Sebelum ngetren kamus-kamus elektronik hingga penyedia layanan translate bahasa asing kayak yang ada saat ini, dulu kamus konvensional berbentuk buku memang sering banget digunakan oleh banyak orang, khususnya kaum pelajar. Meski bentuknya yang besar dan super tebal, apalagi kalau dimasukkan ke dalam tas bisa bikin punggung sakit—saking beratnya, tetap aja kamus-kamus ini laris banget di pasaran. Mulai dari anak-anak SD hingga anak-anak kuliahan, yang namanya kamus lengkap memang banyak pemakainya, bahkan hingga saat ini.
Nggak seperti mudahnya zaman sekarang, di mana kita tinggal mengetik kata apa yang hendak dicari artinya, nanti hasilnya bakal langsung keluar dengan sendirinya. Pada zaman itu, alih-alih bisa cepet cari arti, yang ada kita malah dibuat pusing karena harus mencari lewat susunan abjad satu demi satu. Biasanya, kata-kata penting yang kerap keluar dan kita juga sering lupa artinya langsung diberi warna stabilo untuk memudahkan saat mencarinya. Tapi ya namanya pun kamus lengkap, pasti jumlah kata yang ada di dalamnya banyak banget.
ADVERTISEMENTS
Sebagai anak sekolah jadul, kamu pasti pernah mengalami masa kejayaan benda yang satu ini
Anak-anak sekolahan zaman sekarang mungkin bisa dibilang nggak merasakan gimana masa kejayaan benda legendaris yang satu ini. Pada era tersebut, nggak sedikit dari kita yang rela sampai merengek-rengek ke orang tua atau ngumpulin uang saku sedikit demi sedikit cuma demi bisa mendapatkan kamus lengkap yang diinginkan. Apalagi saat itu terkadang pihak sekolah atau kampus mewajibkan anak didiknya untuk memiliki paling tidak satu kamus lengkap yang bisa digunakan sewaktu-waktu dibutuhkan. Harganya sih juga bermacam-macam, biasanya dibanderol dengan harga sekitar 30 ribuan hingga 200 ribuan rupiah, tergantung dari kemasan dan juga isinya. Semakin tebal dan dilihat dari sampul aja udah kelihatan menarik, pasti harganya juga lebih mahal dibandingkan dengan yang lainnya. Ibaratnya, benda yang satu ini dulu pasti dimiliki oleh hampir setiap anak sekolahan.
ADVERTISEMENTS
Katanya, dulu semakin lengkap jumlah kata yang ada pada kamus itu, semakin tinggi pula kedudukan kita di antara teman lainnya
Uniknya, jumlah kata dalam kamus legendaris tersebut biasanya terdengar nggak masuk akal. Mulai dari 5 juta kata, 10 juta, 1 miliar, hingga ada pula yang ternyata mencapai 900-an miliar kata. Sebuah nominal angka yang tentunya bikin sebagian orang bengong dan mikir, “Ini nih beneran segini atau nggak sih ya!?”. Tapi, zaman dulu mah mana ada overthinkinking mikirin jumlah kata yang ada di dalam kamus. Boro-boro punya waktu buat membuktikan, lha wong seringkali kita mau cari satu arti dari sebuah kata aja udah kebingungan. Makanya terkadang langsung ambil gampangnya aja, alias percaya kalau jumlah kata yang ada di dalam kamus itu memang banyak banget.
Ada satu hal kocak yang mungkin beberapa dari kita juga mengalaminya. Katanya, di zaman itu kalau misalnya jumlah kata di dalam kamus tersebut semakin banyak, maka akan semakin tinggi pula kedudukan kita di antara teman-teman yang lain. Otomatis lah ya, lha wong harganya juga udah pasti lebih mahal. Perkara bisa pakai atau tidaknya mah urusan belakangan~
ADVERTISEMENTS
Padahal kalau dipikir-pikir mau yang jutaan sampai ratusan miliar juga sama aja. Ngapain dulu kita nganggep keren kalau jumlah katanya makin banyak, ya? 🙁
Namun, ada satu hal luput yang mungkin kebanyakan dari kita nggak menyadarinya. Mentang-mentang tulisan jumlah katanya lebih banyak, pasti langsung beranggapan kalau isinya pun memang sesuai dengan yang tertera. Padahal, kalau dilihat dan diperhatikan secara teliti, mau yang tulisannya jutaan kata sampai yang ratusan miliar kata pun kayaknya juga nggak ada eprbedaan yang signifikan. Meskipun ada paling juga cuma tipis-tipis banget. Intinya, ketebalannya pun juga hanya mirip satu dengan yang lainnya. Tapi namanya orang kakan trik marketing pasti udah susah, kayak kita-kita semua ini. Terus dulu kita ngapain menilai teman lain cuma dari jumlah kata pada kamus itu, ya? Hmmmmm~
Walaupun saat ini udah banyak banget aplikas-aplikasi penerjemah bahasa asing, nggak sedikit pula kok yang masih menggunakan kamus-kamus konvensional berupa buku. Memang sih, mau bagaimanapun juga, cara-cara seperti itu pasti ada penikmatmya tersendiri, apalagi buat orang-orang yang lebih nyaman baca buku dibandingkan dengan menatap layar.