Orang Indonesia melafalkan bunyi ‘R’ dengan menggetarkan lidah. Mantap, nggak terdengar seperti ‘L’ atau R ‘tanggung’ yang dilafalkan tanpa getar. Tapi, ada juga orang Indonesia yang istimewa. Mereka cadel alias nggak bisa mengucapkan bunyi ‘R’ bergetar tersebut. Keistimewaan itu membuat si cadel berbeda di antara teman atau keluarganya, apalagi ketika lagi ngobrol. Kadang kesel dijadiin bahan bercandaan, kadang seneng juga karena merasa istimewa. Cadel itu nggak mainstream, cadel itu artinya pinter bahasa lain, begitu pembelaan para cadel
Sebenernya, kejadian-kejadian ajaib apa aja sih yang dialami para cadel?
ADVERTISEMENTS
1. Beberapa orang mengira si cadel berasal dari suku tertentu, padahal belum tentu benar.
“Bang, es bubul dua ya.”
“Orang Banjar ya dek?”
Beberapa dari sekian suku di Indonesia memiliki kekhasan, yaitu orang-orangnya yang cadel, misalnya suku Banjar dari Kalimantan Selatan. Beberapa orang keturunan Tionghoa juga kesulitan melafalkan bunyi R layaknya orang Indonesia kebanyakan. Karena nggak bisa mengucapkan huruf itu, seringkali si cadel dikira berasal dari suku tertentu. Padahal ‘kan belum tentu juga, siapa tahu malah keturunan bule *yeee*
ADVERTISEMENTS
2. Uniknya cara bicara mereka sering dijadikan bahan bercandaan teman-teman. Menerima tutorial nyeleneh supaya bisa mengucapkan R juga sering banget terjadi.
Ketika bahan pembicaraan mulai menipis, nggak heran si cadel suka dijadikan korban bahan pembicaraan. Misalnya ditanyai sejak kapan cadel, gimana kalo punya pacar yang namanya banyak huruf R, sampai diajari mengucapkan bunyi R dengan cara-cara yang nyeleneh! Kegagalan mereka menirukan teman yang mengucapkan bunyi tersebut dengan getar sempurna membuat suasana semakin heboh. Ujung-ujungnya, mereka diberi tips-tips aneh supaya bisa mengucapkan R yang belum tentu berhasil.
“Kalo suka makan nasi pake sambel, sekarang makan sambel pake nasi. Kalo udah kepedesan, langsung getarkan lidah dan bilang, Rrrrrrrrrrrr… ulangi terus tiap hari ya!”
“Tiap pagi coba ngomong “Ular melingkar di pagar rumah Pak Umar serem aku merem kaki keram” sepuluh kali. Jangan minum kalo belom sepuluh kali.”
ADVERTISEMENTS
3. Keunikan ini juga membuat beberapa orang yang belum mengenal mereka mengira mereka sok imut karena bicara kayak anak kecil.
Selain dikaitkan dengan suku tertentu, cadel melekat sama cara bicara anak kecil. Mereka belum bisa menirukan orang tuanya untuk mengucapkan R dengan sempurna, jadi yang terucap kadang L atau R yang ‘tanggung’ alias R yang nggak bergetar di akhir. Ketika memperkenalkan diri pada orang yang baru dikenal atau berbincang dengan orang yang belum benar-benar mengenal mereka, seringkali mereka dikira sok imut atau kekanak-kanakan karena cadel seperti anak kecil. Padahal, cadelnya asli tanpa maksud memberi kesan imut, polos, atau kekanak-kanakan. Duuuh, ngertiin kami dong…
ADVERTISEMENTS
4. Sangking penasarannya, beberapa orang cadel memberanikan diri pergi ke terapis wicara untuk menemukan “Apa yang salah sama lidahku?”
Tips-tips nyeleneh dari teman bahkan orang tua sudah dilakukan supaya bisa mengucapkan R, tapi nyatanya masih aja cadel. Keadaan yang agak berbeda dari teman-teman sering membuat mereka penasaran, sebenarnya kenapa bisa cadel dan apakah bisa diperbaiki sehingga bisa mengucapkan bunyi R? Pergi ke terapis wicara di Rumah Sakit atau tempat praktik mandiri merupakan pilihan yang ilmiah untuk menjawab rasa penasaran para cadel. Seperti rasa sedikit malunya ngantri ke poli kulit dan kelamin, rasanya masuk ke ruang terapi wicara juga sama seperti itu karena kebanyakan pasiennya anak-anak! Butuh keberanian dan ketebalan muka buat bertanya ke terapis karena sering dikira bukan mereka yang mau terapi.
Namun, setelah pergi ke terapis, mereka jadi tahu kenapa bisa cadel. Bisa karena anatomi lidah yang pendek sehingga nggak mendukung untuk menggetarkan ujung lidah di langit-langit mulut atas. Bisa juga lidah mereka sebenarnya cukup untuk memproduksi bunyi R, tetapi jadi cadel karena ibu atau orang yang mengajari bicara saat kecil juga cadel sehingga jadi kebiasaan.
ADVERTISEMENTS
5. Walau nggak ada bukti ilmiahnya, orang cadel cukup terhibur dengan mitos bahwa mereka pasti jago berbahasa Inggris dan bahasa asing lainnya.
Mitos ini mungkin berasal dari jaman ketika Bahasa Inggris baru gencar diajarkan, ketika bapak dan ibu kita masih muda banget dan tempat kursus Bahasa Inggris belum sebanyak sekarang. Beberapa dari mereka ada yang diajarkan langsung oleh native speaker alias bule. Para bule yang berbahasa ibu Bahasa Inggris melafalkan bunyi R dengan getar yang gak sejelas orang Indonesia. Bule-bule itu lalu dikatakan cadel. Makanya, kalo ada orang Indonesia yang cadel, ia dihubungkan dengan lidah bule dan muncullah mitos kalo orang cadel pasti jago bahasa Inggris. Nggak cuma bahasa Inggris, bahasa asing lain yang penutur aslinya ‘cadel’ juga ditambah di daftar keahlian bahasa asing para cadel. Lidahnya udah lidah orang bule, katanya. Walau susah dibuktikan secara ilmiah, orang cadel cukup terhibur sama mitos ini.
ADVERTISEMENTS
6. Lebih dari pergulatan itu, cadel membuat mereka dapat lebih menerima dan mencintai dirinya sehingga rasa percaya diri juga ikut meningkat.
Cadel yang sulit disembuhkan, apalagi jika sudah memasuki usia dewasa, bikin para cadel akhirnya menerima keunikan dirinya. Ia sadar bahwa cadel merupakan sesuatu yang menjadi ciri khasnya sehingga nggak perlu ditutupi, bahkan ditolak. Dengan penerimaan diri, kepercayaan diri juga ikut meningkat, terutama ketika berbicara di depan umum. Orang yang cadel memiliki ketakutan yang sama soal public speaking, namun ketakutan mereka ditambah ketakutan kalo orang-orang yang menyimak akan menertawakan bunyi R mereka. Rasa PD dari penerimaan diri itu mengatasi rasa takut sehingga public speaking bukan hal yang menyeramkan. Lagipula, ada juga beberapa public figure yang cadel, misalnya Meriam Bellina, Ari Wibowo, Rico Ceper, dan Pak B. J. Habibie. Masih mau minder? Nggak lah ya!
Cadel bukan aib yang harus ditutupi, bukan juga hal yang malu-maluin karena sering jadi bahan ejekan. Cadel merupakan keunikan yang harusnya disyukuri dan menjadi salah satu identitas diri. Kamu cadel? Mulailah bangga dengan kecadelanmu!