Sebuah video viral tersebar di media sosial pada Selasa (11/2) lalu. Video berdurasi 38 detik tersebut menampilkan para anggota politisi saling melempar kursi, yang kemudian diketahui bahwa video itu berasal dari sebuah kongres parpol PAN di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Bagi-bagi kursi ala parpol…. pic.twitter.com/ns1UK5I0Hl
— #ReformasiDikorupsi (@AksiLangsung) February 11, 2020
Kalau pelakunya anak SMA, mungkin kita bisa maklum—emosi remaja memang mudah tersulut dan mereka masih mencari jati diri. Kalau anggota partai politik? Hmmm, daripada lempar-lemparan, agaknya mereka perlu mengagendakan 9 kegiatan ini di waktu luang. Biar energinya nggak tersalurkan pas kongres atau acara resmi sejenisnya~
ADVERTISEMENTS
1. Agaknya mereka yang ribut punya lengan yang kuat-kuat. Kenapa nggak ikut berlatih lempar lembing aja? Siapa tahu jadi atlet ikut ASEAN Games~
ADVERTISEMENTS
2. Kalau memang nggak suka lempar lembing, masih ada cabang tolak peluru kok. Latihan aja dulu, terpilih jadi atlet atau nggak urusan belakangan
ADVERTISEMENTS
3. Bisa jadi, memang mereka tipikal orang yang suka berkelahi. Daripada berkelahi pas kongres, lebih baik di ring langsung!
ADVERTISEMENTS
4. Kalau cuma kursi doang mah terlalu ringan, kenapa lengannya nggak dilatih buat angkat beban yang lebih berat? Fitnes aja sana~
ADVERTISEMENTS
5. Lempar kursi di kongres bikin malu, mending lempar jamrah di Mekkah aja. Banyak-banyak ibadah, kan, punya duit
ADVERTISEMENTS
6. Para politisi parpol tersebut mungkin terbawa emosi, namun menyalurkannya di waktu dan tempat yang salah. Kalau emosi mending jalan-jalan ke sungai aja, di situ ada batu terus lempar-leparin deh. Dijamin tersalurkan
7. Atau mereka perlu mencoba wahana lempar bola di Dufan bareng keluarga. Lumayan, kalau tepat sasaran dapat hadiah boneka
Tawuran biasanya melibatkan anak SMA. Nggak jarang pula melibatkan warga berusia dewasa. Kalau pelakunya anak SMA, kita bisa paham luapan emosi remaja sering kali nggak terkontrol. Kalaupun warga, mungkin karena faktor ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah akhirnya mereka mudah tersulut. Sementara para politisi, figur yang terdidik dan berkesempatan memimpin rakyat. Bisa-bisanya kisruh. Malu-maluin nggak sih? 🙁