Tahun 2008 bisa dibilang sebagai tahun awal keemasan bagi kemunculan film bertemakan Islam di Tanah Air. Kala itu film fenomenal Ayat-Ayat Cinta (AAC) berhasil menjadi box office dan membuka jalan bagi film-film Islam lain untuk menyemarakkan industri perfilman Indonesia. Setelah 7 tahun lamanya, film yang diadaptasi dari novel best seller Habiburrahman El Shirazy ini muncul kembali mengobati kerinduan para penggemarnya.
Hal ini tentu jadi kabar baik bagi kamu yang sudah lama penasaran seperti apa kisah para tokoh utamanya. Sebetulnya, kehadiran novel keduanya yang telah terbit sejak 2015 lalu sudah bisa membantumu mengetahui keseluruhan cerita. Tapi, rasanya kurang lengkap jika tak diimbangi dengan menonton filmnya. Well, Hipwee punya bocoran yang bisa menjawab kegelisahanmu selama ini tentang film Ayat-Ayat Cinta2 (AAC2). Simak 5 hal ini yang bikin kamu harus nonton biar nggak penasaran dan punya penilaian sendiri berikut ini.
ADVERTISEMENTS
1. Penulisan novel Ayat-Ayat Cinta dengan Ayat-Ayat Cinta2 berbeda. Ada beban dan diperlukan riset lebih mendalam untuk menulisnya
“Berat nulisnya karena ada keinginan dari pembaca. Nulisnya nggak bisa cepat karena dipikirkan dengan matang banget. Seperti merasa diteror pembaca,” kata Habiburrahman El Shirazy
Novel AAC bisa dibilang sebagai salah satu karya sastra fenomenal. Tak hanya dari segi penjualan yang laku keras, tapi juga luasnya masyarakat dari berbagai usia yang membacanya. Ya, bisa dibilang kamu yang saat ini berusia 20-an pun jika flashback sebentar mengingat kapan menonton filmnya, kira-kira sekitar umur belasan setaraf anak SMP ya. Dan kini Habiburrahman nggak main-main dalam menyiapkan karyanya itu. Dia mengaku kalau penulisan AAC2 berbeda dengan pendahulunya, yakni banyak beban dan butuh riset mendalam. Beban karena baik novel maupun filmnya sama-sama sukses besar dan usia Fahri yang makin matang telah menuntut kisah yang lebih tajam dan kuat.
Omong-omong, kisah AAC2 ini berlatar belakang kehidupan Fahri setelah berpisah dari Aisyah. Seperti pada cerita AAC, Fahri memang masih mengutamakan pendidikan dalam keseharian. Ini terlihat dari kehausannya akan ilmu pengetahuan yang tak dia lupakan ketika sibuk mencari Aisyah. Jika film pertama lekat dengan Islam meliputi studi dan keseharian di Mesir, kali ini kamu akan dimanjakan bagaimana kehidupan Fahri setelah menjadi seorang muslim di Eropa, khususnya Skotlandia dan Inggris. Di sana adalah negara di mana Islam merupakan agama minoritas.
ADVERTISEMENTS
2. Fahri makin matang dan dewasa. Akan ada banyak konflik yang membuatnya tak bosan belajar menghadapi berbagai situasi penuh tantangan
Kehidupan sehari-hari Fahri yang banyak dihabiskan di Eropa membuatnya banyak menghadapi tantangan. Munculnya konflik dengan tetangganya yang berbeda agama, lalu masalah dalam menghadapi debat dengan kerabatnya di Universitas Oxford makin mematangkan Fahri selaku sang tokoh utama. Belum lagi kehadiran konflik Islam di negara Eropa yang membuat Fahri terus berjuang memperbaiki citra Islam di dunia. Dalam cerita kedua ini, Habiburrahman tak lupa untuk tetap meninggalkan semangat kepada para anak muda yang menontonnya nanti untuk mengedepankan pendidikan.
