Selama ini, mungkin kamu mengira bahwa kebengisan manusia hanya ada di hutan atau tempat yang jauh dari peradaban.
Salah besar! Keganasan manusia bisa kamu lihat paling mudah di KRL alias Commuter Line.
KRL atau Commuter Line adalah kereta listrik yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota suburban di sekelilingnya: seperti Depok, Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Kereta jadi favorit buat kaum pekerja. Selain murah, cepat, menaikinya juga lebih masuk akal ketimbang berjibaku dengan kemacetan Jakarta yang… ah, sudahlah…
Tapi naik KRL juga ada “risikonya”. Khususnya di jam orang berangkat dan pulang kerja.
Ngeri, pokoknya. Kalau kamu termasuk salah satu pejuang KRL, hal-hal di bawah ini pastinya kamu alami setiap hari.
ADVERTISEMENTS
1. Padatnya gerbong kereta sudah terbayang bahkan sebelum kamu sampai stasiun. Apalagi kalau kamu telat bangun
Bayangkan ini hari Senin. Semalam hujan gerimis nggak berhenti mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Begitu bangun tidur yang kamu pikirkan langsung kerjaan di kantor yang menumpuk, dan kereta di Senin pagi yang super padat. Tiba-tiba hidupmu jadi sekilo lebih berat.
ADVERTISEMENTS
2. Telat semenit ngejar kereta? Dijamin sampai kantornya juga telat… sampai mungkin satu jam lebih
Jangan main-main dengan jadwal kereta. Kalau kamu naik bus, misalkan kamu baru nyampek terminal, dan bus yang biasa kamu tumpangi mulai jalan, kamu bisa lari ngejar sambil gebrak-gebrak badan bus minta ditungguin. Kalau kamu melakukan itu di kereta, yang ada kamu jadi bahan ketawa. Kereta punya jadwal yang kaku. Meski kamu sudah di stasiun, dan kereta kesayanganmu sudah di depan mata, kalau kamu nggak cepat masuk, ya udahlah bye bye.
ADVERTISEMENTS
3. Eh udah lari-larian, ternyata jadwal kereta mengalami penundaan~
Tapi kadang bisa nyebelin juga sih. Udah lari-lari ke stasiun biar nggak ketinggalan, begitu kamu nyampe sana malah ada pemberitahuan bahwa jadwal kereta mengalami penundaan. Well, salah satu yang belum memuaskan dari sistem KRL adalah sering kacaunya jadwal kereta. Padahal satu menit di kereta itu menentukan segalanya. Tapi maklumlah, kereta kita banyak sementara ketersediaan rel sedikit. Belum lagi ada kereta jarak jauh yang akan masuk stasiun-stasiun besar seperti Manggarai, Gambir dan Jatinegara. Kita sering harus ngantre sampai setengah jam padahal cuma menempuk jarak 2 stasiun kereta. Intinya, naik kereta harus sabar.
ADVERTISEMENTS
4. Atau…udah lari-larian, udah mengerahkan berbagai jurus, tak juga berhasil naik ke gerbong. Ya sudah, aku menyerah.
Horor kedua setelah jadwal kereta adalah, ya pas mau masuk kereta itu tuh! Jangan mengharapkan kamu bisa masuk kereta dengan santai melenggang seperti artis di karpet merah. Untuk bisa masuk ke dalam kereta di jam-jam orang berangkat kerja, kamu butuh kekuatan bulan dan jurus-jurus Wiro Sableng. Kadang ada petugas yang mendorong penumpang dari luar, supaya bisa masuk. Kalau tetap gagal, ya udah. Menyerah saja nak. Ingatlah bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
ADVERTISEMENTS
5. Desek-desekan di kereta udah biasa. Bisa berdiri tegak di atas dua kaki, itu sudah luar biasa
Deritamu tidak hanya sampai masuk kereta. Di dalam kereta, derita yang sesungguhnya di mulai. Jangankan bisa duduk santai sambil baca santai. Saking penuhnya, kadang kamu berdiri tegak di atas dua kakipun susah.Ya bisa sih, kalau kamu mau bela-belain ke stasiun ujung dulu supaya dapat kereta kosong. Tapi jelas itu akan membuatmu telat ke kantor, atau nggak kamu harus berangkat sebelum matahari terbit.
ADVERTISEMENTS
6. Yang ngomel-ngomel karena kedorong-dorong? Ada. Tapi yang udah maklum juga banyak. Wajarlah, namanya juga angkutan bersama.
Kita semua tahu bahwa kereta memang sedang penuh. Tapi masih ada saja ornag yang ngomel-ngomel karena kedorong-dorong. Duh. Kadang dalam hati kamu pengin nyeletuk:
“Ya kalau mau longgar, naik taksi aja Bu/Pak.”
Yah namanya juga angkutan bersama.
7. Nggak pegangan, bisa jatuh dan kena marah orang. Mau pegangan, bingung mau pegang apa. Duh, lindungi aku, Ya Tuhan…
*Tiba-tiba kereta ngerem, kamu yang hampir jatuh nabrak orang di sebelahmu*
“Mbak! Pegangan dong!”
“Ma…maaf, Bu.”
Hal ini bisa membuatmu galau sepanjang perjalanan. Kalau kebetulan kamu dapat tempat berdiri di tengah-tengah koridor, sementara pegangan hanya ada di depan kursi penumpang. Tiang di samping pintu juga nggak terjangkau olehmu. Belum lagi di sekitarmu isinya manusia semua. Tapi ada saja orang yang nggak peduli dan tetap marah-marah kalau kamu mau jatuh. Pertanyaannya adalah, kamu mau pegangan apa? Lalu dijawab oleh hati kecilmu: Pegangan sama Tuhan….
