Keinginan membagikan sesuatu ke sosial media sekarang sudah mirip kedip mata. Nggak dilakukan sebentar saja bisa membuat kita merasa nggak nyaman. Sebut saja sedang makan Korean Grill yang ngebul-ngebul itu — reflek pertama pasti, “Bentar! Bentar! Aku Boomerangin dulu.” Lalu waktu kamu sedang naik mobil dan di samping ada pemandangan hijau-hijau apik, daripada cuma dilihat sendiri tanganmu akan gatal untuk mengabadikannya lewat foto atau Instagram Stories.
Kemunculan fitur live sharing di berbagai sosial media memang mengubah pola konsumsi kita. Sebelum Instagram meluncurkan fitur stories kita membuka IG untuk scrolling linimasa dan menebarkan tanda hati ke semua postingan (dengan harapan akan mendapatkan like yang sama banyaknya). Tapi sekarang, boro-boro scrolling yang ada kita malah asyik memencet lingkaran-lingkaran stories di bagian atas Instagram.
Sebagai kaum yang apa-apa pengen di-story-in, lewat tulisan ini Hipwee hanya ingin membuatmu tetap menjejak tanah. Kamu bukan Dian Sastro sis dan mz yang mau story nya sepanjang cerpen tetap dicintai warganet.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kasta dalam IG story ada 2: 1) Ahelah dia lagi-dia lagi dan 2) Dia yang jarang posting sampai layak dapat notifikasi
Akan ada teman yang entah bagaimana bisa selalu ada di barisan terkiri Instagram Stories-mu. Algoritma Instagram memang memungkinkanmu mendapatkan stories yang paling sering kamu akses. Sejujurnya sih teman yang satu ini sebenarnya nggak begitu kamu gandrungi update kegiatannya. Dia jadi masuk kedalam kategori perlu diakses karena paling sering muncul aja.
Di lain sisi ada teman yang ibarat Groot di Guardian of The Galaxy. Sering nggak kelihatan tapi sekalinya terlihat updatenya bikin segera ingin klik karena penasaran.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Menggabungkan Boomerang, filter sampai postingan audio malah bikin kamu kelihatan kurang kerjaan
Waktu kamu benar-benar menikmati momen keinginan membagikan semua di sosial media malah bisa teredam. Terkadang kamu bahkan lupa untuk melirik ponsel. Rasa nyaman di kehidupan nyata tidak berbanding lurus dengan dorongan untuk mengobral semuanya di dunia maya.
Lagipula kalau dipikir-pikir ngerepotin orang banget nggak sih mengunggah postingan dengan background polos berisi lagu? Kalau mereka mau dengar lagu mereka bakal masuk ke Spotify bukan Instagram.
ADVERTISEMENTS
Sejujurnya nggak ada yang sebegitu tertarik melihat kamu Boomerang an. Moderation is the key
Semakin jarang kamu posting di sosial media, semakin tertututp dan terbatas kamu menbagikan diri di dunia maya — makin langka dan mahal juga nilaimu. Kalau kamu pernah nonton film Hysteria akan ada satu kata yang membekas:
Moderation is the key.
Semua yang pas takaran adalah kunci kenyamanan. Bayangkan kamu ada di posisi orang-orang yang harus melihatmu berkedip selama 30 detik bolak-balik ala Boomerang. Mau unfollow nggak enak karena teman di kehidupan nyata, mau terus follow kok storynya nirfaedah juga….
ADVERTISEMENTS
Ditengah suara warganet yang makin kejam, ingatlah kamu bukan Dian Sastro yang cakepnya nggak karuan dan mudah dimaafkan
Siapa yang sepakat kalau sekarang hal yang paling mengerikan itu screenshot lalu di-share ke grup Whatsaap? Statusnya viral sedikit sudah bisa masuk jadi berita di media. Salah ngomong sedikit yang marah bukan cuma teman sendiri tapi se- Indonesia Raya.
Sebelum hal itu terjadi padamu lebih baik segera ingatkan diri sendiri untuk tidak mengunggah IG story banyak-banyak. Karena kita yang remah-remah rempeyek ini nggak bisa dibela warganet dengan jawaban, “Gak papa. Cantik mah bebas.” Seperti waktu Dian Sastro bikin Instastory sepanjang cerpen.