Dalam hidup, menikah adalah salah satu fase hidup yang harus dilewati. Di titik itu, kita memantapkan hati untuk memilih seseorang yang akan dijadikan pendamping seumur hidup. Rekan untuk menjalani kehidupan rumah tangga, melewati hidup bersama sampai kelak menutup mata. Eh, tapi kalau gak mau nikah juga gak papa sih. Kadang sendiri juga bisa lebih enak.
Kaitannya sama urusan nikah, sebagain besar daerah di Indonesia ternyata menganut adat dan tradisi yang sama lho. Yaitu, anak yang lebih kecil (khususnya bungsu) gak boleh menikah alias gak boleh melangkahi kalau kakak-kakaknya belum menikah. Jadi, nikahnya harus sesuai urutan. Kakak pertama terlebih dahulu, kakak kedua, kakak ketiga, dan seterusnya.
Nah, kalau kamu anak bungsu pastilah nikahnya paling belakangan. Padahal, bisa jadi kamu dan pasanganmu sudah siap nikah, sedangkan kakak-kakakmu masih ogah-ogahan karena berbagai alasan. Maka inilah jeritan hati yang mungkin kamu rasakan…
ADVERTISEMENTS
1. Awalnya, jadi anak bungsu adalah sebuah berkah. Kamu dimanjakan orang tua dan kakak-kakakmu, pokoknya pengen apa aja tinggal minta.
“Ma, besok aku pengen beli novel-novel baru. Minta uang ya, Ma…”
“Kak, anterin Adek ke kampus, ya. Please, lagi males naik motor sendiri nih.”
“Mbak, bikinin nasi goreng dong. Laper nih…”
Yup! Sebagai anak paling bontot di rumah, kamu emang dapat perlakuan spesial. Alih-alih ditolak, sebagian besar permintaanmu justru diturutin. Mereka emang sayang dan perhatian kok sama kamu. Atau, sebenarnya mereka cuma malas aja dengar rengekan kamu.
ADVERTISEMENTS
2. Tapi, itu kelakuanmu waktu masih kecil. Setelah dewasa, kamu bisa kok menempatkan diri. Gak banyak minta, gak sering manja-manja.
“Dek, temenin Mama ke supermarket, ya! Kakak lagi pada pergi.”
“Dek, tolong beliin nasi Padang dong!”
“Dek, anterin Kakak ke bengkel sebentar ya…”
Roda kehidupan emang bakal berputar. Kalau sewaktu kecil kamu sering dimanja, setelah dewasa justru sebaliknya. Tapi, toh kamu fine-fine aja. Namanya juga sudah sama-sama dewasa, dan sekarang giliranmu untuk memanjakan mereka.
ADVERTISEMENTS
3. Seiring kedewasaanmu yang mulai tertata, pencapaian hidup antara kamu dan kakak-kakakmu pun mulai memasuki babak kehidupan yang sama.
Kamu bukan lagi Si Bungsu yang dimanjakan kakak-kakakmu. Meski kamu jadi yang paling sering di suruh-suruh, sebenarnya kamu dan mereka sudah memasuki babak kehidupan yang sama. Masing-masing sudah selesai dengan pendidikannya, sudah punya kerjaan yang mapan, dan sama-sama mulai mempersiapkan masa depan. Bedanya, kamu dan kakak-kakakmu ternyata punya nasib yang bertolak belakang dalam hal PERCINTAAN!
ADVERTISEMENTS
4. Di usia ini kamu sudah menemukan tambatan hati, dan sudah siap melanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi. Sementara, kakak-kakakmu justru…
Kakak #1 -> gonta-ganti pacar karena belum ketemu yang benar-benar cocok.
Kakak #2 -> masih fokus sama karir dan belum mikirin nikah.
Kakak #3 -> bahagia hidup sendiri,
jadi sepertinya emang gak mau nikah.
ADVERTISEMENTS
5. Padahal, orang tua adalah penganut adat dan tradisi garis keras. Pokoknya, gak boleh ada yang saling melangkahi. Titik!
Sebagai orang tua yang memelihara adat dan tradisi, mereka sudah jauh-jauh hari mengingatkan anak-anaknya bahwa menikah memang harus sesuai urutan. Gak boleh ada yang melangkahi karena hal itu dianggap tabu dan tidak baik. Titik.
ADVERTISEMENTS
6. Karena membujuk orang tua adalah sebuah kemustahilan yang tak terelakkan. Kamu pun mulai putar otak buat menemukan solusi dari masalah ini…
“Punya kakak 3 dan semuanya belum siap nikah. Nah, gue yang bungsu nikahnya kapan dong?”
Kudu duel otak eh putar otak nih!
7. Kamu mulai dari cara yang paling halus. Memamerkan kemesraan supaya kakakmu percaya kalau hidup sendiri gak akan SEENA-ENA kalau punya pasangan.
