Kabar yang membuat kamu optimis bahwa masih ada kerukunan antar umat bergama di dunia ini bermula di bulan Mei 2015, ketika patung Yesus yang berada di depan gereja St. Catherine of Siena yang berada di Mississauga, Ontario, Kanada dicoret-coret oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Wajah patung Yesus tesebut menghitam dan jari-jarinya hancur. Namun, itu hanya segelintir dari beragam tindakan vandalisme terhadap gereja Katolik yang terjadi di sana.
Sebelumnya ada banyak kejadian pengerusakan yang dilakukan terhadap gereja Katolik. Menurut Register Katolik, pada awal tahun, seseorang pernah merusak dan merobek halaman buku Sakramen. Sebelumnya lagi, gereja Katolik dan sekolah Katolik dicorat-coret dengan cat oleh seseorang.
Peel Police investigating vandalism at St. Catherine of Siena Church in Mississauga as a hate crime. pic.twitter.com/kBIK3zqj1k
— Kevin Misener (@Misener680NEWS) May 21, 2015
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Hamid Slimi, imam dari Masjid Sayeda Khadijah Center pun datang untuk berkunjung ke gereja St. Catherine of Siena.
Visiting Fr.Lando of St Catherine of Siena Church that was vandalized recently to show support. This is unacceptable! pic.twitter.com/zqZcE2stuv
— HSlimi (@ihslimi) June 4, 2015
Salah seorang imam masjid terdekat dari gereja pun datang untuk berkunjung. Hamid Slimi, imam dari Masjid Sayeda Khadijah Center itu mengunjungi Romo Camillo Lando untuk melihat sendiri vandalisme yang merugikan gereja tersebut. Imam Hamid merasa prihatin atas kejadian yang menimpa gereja tersebut dan menanyakan apa yang bisa dilakukan komunitas muslim untuk gereja tersebut. Romo Lando pun menjawab bahwa saat ini yang paling dibutuhkan adalah dana untuk memperbaiki segala kerusakan di gereja tersebut.
ADVERTISEMENTS
Slimi kembali ke masjid untuk menyebarkan berita vandalisme tersebut kepada jamaah. Hasilnya, masjid berhasil mengumpulkan $ 5.000 dalam satu hari.
Posted by Dr. Hamid Slimi on Saturday, 7 February 2015
“Saya ingin memberi tahu jemaat gereja, bahwa ada orang yang juga merasakan sakit yang mereka rasakan,” ujar Slimi dalam sebuah khotbah Jumat.
Dari khotbah tersebut, jamaah masjid pun berhasil mengumpulkan 5.000 dollar Kanada untuk di sumbangkan kepada gereja yang mengalami kerusakan. Slimi pun segera menyampaikan donasi tersebut.
ADVERTISEMENTS
Setelah menerima sumbangan dari masjid, Romo Lando segera mengabarkan kabar baik tersebut kepada jemaatnya pada saat misa Minggu.
Just handed $5k @skcentre donation to the community of St Catherine of Siena Church which was vandalized a month ago. pic.twitter.com/kBo5QSSa4m
— HSlimi (@ihslimi) June 25, 2015
“Saya akan memberitahu jemaat saya bahwa (sumbangan) itu benar-benar sikap yang indah dan murah hati dari mereka, dan itu juga merupakan tindakan keyakinan dan pemahaman. Kami berjalan bersama dalam komunitas ini. Kami menjaga iman kita, dan kita harus menghormati dan menghargai orang dari agama lain,” kata Romo Lando kepada Toronto Star.
Slimi mengatakan, saat ini dia menerima panggilan dan email dari orang-orang di Amerika Serikat dan Eropa yang terinspirasi oleh kemurtahan hati jemaahnya. Tapi, katanya, membantu orang lain hanyalah bagian dari imannya.
“Kami tidak percaya pada diskriminasi ketika datang untuk amal, Anda memberikan amal untuk siapa pun yang membutuhkan itu. Pemahaman kami tentang ibadah adalah pelayanan kepada umat manusia,” kata Slimi.
ADVERTISEMENTS
Tak perlu mencari perbedaan, kita semua setara dalam hal kemanusiaan.
Kisah jemaah masjid yang mengumpulkan sumbangan untuk gereja tersebut mengajarkan kita satu hal. Bahwa ternyata tak ada perbedaan untuk amal dan kemanusiaan. Beramal dan menolong bisa dilakukan pada siapa saja yang sedang membutuhkan tanpa pada suku, agama, ras, atau pun golongan.
“Di bulan suci ini, tak ada yang lebih indah selain berbagi kepada sesama. Sudah kah kamu berbagi?”