ADVERTISEMENTS
3. Kehadiran para ‘bidadari’ yang disinyalir lebih dari dua. Bisa menggantikan posisi Aisyah nggak ya?
Bumbu dari film drama bertemakan Islam tentu lebih asyik jika mencantumkan kisah cinta pemeran utamanya. Ya, cerita Fahri yang berpoligami dalam AAC memang jadi salah satu daya tarik kuat kenapa film ini banyak membuat penonton meneteskan air mata. Dalam sekuel ini, Habiburrahman meningkatkan jumlah bidadari-bidadari cantik nan solehah yang mengelilingi Fahri. Berapa jumlahnya? Tokoh wanitanya ada 3. Lantas, kira-kira mereka bisa menggantikan posisi Aisyah nggak ya? Hipwee sih yakin semuanya pasti cantik-cantik.
ADVERTISEMENTS
4. Tak hanya kualitas film yang makin baik, tapi juga ada banyak pembaruan. Salah satunya tentu saja sutradara yang berbeda
“Di sini saya berusaha untuk menunjukkan karakter Fahri. Jika dalam AAC Fahri menemukan kehidupannya di Mesir sebagai mahasiswa, sekarang bagaimana cara saya mengarahkan Fahri menemukan tantangan-tantangan baru dan berkolaborasi dengan hal itu. Hal ini membuat AAC2 lebih bervariatif dari yang pertama,” – ujar Guntur Soeharjanto,
AAC2 diyakini oleh Manoj Punjabi banyak melibatkan pembaruan. Baginya, film kedua berarti harus menurutkan hal-hal baru yang lebih bagus dibanding film pertamanya. Salah satunya yakni sutradara Guntur Soeharjanto – di mana dulu film AAC digarap oleh Hanung Bramantyo. Guntur dipilih karena dinilai punya semangat yang bagus dan begitu antusias.
Ketika disinggung tentang Hanung yang tak lagi menggarapnya, Manoj mengaku punya visi yang berbeda dengannya. Meski Hanung mengatakan proyek film Surga Yang Tak Dirindukan 2 (SYTD2) adalah AAC2 versinya, Manoj tak menampik hal itu. Dia memersilakan jika Hanung memiliki pandangan tersebut. Namun, Manoj menggarisbawahi kalau setiap film punya sisi yang berbeda. Dan AAC2 pun tentu tak sama dengan SYTD2. Manoj tak ingin mengulangi sesuatu yang sama.
“Kita tim, beda visi. Hubungan kita dengan Hanung masih sangat baik dan ada proyek lain juga. Mas Guntur sendiri sangat exited dan semangat banget mengerjakannya. Yang jelas akan ada banyak hal baru dalam sekuel ini,” jelas Manoj Punjabi
ADVERTISEMENTS
5. Mas Fedi kesayangan masih jadi pemeran Fahri nih. Sayangnya, para tokoh wanitanya masih belum diketahui
Kabar bahagia nih buat kamu yang jadi salah satu fans garis keras Fedi Nuril. Yup! Aktor kesayangan yang telah menjadi bapak satu anak ini memerankan Fahri lagi. Meski dalam film pertama banyak yang tidak setuju dengan terpilihnya dia lantaran tak berpendidikan pesantren dan kuliah di Mesir, kenyataannya Fedi mampu mengambil hati banyak orang.
Syuting di lapangan itu butuh attitude yang baik dan enak buat kerjasama. Saya sendiri terbuka dengan siapapun, termasuk para pemain yang belum pernah syuting bareng. Nggak masalah,” – ungkap Fedi Nuril
Nah, buat kamu yang pernah nonton AAC pada 2008 lalu, memang wajib banget deh menyaksikan sekuelnya yang dikabarkan tayang di bulan Desember 2017 nanti. Syutingnya pun dimulai sehabis lebaran pada bulan Juli, sementara proses reading akan dilakukan antara bulan April hingga Mei. Nggak sabar? Baca novelnya dulu deh!