Banyak orang yang bersepakat mengatakan kalau masa sekolah adalah masa-masa yang paling indah. Terdapat banyak kenangan yang terukir bersama dengan teman, gebetan bahkan mantan pacar saat kita berseragam abu-abu. Sekolah sendiri nggak bisa dilepaskan dari ruang kelas, tempat dimana para murid belajar, bergurau dan bersosialisasi satu sama lain.
Lebih jauh lagi, kelas adalah tempat para murid mengenal karakter satu sama lain. Stigma paling terkenal yang menempel dalam kehidupan kelas adalah tempat duduk. Murid yang biasa duduk di barisan paling depan, biasanya adalah anak-anak yang rajin dan pintar. Berkebalikan dengan mereka yang duduk di bangku paling belakang. Meski duduk dalam kelas yang sama, terbukti dua dunia mereka sangat berbeda. Seperti yang telah banyak orang katakan, ‘tempat duduk di kelas mencerminkan sifat dan membentuk karakter seorang murid’. Percaya atau tidak, hal ini benar-benar terjadi mengingat banyak kelakukan nyeleneh dan nggak biasa yang dilakukan para murid yang duduk di bangku paling belakang.
ADVERTISEMENTS
1. ‘Sekolah adalah rumah kedua’ adalah semboyan yang dijunjung tinggi oleh para murid yang duduk di bangku paling belakang
Banyak guru yang sering mengajarkan nilai ‘sekolah adalah rumah kedua’. Nilai ini sangat baik diterapkan para murid karena membantu mereka mencintai sekolah dan menghormati guru layaknya orang tua mereka. Menariknya, murid yang sangat menjunjung tinggi nilai tersebut adalah mereka yang duduk di bangku paling belakang. Loh, kok bisa?
Seperti kita tahu, mereka yang duduk paling belakang sering tidur di kelas pada jam belajar. Biasanya mereka tertidur di jam pelajaran siang karena bosan dan mengantuk sehabis makan di kantin saat istirahat. Tentu saja, hal ini bukan sesuatu yang terpuji. Mereka yang duduk di belakang terlalu menyerap nilai ‘sekolah adalah rumah kedua’ sampai-sampai tidur nyaman di sekolah saat pelajaran. Wkwk, kacau!
ADVERTISEMENTS
2. Pasar dan prasmanan adalah sebutan paling tepat untuk barisan paling belakang di sebuah kelas
“Berisik kalian, kayak di pasar aja!” adalah kata-kata andalan para guru untuk menegur para murid yang selalu ribut di bangku belakang. Memang deh, murid-murid di bangku belakang sangat gemar mengobrol sampai lupa kalau mereka sedang dalam proses belajar mengajar. Kalau dipikirkan baik-baik, guru menyebut pasar bukan tanpa alasan lo. Pasar memang terkenal tempat yang ribut dan tempatnya beragam makanan di jual.
Benar sekali, selain mengobrol para murid yang duduk di bangku belakang biasanya saling berbagi makanan dan camilan dan memakannya diam-diam. Entah apa yang ada dipikiran mereka berani melakukannya. Padahal peraturan dilarang makan selama pelajaran adalah peraturan lumrah. Mungkin, menguyah makanan sambil memperhatikan guru yang mengajar punya sensasi tersendiri. Kalian nggak salah kok kalau mengira bangku paling belakang sebagai pasar sekaligus perasmanan. Makan teros!!1!~
ADVERTISEMENTS
3. Murid-murid bangku belakang adalah para seniman dan penyair yang sering mengasalah bakatnya di jam pelajaran
Mencatat materi adalah salah satu hal penting dalam proses belajar. Sialnya, mencatat hanya dilakukan oleh mereka yang duduk di barisan belakang. Murid di bangku belakang sepertinya sudah merasa cerdas. Mereka menganggap kalau mendengarkan saja sudah cukup untuk menyerap pelajaran (padahal nggak mendengarkan juga). Memang benar-benar genius sih orang-orang ini~
Bukannya mencatat, mereka malah senang menggambar atau mencatat hal-hal nggak jelas dan absurd. Ini lumrah dilakukan para murid untuk menghilangkan rasa bosan saat belajar. Nah cara untuk mengetahui seorang murid duduk di depan atau belakang, lihat saja bagian belakang buku catatannya. Kalau penuh gambar dan coretan, fix deh dia adalah calon seniman dan penyair yang selalu melatih bakatnya saat pelajaran kelas berlangsung. Wkwkwk~
ADVERTISEMENTS
4. Bangku paling belakang adalah pencetak ‘atlet’ dan bakat-bakat tersembunyi para murid dalam permainan kartu
Selain tempat ngobrol dan makan, bangku paling belakang dalam kelas adalah pencetak ‘atlet’ paling mutakhir. Kalian juga pasti sadar kalau murid di belakang sering banget bermain kartu. Baik itu remi, gaple atau poker. Singkatnya, bangku belakang adalah Las Vegas-nya sebuah kelas. Adakalanya mereka berkumpul dan mengadakan pertandingan setiap hari. Apalagi kalau ada jam kosong.
Kendati demikian, permainan ini nggak akan terjadi jika ada guru yang sedang mengajar. Kalaupun ada, biasanya saat guru sedang sibuk dengan hal lain dan nggak memperhatikan muridnya. Dari kebosanan itulah ada seseorang yang melemparkan kartu, menggeser bangku agar lebih rapat dan memulai permainan dalam diam. Bisa gitu ya~
ADVERTISEMENTS
5. Bukan murid bangku belakang kalau nggak suka membaca. Tunggu dulu, kok agak aneh, ya?
Kata siapa cuman murid di bangku depan yang gemar membaca? Mereka yang duduk di bangku belakang juga suka gemar baca. Kalau dilihat, mereka biasa rajin membaca buku pelajaran. Bedanya, buku pelajaran tersebut cuman kedok. Aslinya mereka baca komik hasil pinjaman dari perpustakaan.
Solidaritas murid bangku belakang sangat terasa kuat. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan mereka berbagi bacaan komik. Mereka sangat berdedikasi untuk mengamalkan literasi. Kalau dilihat dari mata guru, murid bangku paling belakang terlihat sangat rajin. Buku-buku paket pelajaran IPS, IPA, Matematika, Sejarah yang tebal sering terlihat berdiri dan dibaca para murid. Padahal … ah, sudahlah~
Nah, itu dia beberapa hal yang sering dilakukan oleh murid yang duduk di belakang. Gimana menurut kalian? Apakah kalian juga melakukan hal yang sama? Hayo, ngaku~