Menjadi orang baik memang nggak ada salahnya. Bahkan kamu memang harus berbuat baik kepada orang lain. Tapi ada kalanya kamu terlalu baik kepada orang lain, sampai bahkan kamu sendiri nggak sadar bahwa kamu terlalu baik. Kamu juga nggak sadar bahwa sikap ‘terlalu baik’mu itu bisa mendatangkan hal-hal buruk untukmu sendiri.
Sebelumnya hipwee telah menginfokan tanda-tanda bahwa kamu orang yang terlalu baik. Nah, sekarang hipwee ingin membagi informasi tentang hal-hal buruk apa saja yang bisa terjadi kalau kamu terus-terusan bersikap ‘terlalu baik’.
ADVERTISEMENTS
1. Ketika kamu melakukan banyak hal untuk seseorang, dia akan berekspektasi bahwa kamu akan melakukan segalanya untuk dia.
Sebagai teman, kamu pasti ingin menjadi orang yang selalu ada saat dia/mereka membutuhkan bantuan. Apa salahnya sebuah bantuan, ketika kamu tahu kalau itu bisa meringankan beban atau mengatasi masalah mereka? Ya memang nggak salah. Selama masih masuk akal. Akan tetapi kalau dia/mereka minta bantuan berulang-ulang, kamu harus pertanyakan. Ketika kamu mau melakukan banyak hal untuk seseorang, bisa jadi orang itu akan berekspektasi bahwa kamu mau melakukan segalanya untuknya. Jangan berharap dia akan berhenti minta bantuan. Selanjutnya, dia justru akan merasa ‘enak saja’ minta bantuan bahkan meski dia tahu itu memberatkan.
ADVERTISEMENTS
2. Kamu berpikir mereka akan lebih menghargaimu dengan terus-terusan bersikap baik? Salah. Mereka akan menghargaimu saat kamu bisa menghargai dirimu sendiri.
Mungkin awalnya kamu berpikir bahwa dengan berbuat baik terus-terusan akan membuatmu disukai banyak orang. Sehingga orang lain akan lebih menghargaimu. Kamu merasa lebih bisa diterima dengan berbuat baik sebanyak-banyaknya. Tapi ini nggak selamanya berhasil, lho. Bisa-bisa kamu malah digampangkan. Pertama-tama kamu harus menghargai dirimu sendiri dulu, baru orang lain akan menghargaimu.
ADVERTISEMENTS
3. Kamu berharap mereka juga akan melakukan hal yang sama dengan yang kamu lakukan? Belum tentu.
Orang bilang berbuat baiklah tanpa pamrih. Memang sih, selain kamu merasa memang seharusnya kamu melakukan itu, dalam hati kecilmu mungkin kamu juga berharap agar dia/mereka juga akan melakukan hal yang sama kepadamu. Berharap boleh saja. Tapi nggak semua harapan bisa terwujudkan bukan? Belum tentu mereka-mereka yang menerima sikap baikmu akan melakukan hal yang sama saat kamu butuh bantuan.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu akan mejadi pelarian semua orang saat membutuhkan sesuatu. Dan bukan nggak mungkin akan ditinggalkan saat kebutuhannya terpenuhi.
Akibat sikapmu yang ‘iya-iya aja’ dan nggak tegaan ini membuat orang lain menjadikanmu orang pertama yang didatangi ketika butuh bantuan. Membantu orang lain, bagaimanapun, memang memberikan kamu kebahagiaan khusus. Tapi apakah kamu pernah berpikir bahwa mereka hanya datang padamu saat kamu butuh bantuan? Kalau lagi nggak butuh bantuan, jangankan mengajakmu nongkrong bareng, mengontakmu untuk bertanya kabar saja nggak pernah. Biasanya orang-orang yang kayak gini, akan pergi seiring masalahnya selesai. Hilang aja gitu. Nanti muncul-muncul membawa segudang persoalan yang harus kamu bantu selesaikan.
ADVERTISEMENTS
5. Sifat terlalu baikmu bisa mengundang orang untuk berniat jahat. Bagi mereka, kamu orang yang mudah dimanfaatkan.
Sikap terlalu baikmu membuatmu berpikir semua orang itu baik, dan kamu nggak perlu berpikir dua kali untuk membantu orang yang minta bantuanmu. Selain mengundang teman untuk mengambil keuntungan dari kebaikanmu, sifat terlalu baikmu ini juga bisa mengundang niat jahat orang lain lho. Karena kamu selalu polos dan nggak tegaan, bisa saja mereka jadi berniat menipu atau mengambil keuntungan apapun dari situ. Ingat kan pesan Bang Napi yang dulu sering tayang di TV: Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat jahat pelaku, tapi juga kesempatan.
ADVERTISEMENTS
6. Sikap terlalu baik juga menimbulkan curiga. Orang-orang akan menduga kamu punya maksud tersembunyi.
Ada kalanya juga kebaikanmu justru dicurigai oleh orang lain. Berbeda denganmu yang selalu positive thinking kepada semua orang, mereka justru merasa aneh jika ada orang yang bersikap terlalu baik padanya. Bisa jadi orang itu punya niat tersembunyi yang patut kamu waspadai. Bersikap baik, itu harus. Bersikap terlalu baik, itu mencurigakan.