Ketika malam minggu tiba, kamu sengaja menyuruh pacarmu buat datang ke rumah. Kalian merencanakan buat nonton DVD di rumah sehingga kakakmu bisa lihat kalau nonton DVD sendirian di kamar itu…hampa!
8. Masih ada cara lain yang gak kalah ampuh, yaitu dengan modus menyebar dogma agama yang bikin kakakmu yakin kalau uang dan materi itu gak ada artinya.
Kamu: “Lhoh, jam segini baru pulang kantor, Kak?”
Kakak: “Iya, lagi banyak banget kerjaan.”
Kamu: “Ya ampun, Kak. Jangan terlalu keras sama diri sendiri deh!”
Kakak: “Hee? Maksudnya?”
Kamu: “Uang dan jabatan gak berarti di depan Tuhan. Gak akan ada habisnya kalau terus dikejar.”
Kakak: “Terus?”
Kamu: “Ya, mending Kakak mikirin apa yang harus dilakuin sekarang…”
Kakak: “Sekarang? Gue capek, mau tidur!”
*manyun *gagaltotal *gagalmodusinorang
9. Dan cara yang agak sedikit frontal adalah… semangat nyariin jodoh buat kakakmu!
Tiap ketemu teman atau kenalan baru, kamu sibuk promosi soal kakakmu. Kalau orang yang kamu temui rasa-rasanya gak cocok, kamu bakal ngulik dan cari tahu apakah mereka punya kakak atau saudara yang potensial bakal jodoh kakakmu. Berbekal ilmu yang didapat dari seminar MLM, kamu pun semangat cerita soal kelebihan-kelebihan kakakmu sendiri. Pastinya, kamu berharap bakal ada orang yang tertarik dan bisa diberi akses buat segera melancarkan aksi PDKT.
10. Tapi ketika segala cara yang kamu lakukan belum berhasil, kamu pun akhirnya memilih jujur sama kakak-kakakmu sendiri.
Setelah berbagai usaha yang kamu lakukan belum berhasil, kamu yakin kalau satu-satunya cara adalah jujur sama mereka. Kamu ingin bercerita bahwa kamu dan pasanganmu sebenarnya sudah siap menikah namun terganjal adat dan tradisi yang dianut orang tua. Harapanmu, mereka bisa mengerti dan ikut membantu untuk mencari solusi.
11. Masing-masing dari mereka akan menanggapi kasusmu dengan cara yang berbeda. Ada yang ikhlas kalau dilangkahi nikahnya, tapi ada juga yang ikhlas karena berharap dikasih pelangkahnya.
Meski adat dan tradisi melarang seorang adik menikah dengan melangkahi kakak-kakaknya, sebenarnya ada solusi dalam kasus ini. Sebuah pernikahan boleh dijalankan kalau si kakak emang mengizinkan adiknya untuk lebih dulu menikah.
Nah, sebagai gantinya Si Kakak berhak meminta ‘pelangkah’ berupa apa saja yang dia inginkan. Pelangkah sih biasanya berupa perhiasan atau benda-benda lain yang diinginkan. Tapi kalau pelangkahnya minta mobil atau rumah ‘kan Si Adek bakal puyeng juga!
12. Dan meskipun para kakak sudah ikhlas dan menerima pelangkah, pernikahan tetap gak bisa dilaksanakan tanpa izin orang tua.
Kamu: “Mah, kakak-kakak sudah setuju kalau aku nikah duluan. Boleh ya, Ma?”
Mama: “Gak bisa. Tunggu kakak-kakakmu dulu. Titik!”
Kamu: “Tapi, Ma…” (backsound musik horor bergema)
13. Sekeras apapun usaha, ternyata tetap gagal juga. Akhirnya, kamu cuma bisa pasrah dan berharap ada keajaiban yang meluluhkan hati kedua orang tuamu…
Ketika semua usaha yang kamu lakukan ternyata gagal juga, kamu merasa gak bisa berbuat apa-apa lagi. Satu-satunya yang kamu lakukan adalah berdoa, berharap ada hidayah yang bikin kedua orang tuamu luluh. Kadang, sesuatu yang sudah dijadikan prinsip memang sulit untuk diutak-utik.
Tapi meski sedih, kamu pun percaya bahwa rencana Tuhan pastilah lebih indah. Jika kamu dan pasanganmu belum bisa menikah, berarti Tuhan memang belum mengizinkan. Kelak saat Tuhan sudah mengaminkan, kakak-kakakmu akan satu -persatu menemukan jodohnya. Atau, tiba-tiba orang tuamu luluh dan memberikan restunya. Amin.
“Alur kisah dalam artikel ini hanyalah fiktif belaka. Tapi apabila ada kesamaan jalan cerita, mungkin kamu adalah anak bungsu yang lagi apes aja…”