Jagat raya maya kembali riuh, seorang gadis muda bernama Karin Novilda menjadi perbincangan hangat. Banyak yang bingung sambil mengutarakan rasa penasaran yang teramat: “Dia ini siapa sih? Kok populer banget?”
Jadi kenalan singkat dulu yuk sama Karin.
Karin, atau lebih dikenal dengan nama Awkarin adalah seorang remaja berusia 19 tahun yang mulai mencuat namanya setelah eksis di Ask.fm, Instagram, lalu vlog. Lewat medium-medium ini, ia banyak menggaet penggemar yang mayoritas adalah anak-anak seusianya atau di bawah umurnya.
Apa yang spesial? Karin sanggup mempublikasikan kehidupan pribadinya dengan cara yang memang digandrungi oleh para penggemarnya. Di antaranya termasuk gaya hidup kelas menengah ke atas yang mewah dan hubungan romantikanya bersama pacarnya yang–berusia 16 tahun–bernama Gaga. Memang, foto-foto atau kreasi vlog yang diunggah Karin bisa dikatakan apik untuk garapan anak-anak seusianya. Tak aneh, jika ia jadi idola.
Akan tetapi, Karin juga mesti berhadapan dengan sorotan negatif dan teguran dari khalayak. Kebanyakan mengkritisi gaya pacaran vulgarnya bersama Gaga yang banyak diumbar ke media sosialnya. Adalah kontroversial ketika apa yang dilakukan oleh Awkarin ternyata banyak dianut sebagai relationship goals atau bisa kita sebut “wujud hubungan / pacaran yang ideal” oleh banyak remaja yang lain.
Puncak ketenarannya adalah ketika rilisnya video garapannya yang bertajuk Gaga’s Birthday Surprise & My Confession. Isinya adalah kisah putusnya hubungan Karin dan Gaga yang berujung kegalauan tiada akhir, disertai pengakuan-pengakuan Karin yang membuat publik terhenyak. Cek videonya di bawah ini:
Entah video ini memang dokumentasi nyata atau sebenarnya hanya drama dengan skenario. Namun, setelah melihat sad ending ini, mau itu fakta atau pun fiksi, apakah menurutmu mereka masih bisa disebut sebagai relationship goals?
ADVERTISEMENTS
Mengumbar foto mesra di media sosial sih oke. Kalaupun agak vulgar ya itu kebebasanmu. Tapi konsekuensi banyak tangan dan bibir jahil yang menggentayangimu harus kamu siap hadapi
Punya pacar dan memposting foto berdua ke sosial media sih hal yang wajar dan manusiawi, tapi kalau pose dalam foto tersebut berlebihan alias kelewat mesra, seperti pose ciuman berliur, pelukan sensual, manja-manja ena-ena itu lain cerita. Adalah otoritas dan hakmu untuk mengunggah apa saja di media sosial selama tidak menyinggung atau merugikan orang lain secara langsung, termasuk memamerkan seberapa “Amerika Serikat” gaya pacaranmu.
Akan tetapi, pastikan dulu kalau kamu memang sadar sedang tidak tinggal di California, dan bersiap-siap untuk sanggup menutup mata dan telinga atas serbuan nasehat, teguran, dan dakwah dari lingkunganmu. Jika Kamu masih doyan tersinggung, mengeluh, dan ambil pusing dengan haters, artinya kamu belum siap. Dan mending nggak usah repot-repot melakukannya karena jelas itu rentan menimbulkan polemik untuk hubunganmu sendiri.
Dalam kasus Awkarin, malah muncul masalah lain lagi. Sebab, ternyata dengan mengumbar kemesraannya melalui internet, banyak orang-orang ngelihat dan menganggap kalau pose-pose kayak gitu adalah relationship goals. Kan sedih mengingat banyak di antaranya masih anak di bawah umur:(
Suatu hal yang kamu unggah ke sosial media sudah menjadi milik publik. Kalau anak-anak di bawah umur menganggap pose-pose tersebut adalah tujuan dari pacaran, berarti kamu berkontribusi terhadap kemunduran peradaban. Coba deh unggah pose-pose pacaran lain yang nggak kalah kreatif, banyak tuh bisa dicari di situs Hipwee 🙂
Those girls will never be karin. The Karin that Gaga loves so much. @awkarin
ADVERTISEMENTS
Jangan berkorban berlebihan demi orang yang belum jelas keseriusannya. Kelak, kamu akan menyesal telah melewatkan kesempatan lain yang lebih bermakna
Cinta anak belasan tahun belum tentu ada ujung pangkalnya. Di umur mereka yang masih muda, sebenarnya banyak hal yang sanggup mereka raih. Ikut kegiatan dan komunitas sana-sini, mengembangkan bakatmu yang siapa tahu kamu belum tahu, atau hangout bareng teman-teman juga jauh lebih berharga daripada menguras banyak energi hanya untuk asmara di usia belia. Pacaran sih boleh-boleh aja, tapi kalau udah sampai membabat produktivitas, wah berarti ada masalah di situ.
