Di era serba modern yang serba digital ini, segala hal dapat dipamerkan di media sosial untuk mendapatkan afeksi dan atensi dari publik. Salah satunya adalah ketika seseorang tengah merasakan indahnya jatuh cinta yang tengah menggebu-gebu. Nggak jarang, kan, kita menemukan unggahan-unggahan momen mesra pasangan yang sedang dimabuk asmara?
Sayangnya, ‘hal mewah’ tersebut seakan-akan hanya boleh dilakukan oleh mereka yang dianggap cakep oleh publik. Sebaliknya, pasangan-pasangan yang dianggap alay, bocah, hingga ‘jamet’ alih-alih mendapat pujian sebagai relationship goal, yang ada dihujat mati-matian setelah pamer kemesraan. Hmmm, orang-orang kok hobi banget ngasih standar ganda sampai segininya, ya?
Disadari atau nggak, di media sosial lagi naik banget tuh konten-konten pasangan yang pamer tentang bagaimana uwu-nya mereka. Sebenarnya nggak ada salahnya juga sih
Mulai dari selfie, momen berdua saat makan bareng, perayaan ulang tahun dan anniversary, sampai potret jalan-jalan mewah, rasanya media sosial nggak ada habisnya digempur oleh konten-konten seperti itu. Semuanya sama, menunjukkan bagaimana romantisme yang dijalani oleh pasangan tersebut dan membuat banyak orang merasa iri karena kelucuannya.
Alhasil, banyak pujian berdatangan, disebut-sebut sebagai relationship goal dan segala macamnya. Tapi, itu semua biasanya terjadi kepada mereka yang memang dianggap ‘cakep’, layak dan memiliki hubungan berkelas. Sebenarnya nggak ada salahnya juga kok, toh penilaian orang-orang memang begitu subjektif. Tapi tunggu dulu~
Seiring berjalannya waktu, konten mesra-mesraan rupanya juga ramai diunggah oleh para pasangan yang dinilai publik sebagai kampungan, bocah, norak, hingga jamet
Beda tipe pasangan, beda pula ceritanya. Kamu juga pasti pernah lihat, kan, unggahan-unggahan foto atau video pasangan berusia remaja dengan gaya hubungan khas di usia mereka? Nongkrong di jembatan, duduk-duduk di pengkolan jalan bareng, merayakan dua bulanan mereka, pokoknya beda bangetlah sama pasangan yang di atas tadi.
Ya, mereka ini yang kerap dinilai sebagai pasangan alay oleh publik. Mirisnya, yang dikomentari selalu saja fisik dan gaya yang melekat pada diri mereka. Seperti misalnya rambut warna-warni, motor racing, pemilihan tempat pacaran yang nggak lazim, dan lain sebagainya. Hujatan pun akhirnya biasanya datang bertubi-tubi setelah mereka pamer kemesraan di media sosial. Sama seperti apa yang dilakukan oleh pasangan-pasangan yang dianggap ‘cakep’.
Memangnya apa salahnya sih, kok sampai diperlakukan sebegitunya? Apa memang kita yang jamet ini juga nggak boleh terlihat mesra di mata publik? 🙁
Ya, udah sih, yang butuh afeksi, kan, nggak kalian yang cakep aja. Jatuh cinta kok diatur~
Ternyata selama ini memang benar, di Indonesia percuma kamu bisa menemukan obat HIV, mendapat penghargaan Kalpataru, dan berhasil meruntuhkan rezim yang kejam, tapi kamu nggak bisa pamer kemesraan di media sosial dengan standar yang diterapkan oleh publik. Susah banget, kan, hidup di negara ini? Memang~
Padahal kalau dipikir-pikir, jatuh cinta itu seperti kemerdekaan; hak semua orang. Mau cakep, alay, jamet, kampungan, hingga bocil, semuanya berhak kok. Permasalahannya, mereka yang dewasa ini lantas merasa berhak untuk mengatur bagaimana generasi di bawahnya untuk jatuh cinta.
Tapi kalau mesra-mesraanmu cuma sebatas peluk-pelukan, cium pipi kanan-kiri, dan hal-hal nggak berfaedah lainnya, ya, memang udah bener sih nggak usah nongol di media sosial aja~