8. Biasanya orang punya kereta dan gerbong pilihan berdasarkan jam berangkat. Nggak heran kalau kamu menemukan orang yang sama setiap hari
Karena jadwal kereta cenderung tetap (asal nggak ada gangguan), kamu biasanya akan naik kereta yang itu-itu aja, karena disesuaikan dengan waktu tempuh sampai kantormu juga. Kamu juga pasti punya gerbong favorit, entah itu karena paling dekat dengan pintu keluar atau menurutmu itu gerbong paling longgar. Jangan kaget kalau kamu ketemu orang-orang yang sama setiap harinya. Siapa tahu nanti ada cinlok juga~
9. Sebenarnya ada 2 gerbong yang dikhususkan untuk wanita. Tapi sebenarnya justru di sanalah persaingan paling ganas terjadi
Mengingat rawannya kota Jakarta, pengelola KRL menyediakan dua gerbong khusus wanita di setiap rangkaian kereta. Gerbong paling belakang dan gerbong paling depan, yang dihiasi stiker warna pink. Iya sih, lebih aman. Tapi kadang, persaingan paling sadis justru terjadi di sana. Di antara ibu-ibu galak dan mbak-mbak yang nggak mau kalah. Entah kenapa 🙁
10. Mungkin karena itu, banyak wanita yang memilih di gerbong umum. Siapa tahu ada pria-pria baik yang menawarkan tempat duduk. Haha
Meski di gerbong umum saingannya makin banyak dan dari gender yang berbeda, nggak jarang lho ada bapak-bapak baik yang merelakan tempat duduknya untuk perempuan. Entah modus, entah merasa nggak enak, entah dia memang baik. Tapi kalau kamu cowok, dan kamu ngasih tempat dudukmu untuk cewek pas kereta lagi penuh-penuhnya, percayalah, di mata kami, kamu hampir seperti malaikat.
11. Di dalam kereta, kamu bisa menemukan berbagai tipe manusia
Selain perjuangan-perjuangan unik yang khas di KRL Jakarta, kamu juga bisa bertemu banyak orang di gerbong kereta. Ada orang yang membunuh waktu dengan gadgetnya (kebanyakan sih tipe ini), ada juga yang melamun sambil melihat pemandangan dari jendela (mungkin merenungi kehidupan), ada yang berusaha keras untuk membaca Koran meski lagi desek-desekan (semangat membacanya patut diacungi jempol), ada pasangan yang curi-curi waktu buat pacaran (bikin bete, apalagi kalau kamu sendiri lagi jomblo), ada juga gerombolan satu geng yang hobi bicara keras-keras dan ketawa ngakak seolah satu gerbong cuma ada mereka (kalau ketemu model ini, kamu sabar-sabar aja.). Begitulah kereta dengan ragam rupa manusianya.
12. Mau masuk gerbong susah, keluar gerbong pun tak kalah susah. Kamu harus pandai-pandai berenang di lautan manusia.
Bukan cuma masuknya saja yang susah, keluar dari gerbong juga butuh perjuangan keras. Pertama-tama kamu harus menyibak lautan manusia sambil menanyai satu persatu, apakah dia mau turun atau tidak. Kedua, kalau kereta masih penuh, kamu harus pandai-pandai mengubah tubuhmu jadi seukuran plastik, supaya bisa tukeran tempat dengan orang yang posisinya di dekat pintu. Ketiga, hati-hatilah dengan penumpang yang akan naik kereta. Kadang mereka suka khilaf dan langsung berebut naik sebelum kamu turun. Akibatnya kamu yang sudah susah payah mencapai pintu, jadi terbawa arus lagi ke dalam kereta T__T
13. Yang paling mengerikan adalah, saat kamu tiba di stasiun dan melihat penumpang menumpuk dengan jumlah tak biasa. Kereta gangguan adalah hari paling menyebalkan sedunia
Saat kamu tiba di stasiun, lalu melihat penumpang menumpuk dengan jumlah yang jauh lebih banyak dari biasanya, kamu langsung kepikiran satu hal: kereta gangguan. Dan kamu akan mengalami hari paling menyebalkan sedunia, dan mulai memikirkan alasan kenapa kamu terlambat ke atasan.
14. Berangkat jadi sarden, pulang jadi pepes. Jakarta Oh Jakarta…
Hal-hal di atas nggak cuma kamu alami sewaktu berangkat kerja, di mana semua orang sama-sama ingin sampai kantor tepat waktu. Sore harinya, orang juga akan berlomba-lomba untuk cepat sampai rumah. Lalu kamu akan mengulangi poin 1 – 13. Berangkat jadi sarden, pulang pun jadi pepes. Tapi ya kamu bisa apa? Memang begitulah Jakarta yang konon katanya kejam dan lebih sadis dari lagunya Afgan.
Berdesak-desakan di KRL dengan segala suka dukanya, memang bisa membuatmu lelah dan badan pegal-pegal. Tapi bagaimanapun juga, KRL masih angkutan umum favoritmu. Selain cepat, kereta juga anti macet. Meski rumahmu di Bogor dan kantormu di Jakarta, rasanya nggak jauh-jauh amat. Untuk para pejuang KRL, tetap semangat dan yakinlah KRL pasti berlalu!