Jejak yang Tertinggal chapter 4 by Kinanti WP | Ilustrasi: Hipwee via www.hipwee.com
Angga terus mendesak Sonya agar bicara. Akhirnya, Sonya mengatakan alasannya yang sebenarnya. Alasan dirinya memutuskan pertunangan dan memilih untuk menghilang.
***
“Aku nggak bilang gitu,” ujar Sonya.
“Jadi kenapa kamu pergi?”
Hati Sonya mencelus mendengar pertanyaan Angga. Dia mulai merasa seperti dikuliti. Memang bukan salah Angga menuntut jawaban, tapi hal itu tetap membuat Sonya merasa tersudut.
“Apa memang kita harus membicarakan alasan aku pergi? Aku sudah pergi dua tahun, Ngga. Segalanya sudah berubah. Aku, kamu, kita sudah berubah. Kenapa kamu masih mau membahas sesuatu yang ada di masa lalu?”
Angga menggeleng.
“Mungkin buat kamu gampang bilang begitu. Kamu yang pergi dariku. Kamu sudah move on dengan hidupmu, kamu sudah menikah, sudah punya anak. Tapi aku nggak merasa ada yang berubah,” sanggahnya.
“Bukannya kamu juga sudah move on? Aku pernah lihat fotomu dengan perempuan di sosial media,” ujar Sonya.
Anggak terkejut. Dia tidak pernah menduga kalau selama dua tahun ini Sonya masih melihat sosial media miliknya. Padahal akun Sonya sudah tidak aktif sejak dia menghilang.
“Perempuan yang mana?”
Sonya tersenyum maklum.
“Perempuan yang fotonya banyak di akun sosial mediamu. Tapi dari yang kulihat kalian sangat akrab,” ujar Sonya sambil memandang Angga. “Menurutku kalian mirip. Kata orang kalau mirip artinya jodoh.”
“Laila maksudmu?”
“Aku nggak tahu. Aku nggak ingat namanya, tapi aku ikut bahagia karena kamu sudah menemukan perempuan yang cocok untukmu.”
Angga menatap Sonya dengan bingung.
“Kenapa kamu nggak melanjutkan hidupmu aja, Ngga. Kamu bahkan nggak perlu repot-repot ke sini untuk ketemu aku. Hubungan kita udah lama berakhir.”
“Kamu pikir mudah buat aku melanjutkan hidup setelah kamu pergi?”
Sonya kembali menghela napas. Dia memang tidak pernah merasakan apa yang dialami Angga setelah dirinya pergi, tapi bukankah Angga juga tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya? Bagaimana kacaunya hidup Sonya setelah pergi dari Jakarta. Bagaimana sulitnya memulai hidup setelah semua yang terjadi. Angga bahkan tak tahu betapa sulitnya memutuskan untuk mengembalikan cincin lamaran dan menulis surat yang mengakhiri hubungan mereka.
“Kemarin, saat Gladys mengirim pesan padaku tentang pertemuannya dengan kamu, aku pikir dia bercanda. Aku bahkan nggak menanggapi pesannya sampai dia meneleponku di malam hari. Aku nggak pernah berpikir kalau kamu bisa ditemukan lagi.”
Angga mengembuskan napas berat.
“Aku mencari kamu ke mana-mana selama berhari-hari. Aku mendatangi semua temanmu. Aku bahkan mendatangi paman dan bibimu karena mengira kamu pulang ke kampung halamanmu. Saat semua usahaku nggak mendapatkan pencerahan, aku bahkan mendatangi polisi untuk mendapatkan jawaban tentang kepergianmu. Kupikir kamu diculik. Kupikir kamu mengalami kecelakaan. Kupikir seseorang membunuhmu. Tapi, setelah semua usaha yang kulakukan, aku tetap nggak bisa menemukan kamu.”
Hati Sonya perih mendengar Angga menumpahkan semua cerita itu.
“Bahkan saat kita masih pacaran, kamu sakit aja bikin aku khawatir. Kamu inget nggak waktu kamu jatuh dari motor pas pulang dari kantor karena kamu maksain masuk kerja padahal udah tahu lagi nggak enak badan?”
Sonya mengalami kecelakaan | Ilustrasi oleh Hipwee
Sonya mengangguk. Hari itu Sonya memang memaksakan diri untuk masuk kerja meski sudah merasa kurang sehat sejak malam sebelumnya. Hari itu dia harus mengurus gajian para pegawai. Sebagai karyawan finance yang saat itu baru ditinggal managernya, Sonya adalah satu-satunya yang memiliki wewenang, dan jelas tidak bisa dikerjakan dari rumah indekosnya. Sonya harus tetap berangkat ke kantor demi semua pegawai bisa mendapatkan gajinya tepat waktu. Tubuhnya yang tidak fit membuat Sonya mengalami kecelakaan di perjalanan.