7. Tak hanya itu, orang akan menganggapmu lemah dan mudah dianggap remeh.
Karena sikapnya yang cenderung nerimo dan menghindari perdebatan, orang-orang akan menilaimu sebagai orang yang lemah. Kamu juga akan dianggap sebagai orang yang nggak punya pendapat. Saat mengambil keputusan untuk kepentingan kelompok, mereka nggak lagi memperhatikan kepentinganmu, toh kamu juga asyik-asyik aja mengikuti kepentingan orang lain. Mungkin mereka sempat merasa kalau kamu mungkin dirugikan dari keputusan ini, dan kamu akan sakit hati bahkan marah. Tapi dengan cepat mereka akan berpikir:
“Ah tenang, Vita ini kan orangnya baik banget. Tinggal minta maaf deh nanti, pasti dimaafin,”
Memaafkan orang memang menguntungkan. Baik bagimu, maupun bagi orang tersebut. Tapi kalau orang berbuat sesuatu yang menyakitimu lalu kamu hanya berkata “Ah, nggak apa-apa kok. Nggak usah dipikirin.”, itu membuatnya berpikir bahwa itu bukan kesalahan dan mengulanginya lain waktu nggak akan masalah.
8. Kamu terlalu sibuk bersikap baik pada orang lain, dan lupa untuk baik pada dirimu sendiri.
Jika kamu terus-terusan sibuk memikirkan orang lain, sibuk mendahulukan kepentingan orang lain, kapan kamu akan berbuat baik untuk dirimu sendiri? Kamu sibuk berusaha membuat semua orang di dunia bahagia, tapi kamu sendiri, apa bahagia? Padahal seharusnya, untuk membuat orang lain bahagia, kamu dulu harus bahagia. Ingatlah, kamu juga manusia. Kamu juga punya hak untuk bahagia.
9. Kamu jadi nggak bisa menilai orang-orang di sekelilingmu, siapa yang layak dan siapa yang nggak layak.
Kamu mungkin nggak tahu bahwa diantara mereka memang ada orang-orang yang patut kamu beri kebaikan dan perhatianmu. Mereka adalah orang-orang yang akan memberikan hal serupa saat kamu membutuhkan bantuan dan nggak akan segera meninggalkanmu saat kepentingannya sudah selesai. Tapi ada juga orang-orang yang hanya menemuimu saat butuh, atau orang-orang yang justru memanfaatkan kebaikanmu. Orang-orang yang seperti inilah yang nggak layak kamu beri kebaikan. Tapi karena kamu percaya semua orang itu baik, kamu jadi susah untuk menilai mereka.
10. Dan saat akhirnya kamu bisa berkata ‘tidak’, orang akan menganggapmu bercanda.
“Ta, aku nitip laundrian dong? Sekalian bayarin dulu ya, nanti uangnya kuganti habis gajian,”
“Ng… sorry Na, aku nggak bisa, soalnya aku juga belum gajian.”
“Hahaha…Vita bercanda deh. Gaji kamu kan nol nya nggak abis-abis…”
Setelah kamu memikirkan semuanya, dan akhirnya kamu bisa mengatakan ‘tidak’, orang-orang malah menganggapmu bercanda. Mungkin orang juga nggak akan percaya kalau kamu bilang perbuatan mereka membuatmu terluka.
11. Kekhawatiran berlebihan untuk ditolak orang lain, akhirnya bisa membawamu pada depresi.
Sebagai orang yang terlalu baik, kamu juga punya kekhawatiran yang tinggi terhadap pendapat orang tentang dirimu. Dibenci orang lain jelas hal yang berbahaya bagimu. Rasa takut untuk ditolak ini membuatmu selalu berusaha menjadi orang yang menyenangkan bagi orang lain, meskipun itu sebenarnya menyiksamu. Kalau ini diteruskan, kamu akan mulai menghidupi ‘kehidupan orang lain’. Dan jika ini masih diteruskan lagi, lama-kelamaan kamu akan merasa lelah, tertekan, hingga depresi.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa orang yang terlalu baik dan paling ceria, barangkali justru orang yang paling banyak terluka. Saat kamu sibuk berusaha membahagiakan semua orang di dunia, saat itu kamu mengikis kepentinganmu sendiri dan meminggirkan sakit hatimu sendiri demi orang lain. Ada kalanya kamu kecewa, tapi kamu merasa tak ada gunanya mengutarakan kekecewaanmu itu. Padahal kamu juga berhak untuk menunjukkan kekecewaanmu.
Bukannya kamu harus berhenti menjadi orang baik. Tapi mulai hari ini, cobalah untuk lebih banyak berbuat baik untuk dirimu sendiri. Setidaknya, sebelum kamu menghargai orang lain, hargailah dulu dirimu sendiri. Nggak ada salahnya kok kamu berkata ‘tidak’ saat kamu benar-benar nggak mau atau nggak bisa. Karena segala sesuatu memang ada porsinya.