan kemampuan diri sendiri. Usaha dan kerja keraslah yang pada akhirnya akan membawa kita ke tempat yang kita tuju. Indonesia patut bangga terhadap mereka yang sudah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.