“Kamu inget gimana paniknya aku saat itu?”
Anggukan Sonya kembali menjawab pertanyaan Angga itu. Dia ingat dibantu oleh warga sekitar dan dibawa ke rumah sakit. Sonya memberikan nomor telepon Angga pada pihak rumah sakit saat ditanya nomor telepon keluarga yang bisa dihubungi, karena memang dia tidak punya keluarga di Jakarta. Dan tentu, dia juga ingat betapa paniknya wajah Angga saat tiba di rumah sakit dan mendapatinya dalam keadaan yang cukup parah. Angga tidak hanya panik, melainkan juga bersikap begitu protektif dan menjaga Sonya 24 jam selama dia tinggal di rumah sakit. Pria itu bahkan rela ambil cuti untuk memastikan Sonya tidak sendirian selama pemulihan.
Angga menjaga Sonya di rumah sakit | Ilustrasi oleh Hipwee
“Menurut kamu, kalau kamu jatuh dari motor aja bikin aku sekhawatir itu, gimana reaksiku saat tahu kamu tiba-tiba ngilang, Nya?”
Sonya tidak menjawab pertanyaan itu.
“Rasanya aku hampir gila.”
“Ta-tapi aku sudah bilang sama kamu kalau aku baik-baik aja. Aku menulis surat untuk kamu saat aku mengirim kembali cincin lamaran yang kamu kasih ke aku,” ujar Sonya.
“Aku tahu. Aku bahkan membawa surat itu kembali ke polisi agar mereka tahu kalau kamu masih hidup, dengan harapan aku mendapat jawaban keberadaan kamu. Tapi, bahkan berbekal surat itu pun aku tetap nggak dapat informasi apa pun. Polisi malah menasihatiku agar ikhlas melepas kamu yang sudah memutuskan pertunangan kita. Aku cuma dianggap lelucon! Bahkan teman-temanmu beranggapan kamu pergi karena nggak mau nikah sama aku. Apa memang itu alasan kamu pergi, Nya?”
Sonya menyerah. Dia tahu kalau Angga berhak mengetahui alasan sebenarnya dari kepergiannya dua tahun lalu. Dia memang berutang penjelasan pada Angga.
“Kamu yakin siap mendengar kebenarannya?”
“Itu yang sudah aku tunggu dua tahun terakhir, Nya,” tukas Angga.
Masih ada rona amarah yang memancar dari tubuh Angga. Tatapannya pun dingin dan menusuk, membuat Sonya merasa seperti tertuduh. Namun, Sonya sadar dia tak punya pilihan. Segala yang disimpannya selama dua tahun terakhir harus dia ungkapkan.
“Aku merasa kalau aku nggak layak untuk kamu. Kamu laki-laki baik, Ngga. Harusnya kamu dapat perempuan yang jauh lebih baik dari aku.”
“Maksud kamu apa? Aku melamar kamu. Aku memilih kamu untuk jadi pendampingku seumur hidupku. Bagiku, kamu perempuan terbaik untuk menjadi istriku.”
“Iya. Aku tahu … malam itu kamu merasa begitu. Tapi … apa yang terjadi padaku setelahnya … mengubah segalanya, Ngga,” ujar Sonya terbata-bata.
“Nggak ada yang berubah, Nya. Satu-satunya yang berubah adalah kamu tiba-tiba nggak ada lagi di hidup aku. Kamu menghilang tepat di saat aku berpikir kalau kita akan selamanya bersama. Kamu pergi saat kupikir kamu akan jadi istriku selamanya.”
Sonya menjelaskan alasan kepergiannya pada Angga I Ilustrasi oleh Hipwee
Bibir Sonya bergetar, tapi pertanyaan yang dua tahun terakhir bergelayut dalam benaknya sudah siap untuk meluncur. Apa pun jawaban Angga hari ini tak akan mengubah apa-apa. Ini hanya proses terakhir yang harus dilakukannya untuk Angga, karena pria itu butuh alasan, karena pria itu butuh jawaban.
“Memangnya kamu mau jadi suami dari perempuan yang pernah diperkosa?”
Kinanti WP adalah seorang pecinta buku yang menyukai hujan, tapi selalu takut petir. The Lady Escort, novelisasi Si Doel the Movie, Tanya Tania, dan Truth or Date adalah sebagian dari karyanya yang telah terbit. Kinanti dan informasi tentang karya-karyanya bisa ditemukan di IG @kinantiwp.