Beberapa waktu lalu, publik sempat dibikin geger dengan munculnya pernyataan Wasekjen PAN yang mengusulkan untuk mendirikan RS khusus bagi pejabat yang terkena Covid-19. Di tengah karut-marut penanganan pandemi, tentu hal tersebut menjadi lelucon tersendiri bagi masyarakat luas. Rupanya nggak sampai di situ aja, orang-orang yang duduk di pemerintahan memberi rakyatnya kejutan lagi. Belakangan, viral kabar tentang kebijakan negara yang akan membiayai anggota DPR yang terkena Covid-19 untuk melakukan isolasi mandiri.
Nggak tanggung-tanggung, hotel yang akan digunakan untuk isolasi mandiri para pejabat tersebut bukanlah hotel ecek-ecek, melainkan bintang tiga. Jelas hal ini mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat, meski kebanyakan memang menolaknya. Lagipula, kita aja untuk mencari perawatan saat terdampak Covid-19 susahnya minta ampun, ini para pejabat seakan-akan nggak kenal namanya susah. Yakin banget sih, ini pasti demi kinerja yang optimal.
ADVERTISEMENTS
Kalau cuma alasan karena mobilitasnya tinggi, itu pedagang keliling juga tinggi banget mobilitasnya
Menurut kabar di berbagai macam pemberitaan media massa, fasilitas isoman alias isolasi mandiri tersebut diberikan karena para anggota DPR memiliki mobilitas tinggi di daerah pemilihan mereka. Selain itu, fasilitas isolasi sebelumnya di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan sempat mendapat komplain karena berpotensi menularkan ke penghuni kompleks parlemen lainnya.
Kalau begini konsepnya sih sebenarnya nggak cuma anggota dewan aja yang punya mobilitas tinggi. Lihat deh, pedagang keliling itu kalau nggak muter-muter apa namanya dong? Paginya ada di kompleks A, siangan dikit menuju kompleks B, menuju sore muter lagi ke kompleks sebelah, begitu terus setiap hari. Memangnya ada urgensi tersendiri yang bikin anggota dewan harus diisolasi mandiri di hotel bintang 3 gitu?
ADVERTISEMENTS
Bener sih, dana yang dipakai ambil dari anggaran ‘nganggur’. Kenapa nggak dialokasikan buat rakyat kecil di luar sana? Padahal yang meninggal pas isoman di rumah juga banyak
Untuk ngeyem-yemi dan berusaha nggak bikin tensi masyarakat mendadak tinggi, kebijakan yang dilakukan negara untuk memfasilitasi para pejabat di hotel bintang 3 jika mau melakukan isolasi mandiri ini mengambil dana dari anggaran yang lagi ‘nganggur’. Adapun anggaran nganggur itu seperti misalnya dana untuk kunjungan keluar negeri atau anggaran kegiatan seminar. Nantinya, negara akan menggeser dari dana-dana itu dan sifatnya adalah kontingensi, nggak dianggarkan secara utuh, tapi kalau dibutuhkan akan segera direvisi.
Secara logika, seharusnya dana-dana nganggur tadi juga bisa dipakai untuk dialokasikan kepada masyarakat luas yang terdampak lo. Dibelanjakan obat-obatan, bikin rumah sakit darurat, percepat proses vaksinasi, atau apa pun itu yang sifatnya membantu deh. Apa para pejabat ini nggak lihat kalau di luar sana banyak masyarakat yang satu per satu tumbang saat isolasi mandiri di rumahnya masing-masing?
ADVERTISEMENTS
Tapi, mari kita coba berpikir positif, siapa tahu para pejabat nggak punya rumah lebih dari satu. Itu pun cuma ada satu kamar, dan udah pasti nggak mampu menyewa jasa homecare, makanya butuh fasilitas hotel
Mau bagaimanapun langkah yang diambil negara, rasa-rasanya kok kita berdosa banget kalau terus-terusan punya pikiran yang aneh-aneh. Oleh sebab itu, coba kita sejenak berpikir positif meski rasanya memang sulit sekali. Siapa tahu jika ternyata para pejabat itu saking loyalnya akan pengabdian kepada masyarakat, mereka nggak punya rumah lebih dari satu.
Bagaimana mau punya rumah lebih dari satu, duitnya udah pasti disumbangkan buat kebutuhan kita semua. Punya rumah satu, itu pun isinya cuma ada satu kamar, dan pasti nggak bisa nyewa jasa homecare buat merawat mereka jika harus terpaksa isolasi mandiri. Itulah kenapa para pejabat kita butuh fasilitas hotel bintang 3 agar segera sembuh.
Apa pun itu, yuk, kita doakan agar para pejabat di luar sana disehatkan, kalau memang nggak sakit fisik pun semoga disehatkan akalnya~