Seseorang yang sudah berusia matang saja masih suka kena kibul dan jadi korban ketidakseriusan pasangannya (curcol), apalagi masih remaja 16 tahun yang belum pernah tahu susahnya ngejar dosen buat bimbingan skripsi atau menghitung hari nunggu panggilan kerjaan (curcol lagi).
Ketika Awkarin mengatakan kalimat, “Padahal gue udah ngelakuin semuanya buat dia. Benar-benar literally semuanya buat dia,” dalam video viralnya, terdengar ada nada penyesalan dan kekecewaan, yang artinya berujung pada kehancuran yang tidak perlu.
ADVERTISEMENTS
Mengesampingkan kesempatan pendidikan yang cerah hanya demi seorang pasangan laki-laki yang tidak menjanjikan itu seperti mengembalikan diri ke jaman sebelum R.A Kartini
Ini bukti sahih kalau romansa mereka bersifat merusak.
Karin Novilda tumbuh dengan prestasi akademik yang jempolan. Saat SMP, Karin termasuk lulusan dengan nilai sempurna. Teman-temannya pun mengakui kalau sebenarnya Karin adalah anak yang cerdas. Tapi saat Karin sudah mengenal cinta monyet, pelan-pelan semua berubah. Pacaran membuatnya lupa waktu dan menjauhkan kewajiban akademis yang seharusnya ia prioritaskan dibanding kisah cintanya.
Malah, saat ujian penerimaan mahasiswa di Universitas Indonesia, Karin sebenarnya lolos di Fakultas Kedokteran. Yup, masuk kedokteran UI emang susah banget dan dambaan banyak orang. Tapi, Karin mau-mau aja tuh ngelepasinnya dengan alasan takut jadi sibuk dan nggak ada waktu buat nemenin pacarnya. Citra “nakal tapi pintar” dari Awkarin pun runtuh bersamaan dengan pemilihan keputusan yang tidak bijak ini. Duh, Karin~
ADVERTISEMENTS
Yang lebih konyol daripada pakai kunci jawaban buat ujian adalah: melakukannya, lalu ngaku ke publik, dan semua (lagi-lagi) hanya gara-gara laki-laki yang ‘begitu doang’
Dalam sebuah video yang diunggah melalui media sosial, Karin pernah mengaku kalau ternyata dia memakai kunci jawaban saat Ujian Nasional SMA. Dipastikan susah untuk mencari alasan yang bisa dibenarkan dalam pelanggaran ini. Kalaupun ada, jelas bukan sekadar gara-gara “nggak belajar dan sibuk pacaran”.
Yang bikin makin geleng-geleng kepala lagi adalah si Karin ini ngaku di depan jutaan orang. Kalau alasannya adalah kesadaran dari hati untuk mengakui kesalahannya sih patut kita acungi jempol. Tapi jika kesekian kalinya alasannya hanya sebagai bahan pembuktian rasa cinta untuk laki-laki yang tidak menjanjikan sih malah jadi bukti sebuah perilaku yang tidak didasari kejernihan berpikir.
Nah, yang harus disayangkan sebenarnya kenapa ini terjadi pada Karin, remaja belia yang sejatinya punya banyak kelebihan. Ada kemakluman kenapa ia bisa menggaet banyak pengagum. Ia punya fisik yang good looking, lincah, unggul secara akademis, dan sudah membuktikan bisa meraih banyak penghasilan secara mandiri. Karin jadi contoh bahwa Kamu bisa sukses di kelas tanpa harus menjadi culun atau kuper. Ia tetap gaul, populer, dan punya banyak teman bersamaan dengan raihan prestasi sekolah. Miris ketika keseimbangan itu berakhir pincang gara-gara relasi asmara yang tidak proporsional.
Karin, bangkit dong. Kamu sudah punya banyak modal untuk berdiri lagi dengan mudah! Kamu bisa lebih baik dari ini, pasti!